BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan ajar sebagai
salah satu alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang harus sesuai dengan
kompetensi yang diinginkan, tanpa pemahaman terhadap hal tersebut maka siapapun
yang akan mengembangkan bahan ajar akan mengalami kesulitan. Pengertian Bahan
Ajar Kata “bahan ajar” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “Segala
sesuatu yang dapat dipakai atau dijadikan pedoman atau pegangan untuk
mengajar”. Pedoman atau pegangan untuk mengajar ini adalah acuan kompetensi
belajar untuk melaksanakan proses pembelajaran siswa sehingga tujuan
pembelajaran tersebut akan tercapai maksimal sesuai kurikulum dan silabus yang
berlaku.
Bahan ajar ini sebagai pendukung dalam proses pendidikan dan latihan yang dilaksanakan. Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengembangan bahan ajar.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan pengertian bahan ajar?
2.
Faktor
apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar?
3. Apa saja langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam prosedur pengembangan bahan ajar?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian bahan ajar.
2.
Untuk
memahami faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar.
3.
Untuk
memahami langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam prosedur pengembangan
bahan ajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahan Ajar (Materi
Pembelajaran)
Bahan ajar merupakan
bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.[1] Bahan
yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar
merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material)
yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang
akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan
siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis
sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan
terpadu.
Bahan ajar berfungsi
sebagai pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa, serta pedoman bagi Siswa yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya. Dengan
bahan pelajaran yang didesain secara bagus dan dilengkapi ilustrasi yang
menarik akan dapat menstimulasi siswa untuk memanfaatkan bahan pelajaran.[2]
B. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan
Bahan Ajar
Bahan ajar mempunyai
peran penting dalam proses pembelajaran, yaitu acuan yang digunakan oleh
pengajar atau peserta didik. Bagi peserta didik bahan ajar menjadi acuan yang
diserap isinya sehingga dapat menjadi pengetahuan dan bagi pengajar bahan ajar
ini menjadi acuan dalam menyampaikan keilmuannya.[3] Pengembangan
bahan ajar oleh pengajar membutuhkan kreativitas untuk membuat sesuatu yang
lain, unik, juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya agar
bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan ketersediaan bahan atau materi di
sekitarnya. Di samping itu pengajar juga
harus memiliki pengetahuan tentang beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pengembangan bahan ajar seperti kecermatan isi, ketepatan cakupan,
penggunaan bahasa, ilustrasi, serta kelengkapan komponen bahan ajar.
1. Kecermatan Isi
Kecermatan isi adalah
validitas atau kesahihan isi atau kebenaran isi secara keilmuan, dan
keselarasan isi. Kebenaran isinya berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat atau bangsa. Validitas isi menunjukkan bahwa isi bahan ajar
dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta
sesuai dengan kemutakhiran perkembangan bidang ilmu dan hasil penelitian
empiris yang dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Dengan demikian isi bahan
ajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, benar dari segi keilmuan.
2. Ketepatan Cakupan
Kecermatan isi berfokus
pada kebenaran isi secara keilmuan dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat.
Maka ketepatan cakupan berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan
kedalaman isi atau materi serta keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu. Keluasan
dan kedalaman isi bahan ajar sangat berhubungan dengan keutuhan konsep
berdasarkan bidang ilmu. Dalam bidang ilmu tersebut yang paling utama adalah
tujuan pembelajaran. Setiap pengajar pasti mempunyai tujuan pembelajaran. Dari
tujuan tersebut, dapat menentukan seberapa luas, dalam, dan utuh topik yang
akan disajikan. Kemudian bahan ajar dikembangkan sesuai dengan materi pokok dan
komponennya berdasarkan pada materi yang telah ditentukan tersebut.
3. Ketercernaan Bahan Ajar
Menurut Tian Belawati
(2003) menyatakan bahwa pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran
mempunyai peran penting. Bahan ajar, menggunakan media apapun, harus memiliki
tingkat ketercernaan yang tinggi. Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya
dapat dimengerti oleh peserta dengan mudah. [4]
4. Penggunaan Bahasa
Dalam mengembangkan
bahan ajar, penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang penting.
Penggunaan bahasa, yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata,
penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna, sangat
berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar Anda sudah
cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik, namun
jika bahasa yang Anda gunakan tidak dimengerti oleh peserta, maka bahan ajar
tidak akan bermakna apa-apa. Penggunaan bahasa menjadi faktor penting, bukan
hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar
kerja peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar non cetak, seperti
kaset audio, video, bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain.
Dengan demikian, ragam
bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya ragam bahasa nonformal atau
bahasa komunikatif yang lugas dan luwes. Dalam bahasa komunikatif, pembaca
diajak untuk berdialog secara intelektual melalui sapaan, pertanyaan, ajakan,
dan penjelasan, seolah-olah dialog dengan orang kedua itu benar-benar terjadi.
Penggunaan bahasa komunikatif akan membuat peserta merasa seolah-olah
berinteraksi dengan gurunya sendiri melalui tulisan-tulisan yang disampaikan
dalam bahan ajar.
5. Perwajahan/Pengemasan
Perwajahan atau
pengemasan berperan dalam perancangan atau penataan letak informasi dalam satu
halaman cetak, serta pengemasan dalam paket bahan ajar multimedia. Penataan
letak informasi untuk satu halaman cetak dalam bahan ajar hendaknya mempertimbangkan
beberapa hal berikut:
a. Narasi atau teks yang terlalu padat dalam satu halaman membuat peserta
lelah membacanya.
b. Bagian kosong (white
space) dari satu halaman sangat diperlukan untuk mendorong peserta
mencoret-coret bagian kosong tersebut dengan rangkuman atau catatan yang dibuat
peserta sendiri. Sediakan bagian kosong secara konsisten dalam halaman-halaman
bahan ajar. Perwajahan dan pengemasan bahan ajar juga meliputi penyediaan alat
bantu belajar dalam bahan ajar, sehingga bahan ajar dapat dipelajari peserta
secara mandiri (sendiri, atau dengan teman-teman dalam kelompok).
6. Ilustrasi
Penggunaan ilustrasi
dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat, antara lain untuk memperjelas pesan
atau informasi yang disampaikan, membuat bahan ajar menjadi lebih menarik
melalui variasi penampilan. Ilustrasi dapat dibuat sendiri sebagai pengembang
bahan ajar, jika mempunyai keterampilan menggambar yang baik. Namun, ilustrasi
juga dapat dibuatkan oleh perancang grafis atau pelukis, yang menerjemahkan
gambar-gambar yang diinginkan ke dalam ilustrasi yang baik dan tepat. Selain
itu, ilustrasi juga dapat diambil dari sumber langsung (misalnya foto), sumber
atau buku lain (misalnya majalah atau ensiklopedia). Jika ilustrasi diperoleh
dari sumber atau buku lain, berkewajiban memberi penjelasan tentang hal itu
dalam bahan ajar yang tulis. Ilustrasi yang biasa digunakan dalam bahan ajar,
antara lain daftar atau tabel, diagram, grafik, kartun, foto, gambar, sketsa,
simbol, dan skema.[5]
7. Kelengkapan Komponen
Idealnya, bahan ajar
merupakan paket multikomponen dalam bentuk multimedia. Paket tersebut mempunyai
sistematika penyampaian dan urutan materi yang baik, meliputi penyampaian
tujuan belajar, memberi bimbingan tentang strategi belajar, menyediakan latihan
yang cukup banyak, memberi saran-saran untuk belajar kepada peserta (pertanyaan
kunci, soal, tugas, kegiatan), serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan
sendiri oleh peserta sebagai cara untuk mengukur kemampuan diri sendiri dan
umpan baliknya. Paket bahan ajar dapat bersifat lengkap dalam satu paket, atau
dapat juga dilengkapi dengan sumber informasi lain (dari internet, atau buku
lain), panduan belajar atau peserta, dan panduan guru.
C. Prosedur Pengembangan
Bahan Ajar
Menurut Depdiknas dalam
Krisma (2014) merinci prosedur/ langkah-langkah pengembangan bahan ajar, yaitu
diantaranya pertama, menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan
mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini
dikarenakan setiap aspek dalam SK dan KD memiliki jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan
pembelajaran. Kedua, mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar.[6] Materi
pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep,
prinsip dan prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan,
internalisasi, dan penilaian) serta aspek psikomotorik (gerakan awal, semi
rutin, dan rutin). Ketiga, mengembangkan bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan SK dan KD yang telah teridentifikasi
tadi. Dan yang keempat, mengembangkan sumber bahan ajar. Menurut Krisma
Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan siswa.
Ada empat langkah utama
dalam prosedur pengembangan bahan ajar yang baik, sebagai berikut:
1.
Analisis
Pada tahap ini dicoba
untuk mengenali peserta, dengan perilaku awal dan karakteristik yang dimiliki.
Perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan kemampuan bidang ilmu atau mata
pelajaran yang sudah dimiliki peserta. Seberapa jauh peserta sudah menguasai
mata pelajaran. Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi tentang
ciri-ciri peserta. Jika informasi tentang peserta sudah diketahui, maka
implikasi terhadap rancangan bahan ajar dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat
segera dikembangkan. Pengenalan yang baik terhadap perilaku awal dan
karakteristik awal peserta sangat diperlukan untuk menentukan kebutuhan peserta
dan kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi peserta.
2.
Perancangan
Dalam tahap
perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan yaitu:
a. Perumusan Tujuan
Pembelajaran berdasarkan Analisis
b. Pemilihan Topik
c. Pemilihan Media dan
Sumber
d. Pemilihan Strategi
Pembelajaran
3. Pengembangan
Persiapan dan
perancangan yang matang sangat diperlukan untuk mengembangkan bahan ajar dengan
baik. Beberapa saran yang dapat membantu untuk memulai pengembangan bahan ajar
yaitu:
a. Tulislah apa yang dapat
ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari penyususnan buku atau panduan
praktik
b. Jangan merasa bahwa
bahan ajar harus ditulis secara berurutan
c. Tulis atau kembangkan
bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal
d. Ingat bahan ajar yang
dikembangkan harus dapat memeberikan pengalaman belajar kepada peserta
e. Ragam media, sumber
belajar, aktivitas dan umpan balik merupakan komponen penting dalam memperoleh
bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi peserta
f. Ragam contoh, alat
bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan ajar juga berperan dalam
membuat bahan ajar
g. Gaya penulisan untuk
bagian tekstual, naratif, explanatory, deskriptif, argumentatif dan perintah
sangat penting agar peserta dapat memahami maksud penatar.[7]
4. Evaluasi dan Revisi
Evaluasi merupakan
proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai pihak terhadap bahan ajar
yang dikembangkan. Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai masukan untuk
memperbaiki bahan ajar dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas. Evaluasi
sangat diperlukan untuk melihat efektifitas bahan ajar yang dikembangkan.
Apakah bahan ajar yang dikembangkan memang dapat dimengerti, dibaca dengan baik
dan dapat membelajarkan peserta. Di samping itu evaluasi diperlukan untuk
memperbaiki bahan ajar sehingga menjadi
bahan ajar yang baik. Secara umum ada 4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar
yaitu:
a. Telaah oleh ahli materi
(lebih ditekankan pada validitas keilmuan serta ketepatan cakupan)
b. Uji coba satu-satu
(Salah seorang peserta mengkaji bahan ajar, kemudian diminta untuk memberikan
komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan tingkat
kesukaran)
c. Uji coba kelompok kecil
(Satu kelompok kecil mengkaji bahan ajar, kemudian diminta untuk memberikan
komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan tingkat
kesukaran)
d. Uji coba lapangan untuk memperoleh informasi apakah bahan ajar dapat mencapai tujuan dan apakah bahan ajar dianggap memadai dan seterusnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran yang efektif dapat diperoleh dengan rancangan bahan ajar yang sesuai dan menyenangkan. Dalam pengembangan bahan ajar, perlu memperhatikan faktor-faktor yang berlaku dan prosedur pengembangannya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan bahan ajar adalah Kecermatan Isi, Ketepatan Cakupan, Ketercernaan Bahan Ajar, Penggunaan Bahasa, Perwajahan atau Pengemasan, Ilustrasi, dan Kelengkapan Komponen. Sedangkan prosedurnya terdiri dari empat langkah utama, yaitu: Analisis, Perancangan, Pengembangan, Evaluasi dan Revisi. Beberapa ketentuan tersebut dibutuhkan demi memperoleh manfaat dari pengembangan bahan ajar sebagai pendukung yang penting dalam proses belajar mengajar.
B. Saran
Dalam pengembangan bahan ajar
pendidik seharusnya tidak mengabaikan prosedur yang tertulis, meskipun materi telah
tersedia dan sesuai. Apabila pendidik tidak mengikuti prosedur dalam
pengembangan bahan ajar maka bahan ajar yang akan dikembangkan menjadi kurang
berkenan dan memicu ketidak berhasilnya proses pembelajaran. Pendidik juga
perlu memahami Faktor-faktor yang terkandung dalam pengembangan bahan ajar agar
tidak terjadi kesalahan, karena hal-hal kecil terkadang dapat berpengaruh besar
pada pengembangan bahan ajar apabila tidak diperhatikan dengan cermat.
Daftar Pustaka
Belawati, Tian dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar.
Jakarta. Pusat Penerbitan UT.
Harianto, Mohamad. 2007. Jurnal Pengembangan Bahan
Ajar Untuk Peningkatkan Kualitas Pembelajaran Program Pendidikan Pembelajaran
Sekolah Dasar. Didakta, Vol. 2, No. 1 Maret 2007.
Husni, Amirudin. 2010. Pengembangan Bahan Ajar.
Jakarta. Universitas Terbuka.
Setiawan, dkk. 2012. Pengembangan Bahan Ajar.
Tanggerang. Universitas Terbuka.
Siddiq, M. Djauhari dkk. 2008. Pengembangan Bahan
Ajar. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS.
[1] Husni,
Amirudin, Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta, Universitas Terbuka, 2010,
hlm. 15.
[2] M. Djauhari
Siddiq, Pengembangan Bahan Ajar, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
DEPDIKNAS, 2008, hlm. 5.
[3] Ibid, hlm. 18.
[4] Tian Belawati,
Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta, FIP UNY, 2003, hlm. 14.
[5] Mohamad
Hariyanto, “Pengembangan Bahan Ajar Untuk Peningkatkan Kualitas Pembelajaran
Program Pendidikan Pembelajaran Sekolah Dasar”. Vol. 2 NO 1 Maret 2007,
221.
[6] Denny
Setiawan, Pengembangan Bahan Ajar, Tanggerang, Universitas Terbuka,
2012, hlm. 124.
[7] Ibid, hlm. 136.
No comments: