Beberapa Teori Belajar dan Bagaimana Proses Belajar itu Berlangsung ?

 


A.                PENGERTIAN BELAJAR

sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi.

a.       Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan. "Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan pengaruh abat, dan sebagainya).

b.      Gogne, dalam buku The Condition of Learning (1997) menyatakan bahwa. “belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu waktu sesuaah ia mengalami situasi tadi.

c.       Morgan, dalam buku Introduction  to Psychology (1978)mengemukakan. “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latinan atau pengalaman

d.      Witherington, dalam buku Educariowal Paychology. mengemukakan, "Belajar adalah suatu perubahan di dalam ke-pribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.[1]

 

Dari yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa :

  1. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi jaga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
  2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
  3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap: harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu merupakan dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman atau kepekaan yang biasanya berlamsung sementara.
  4. Tingkah laku yang mengalami perubahaa karena belajar menyangkut aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.[2]

 

Good dan Brophy dalam bukunya Education Psychology : A Realistic Approach mengemukakan bahwa belajar dengan kata-kata yang singkat, yaitu Learning is development of new associations as a result of experience, Beranjak dari definsi yang dikemukakannya itu selanjutnya ia menjelaskan bahwa belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal (a purely internal event)  Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata: proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.

Jadi yang maksud belajar menurut Good Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang terjadi secara internal didalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru (new associations) hubungan-hubungan baru itu dapat berupa antara perangsang-perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi.

Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah : kematangan, penyesuaian diri/adaptasi, menghafal mengingat, pengertian, berpikir, dan factor-faktor tersebut dengan pengertian belajar itu sendiri.

 

B.                 BAGAIMANA PROSES BELAJAR ITU BERLANSUNG?

Dari uraian dalam bab-bab yang lalu kita telah mempelajari bahwa manusia dan makhluk hidup yang lain membutuhkan dunia untuk mengembangkan dan melangsungkan hidupnya. Ia selalu mengadakan interaksi dengan dunia luar la selalu berusaha untuk mengubah dunia luar untuk kebutuhan dirinya. Ia selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar. Dengan kegiatan belajar menyesuaikan diri itu berbagai macam cara mereka pergunakan.

Berikut ini uraian beberapa macam cara penyesuaian dini yang dilakukan manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja, dan bagaimana hubusannya dengan belajar.

  1.  Belajar dan kematangan

Kematangan  adalah suatu proses pertumbuhan suatu organ organ. Suatu organ dalam diri makhluk hidup dikatakan telah matang, jika ia telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematangan itu datang tiba waktunya dengan sendirinya.

Sedangkan belajar lebih membutuhkan kegiatan yang disadari, uatu aktivitas, latihan-latihan dan konsentrasi dari orang yang bersangkutan. Proses belajar terjadi karena perangsang-perangsang dari luar. Sedangkan proses kematangan ter-jadi dari dalam.

Akan tetapi meskipun demikian janganlah dilupakan bahwa kedua proses (belajar dan kematangan) itu dalam prakteknya berhubu erat satu sama lain keduanya saling menyempurnakan.

 

  1. Belajar dan Penysusian Diri

Penyesuaian diri merupakan juga suatu proses yang dapat merubah tingkah laku manusia. penyesuaian diri atau auoplastis, seseorang mengubah dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan/dunia luar.

  1. Belalar dan Pengalaman

Belajar dan pengalaman, keduanya merupakan suatu yang dapat merubah sikap, tingkah laku dan pengetahuan kita. Akan tetapi, belajar dan memperoleh pengalaman adalah berbeda. Mengalami sesuatu belum tentu merupakan belajar dalam arti pedagogis; tetapi sebaliknya tiap-tiap belajar berarti  juga mengalami.

 

  1. Belajar dan Bermain

Dalam bermain juga terjadi proses belajar.Persamaannya ialah bahwa dalam belajar dan bermain keduanya terjadi perubahan, yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman.

Akan tetapi, antara keduanya terdapat perbedaan. Menurut arti katanya, bermain merupakan kegatan yang  khusus bagi anak-anak meskipun pada orang dewasa terdapat juga. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang umum, terdapat pada manusia sejak lahir belajar sampai mati

 

  1. Belajar dan Pengertian

Belajar mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya mencapai pengertian. Ada proses belajar yang berlangsung dengan otomatis tanpa pengertian. Seperti proses yang terjadi pada hewan. Umpamanya seekor  anak kucing melatih diri cara menangkap dengan mengganakan bela, Latihan cara menangkap itu dilakukan tanpa pengertian tanpa menyadari apa maksud dan tujuan dari latihan itu. Pada manusia, belajar semacam inipun terdapat pula.

Sebaliknya ada pula pengertian yang tidak menimbulkan proses belajar. Dengan mendapatkan sesuatu pengertian tertentu, belum tentu seseorang kemudian berubah tingkah lakunya. Belum tentu seseorang yang mengerti yang berarti menjalankan /bersikap sesuai dengan pengertian yang telah dicapainya itu.

 

f.       Belajar dan Menghafal/Mengingat

Menghafal/mengingat  tidak sama dengan belajar. Hafal atau ingat sesuatu belum menjamin bahwa dengan demikian orang sudah belajar dalam arti yang sebenarnya.  Sebab untuk mengetahui sesuatu tidak cukup hanya dengan menghafal saja tetapi harus dengan  pengertian.

Maksud belajar ialah menyediakan pengalaman-pengalaman untuk menghadapi soal-soal di masa depan. Jika pengalaman-pengalaman itu hanya merupakan sesuatu yang statis, yang tidak berguna atau digunakan untuk adanya perubahan dalam tingkah laku, sikap atau pengetahuan, maka dalam hal yang demikian tidak terjadi proses elajar.

 

  1. Belajar dan Latihan

Persamaannya ialah bahwa belajar dan latihan keduanya dapat menyebabkan perubahan / proses dalam tingkah laku, sikap dan pengetahuan. Akan tetapi antara keduanya  terdapat  pula perbedaan. Di dalam praktek terdapat pula proses belajar yang terjadi tanpa latihan.

Umpamanya : seorang anak yang terbakar tangannya di dapur, sekali saja ia tahu bahwa api itu panas. Jadi, belajar mempunyai arti yang lebh luas daripada latihan.

Ada pula belajar yang hanya dengan pengertian saja, tanpa latihan. Seorang anak yang dibawa berkarya wisata ke pabrik gula umpamanya, dapat mengerti bagaimana proses membuat gula. Jaga cara belajar yang dilakukan oleh anak dari gurunya dengan menggunakan audio vlual atau alat-alat peraga.

Dengan uraian di atas  kiranya menjadi jelas bagi kita bagaimana cara-cara atau proses belajar itu berlangsung.  Kita mengetahui bahwa belajar itu tidak hanya melatih kematangan, menyesuaikan diri, memperoleh pengalaman, pengertian atau latihan-latihan.

 

Dilihat dari sudut ilmu mendidik, belajar berarti perbaikan dalam tingkah laku dan kecakapan-kecakapan (manusia), atau memperoleh yang  baru. Jadi, perubahan atau perbaikan yang terjadi dalam belajar itu terutama ialah perubahan, perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang menjadi syarat dan mendasari perbaikan tingkah laku dan kecakapan-kecakapan. Termasuk di dalamnya perubahan di dalam pengetahuan, minat dan perhatian yang dibentuk oleh tenaga tenaga fungsi fungsi psikis dalam pribadi manusia itu.

 

C.                BEBERAPA TEORI BELAJAR

Untuk lebih memperjelas pengertian kita tentang apakah belajar itu, dan bagaimana proses belajar itu terjadi, berikut ini akan dikemukakan beberapa teori belajar, yang merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi sesuai dengan aliran psikologinya masing masing.

Teori belajar yang  terkenal dalam psikologi antara lain ialah :

a.         Teori Conditioning

b.         Teori Connectionism, dan

c.         Teori meurut Psikologi Gestalt

 

a.                  Teori Conditioning

Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions)  yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar memurut teori conditioning ialah adanya latihan latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah hal belajar yang terjadi secara otomatis.[3]

 

 

 

Penganut teori ini menptakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yakni hasil daripada latihan latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat perangsang tertentu yang dialaminya di dalam kehidupannya.[4]

Kelemahan dari teori conditioning ini ialah, tecri ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tahu  bahwa  dalam bertindak manusia tidak semata-mata dan berbuat gantung kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya.

 

b.                  Teori Conectionism  (Thorndike)

Menurut teori trial and error ( coba-coba dan gagal ) ini, setiap organism jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba secara membabi buta. Jika dalam usaha mencoba-coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian “dipegangnya". Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang cocok makin lama makin efisien.

Sebagai contoh kami kemukakan di sini percobaan Thorndike dengan seekor kucing yang dibuat lapar dimasukkan kedalam kandang. Pada kandang itu dibuat lubang pintu yang tertutup yang dapat  terbuka  jika suatu pasak di pintu itu tersentuh. Di luar kandang diletakkan sepiring makanan (daging). Bagaimana reaksi kucing itu ?  Mula-mula kucing itu bergerak ke sana - ke mari mencoba-coba hendak keluar melalui berbagai jeruji kandang itu. Lama kelamaan pada suatu ketika secara kebetulan tersentuhlah pasak lubang pintu oleh salah satu kakinya. Pintu kandang terbuka, dan kucing itupun keluarlah menuju makanan.

Percobaan diulang lagi. Tingkah laku kucing itupun pada mulanya sama seperti pada percobaan pertama: Hanya yang diperlukan untuk bergerak kesana kemari sampai dapat terbuka lubang  pintu semkin singkat. Setelah diadakan percobaan berkai kali, akhimya kucing itu tidak perlu  lagi kian kemari mencoba-coba, tetapi langsang menyentuh pasak pintu dan terus keluar mendapatkan makanan.

Jadi, proses belajar menurut Thorndike prodes.

1). trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegaglan)

2) law of effect, yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan, ( cocok dengan tuntutan situasi )  akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.

Sedangkan segala tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan akan dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah laku  ini terjadi secara otomatis. otomatisme dalam belajar  itu dapat dilatih dengan syant-syarat tertentu, pada binatang juga pada manusia.

Thorndike melihat bahwa organisme itu (juga manusia) sebagai mekanisme, hanya bergerak/bertindak jika ada  perangsang yang mempengaruhi dirinya. Terjadinya otomatisme dalam belajar menurut Thorndike disebabkan adanya law of effect itu.

Dalam kehidupan sehar-hari law of effect itu dapat terlihat dalam hal member penghargaan/ganjaran dan juga dalam hal memberi hukuman dalam pendidikan. Akan tetapi menurut Thorndike yang lebih memegang  peranan dalam pendikan ialah hal memberikan penghargaan/ganjaran dan itulah yang di anjurkan.

 

c.                   Teori Belajar menurut Psikologi Gestalt

Teori ini seringkali pula disebut field theory atau insight full learning. Melihat kepada nama teori ini dan kepada aliran psikologi yang mendasarinya. yakni psikologi Gestalt, jelaslah kiranya bahwa pendapat teori ini berbeda dengan pendapat teori teori yang telah diuraikan terdahulu.

Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia itu bukanlah hanya sekedar makhluk reaksi yang hanya berbuat atau beraksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya.

Manusia itu adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani rohani. Sebagai individu manusia bereaksi atau lebih tepat berinteraksi dengan dunia luar dengan kepribadiannya dan dengan caranya yang unik pula.  Tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang benar-benar sama atau identik terhadap obyek atau realita yang sama

Sebagai pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi kepada suatu perangsang. dan tidak pula reaksi  itu dilakukan secaru membabi buta atau secara trial and error seperti dikatakan oleh para penganut teori conditioning. Reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung kepada bagaimana menerima stimuli dan bagaimana serta apa motif motif yang ada padanya Manusia adalah makhluk yang mempunyai kebebasan. Ia bebas memilih cara bagaimana ia bereaksi dan stimuli yang mana diterimanya dan mana yang ditolaknya.[5]

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Purwanto Ngalim, 2010, Psikologi Pendidikan, Bandung :  PT Remaja Rosdakarya, Cet.ke-24

 

Syah Muhibbin, 2012, Psikologi belajar, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, Cet.ke-12

 

Syaodih Nana, 2007, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Cet.Ke-4



[1] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung :  PT Remaja Rosdakarya,2010 ), Cet.ke-24,  hal.84

[2] Ibid., hal 85

[3] Ibid., Hal 91

[4] Muhibbin Syah, Psikologi belajar, ( Jakarta : PT Rajagrafindo Persada , 2012 ), Cet ke-12, Hal 95

[5] Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya ) , 2007 Cet.Ke-4, Hal.170

Beberapa Teori Belajar dan Bagaimana Proses Belajar itu Berlangsung ? Beberapa Teori Belajar dan Bagaimana Proses Belajar itu Berlangsung ? Reviewed by asarisolid on 4:45 PM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.