Makalah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa Sekolah Dasar memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak. Terlebih Sekolah Dasar merupakan awal pengembagan potensi berbahasa anak yang sebelumnya telah dimiliki atau dipelajari di jenjang sebelumnya. Pembelajaran Bahasa Indonesia terbagi menjadi pembelajaran untuk kelas tinggi dan kelas rendah. Keduanya merupakan proses berkesinambungan untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas tinggi SD yang dimaksudkan adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanakan di kelas IV, V, dan VI SD. Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tinggi SD memiliki karakteristik yang berbeda bila dibanding dengan  pembelajaran di kelas rendah SD, yaitu kelas I, II, dan kelas III SD. Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas tinggi ini secara umum meliputi pembelajaran membaca, menulis, menyimak, dan berbicara di SD. Pembelajaran Bahasa Indonesia tentunya tidak biasa-biasa saja bahkan bisa dibilang cukup sulit karena setiap siswa memiliki pengalaman yang berbeda. Misalnya siswa diminta menulis sebuah cerita tentang mainan kesenangan.

Sebelumnya anak tentunya telah memiliki bekal pelajaran menulis permulaan di kelas awal. Pembelajaran Bahasa Indonesia akan disampaikan bersamaan dengan mata pelajaran lain sesuai pendekatan tematik yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Mengingat hal tersebut, guru hendaknya bisa menyusun persiapan pembelajaran dan pengajaran Bahasa Indonesia dengan baik. Oleh karena masalah persiapan pembelajaran itu selalu terkait dengan metode dan teknik maka masalah tersebut harus dikuasai oleh guru. Pembelajaran dengan berbagai teknik dan metode yang akan memudahkan siswa memahami apa yang sedang dipelajari harus selalu diutamakan guru.

 

B.  Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian metode pembelajaran?

2.    Apa sajakah jenis metode dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?

3.    Apa pengertian teknik pembelajaran?

4.    Apa sajakah teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?

 

C.  Tujuan Penulisan

1.    Mengetahui pengertian metode pembelajaran.

2.    Mengetahui jenis metode dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi.

3.    Mengetahui pengertian teknik pembelajaran.

4.    Mengetahui berbagai teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.  Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi

Metode adalah cara yang telah teratur dan telah terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud tertentu. Menurut M. Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, metode adalah cara sistematis dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan, prinsip-prinsip dan praktek-praktek pengajaran bahasa.[1] Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Jadi metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan. Metode pembelajaran dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Pada keterampilan berbahasa terdapat keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Empat keterampilan berbahasa tersebut dapat dipelajari dengan menggunakan metode-metode pembelajaran dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai berikut:

 

1.    Metode Terjemah

Metode terjemah adalah metode yang lazim digunakan untuk pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa Indonesia yang pada umumnya merupakan bahasa kedua setelah penggunaan bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip utama pembelajarannya adalah bahwa penguasaan bahasa asing dapat dicapai dengan cara latihan terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya. Misal: latihan terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam hal kepraktisan dalam pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata dan tatabahasa dari bahasa yang baru dipelajari siswa.

 

2.    Metode Audiolingual

Metode audiolingual sangat mengutamakan drill (pengulangan).Metode itu muncul karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa target. Padahal untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat. Dalam audiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan berkali-kali secara intensif pola-pola kalimat. Guru dapat memaksa siswa untuk mengulang sampai tanpa kesalahan.  Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah:

a.  penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca.

b. Peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan siswa     menghafalkannya.

c. Penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan.

d. Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di depan kelas.

e. Pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.

 

3.    Metode Komunikatif

Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis. Sepucuk surat adalah sebuah produk. Demikian pula, sebuah perintah, pesan, laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil. Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan itu dapat dipecah menjadi:

(a) memahami pesan.

(b) mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan.

(c) mengajukan pertanyaan untuk memperoleh lebih banyak informasi.

(d) membuat catatan.

(e) menyusun catatan secara logis.

(f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan begitu, untuk materi bahasan penyampaian pesan saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih intensif.

 

4.    Metode Struktural analisis (SAS)

 Metode ini digunakan dalam pembelajaran membaca dan menulis.prinsip metode ini adalah prinsip cara berpikir manusia. Berpikir secara analisis sintesis dapat memberikan arah pada pemikiran yang tepat sehingga siswa dapat mengetahui siswa dirinya.

 

5.    Metode Produktif

 Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak berbicara atau menuangkan gagasannya.[2] Dengan menggunakan metode produktif diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya ke dalam ketrampilan berbicara dan menulis secara runtun. Semua gagasan yang  disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Yang dimaksud dengan komunikatif di sini adalah adanya respon dari lawan bicara. Bila kita berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan bicara kita adalah pembaca.

 

6.    Metode Langsung

 Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar yang langsung menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi. Tujuan metode langsung adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat. Siswa diberi latihan-latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung.

7.    Metode Partisipatori

Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator. Dalam metode partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.

 

8.    Metode Membaca

 Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa. Berikut langkah-langkah metode membaca:

a) Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal ini diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat

b) Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit (untuk mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya)

c)  Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab.[3]

d) Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang perlu oleh guru.

e)  Pembicaraan kosakata yang relevan

f) Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan dengan isi bacaan.

  

 

9. Metode Kuantum

Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire dan Lozanov. QL mengutamakan pecepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru menggubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.

 

10.    Metode Pembatasan Bahasa

Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau penggunaan kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang tinggi pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan maupun tulisan dikontrol dengan baik oleh guru.

 

B.  Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi

Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru untuk berinovasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Jadi, teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi, dimana untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh hasil yang optimal. Berikut ini adalah teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

 

1. Teknik pembelajaran menyimak

a. Simak-ulang ucap

Teknik simak – ulang ucap biasanya digunakan dalam melatih siswa melafalkan dengan tepat unit-unit bahasa mulai dari unit terkecil sampai unit terbesar misalnya fonem, kata, kelompok kata, kalimat, dan paragraf atau wacana pendek.Model ucapan yang akan diperdengarkan dan tiru oleh siswa harus dipersiapkan secara cermat oleh guru. Bila memungkinkan guru dapat merekam model itu dalam pita rekaman.

 

b. Simak-tulis (dikte)

Teknik simak – tulis dikenal juga dengan dikte. Latihan dikte menuntut keseriusan siswa seperti memusatkan perhatian, mengenali fonem, tanda-tanda baca, penulisan huruf besar, membedakan ujaran langsung dan tak langsung, memperhatikan permulaan atau akhir paragraf dsb.

 

c. Simak-kerjakan

Teknik simak-kerjakan dalam pengajaran menyimak digunakan untuk memperkenalkan dan membiasakan siswa akan suruhan atau perintah. Biasanya suruhan atau perintah itu tersirat dalam kata kerja dasar, kata kerja berakhiran kan, -i, atau –lah. Model suruhan atau perintah dipersiapkan oleh guru lalu disampaikan secara lisan kepada siswa.

 

d. Simak-terka

Dalam teknik simak-terka, guru menyiapkan deskripsi suatu benda tanpa menyebutkan nama bendanya. Deskripsi tersebut disampaikan secara lisan kepada siswa, kemudia siswa diminta menerka nama benda itu.

e. Memperluas kalimat

Guru mengucapkan kalimat sederhana. Siswa menirukan ucapan guru. Guru mengucapkan kata atau kelompok kata. Siswa menirukan ucapan guru. Selanjutnya siswa disuruh menghubungkan ucapan yang pertama dan kedua sekaligus, sehingga menjadi kalimat yang panjang.[4]

 

f. Menyelesaikan cerita

Guru bercerita siswa menyimak cerita tersebut dengan seksama. Guru berhenti bercerita, ceritanya baru sebagian. Cerita dilanjutkan oleh anak secara bergilir sampai cerita itu selesai sebagai suatu keutuhan. Cerita seperti ini seolah memaksa siswa untuk menyimak dengan teliti jalan ceritanya sambil menghayati cerita tersebut karena siswa dituntut menyelesaikan cerita secara bergilir.

 

g. Membuat rangkuman

Merangkum berarti menyingkat atau meringkas dari bahan yang telah disimak. Dengan kata lain menyimpulkan bahan simakan secara singkat dan kata-katanya sendiri. Siswa mencari intisari bahan yang disimaknya. Bahan yang disimak sebaiknya wacana yang pendek dan sederhana sesuai dengan tingkat kematangan anak.

 

h. Kata kunci

Metode identifikasi tema, kalimat topik, dan kata kunci ini pada prinsipnya sama. Perbedaannya terletak pada materi yang harus diidentifikasi. Identifikasi tema untuk sebuah wacana atau cerita. Siswa disuruh menerka tema atau topik maupun judulnya. Kalimat topik untuk semua paragraf. Sedangkan kata kunci untuk sebuah kalimat. Apabila hal ini belum dapat dilaksanakan, guru dapat melatih siswa dengan cara memberikan pertannyaan yang memancing ke arah pengidentifikasian yang tepat. Hal ini juga baik untuk mengembangkan diskusi kelas/kelompok, yang berarti pula memupuk kerjasama antar siswa.

2. Teknik pembelajaran berbicara

a. Ulang-ucap

Teknik ulang ucap menggunakan suara guru atau rekaman suara guru sebagai sumber belajar siswa. Model pengucapan yang di ucapkan guru atau rekaman yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Suara yang digunakan harus jelas, intonasi cepat, dan kecepatan berbicara normal. Siswa diminta untuk mendengarkan dengan teliti lalu mengucapkan kembali sesuai dengan model.

 

b. Lihat-ucapkan

Teknik lihat-ucapkan menggunakan sebuah objek atau benda sebagai sumber belajar siswa. Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan nama benda tersebut, benda-benda yang diperlihatkan disesuaikan dengan lingkungan siswa. Bila bendanya tidak ada atau tidak memungkinkan di bawah kelas, benda tersebut dapat diganti oleh tiruannya atau gambarnya.

 

c. Memerikan

Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau mendeskripsikan sesuatu. Siswa disuruh memperlihatkan sesuatu berupa benda atau gambar, kesibukan lalu lintas, melihat pemandangan atau gambar secara teliti. Kemudian siswa diminta memerikan sesuatu yang telah dilihatnya.

 

d. Menjawab pertanyaan

Siswa yang susah atau malu berbicara, dapat dipancing untuk berbicaradengan menjawab pertanyaan mengenai dirinya, misalnya mengenai nama, usia, tempat tinggal, pekerjaaan orang tua, dan sebagainya.

 

e. Bertanya

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya merupakan salahsatu cara agar siswa berlatih berbicara. Melalui pertanyaan siswa dapat menyatakan keingintahuannya terhadap sesuatu hal. Tingkat atau jenjang pertanyaan yang diutarakan melambangkan tingkat kedewasaan siswa. Melalui pertanyaanpertanyaan yang sistematis siswa dapat menemukan sesuatu yang diinginkannya.

 

f. Pertanyaan menggali

Pertanyaan menggali merupakan teknik yang ditujukan untuk memancing siswa agar berbicara. Guru memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa yang bersifat menggali dan memancing siswa untuk berbicara. Selain itu, pertanyaan menggali juga digunakan untuk menilai kedalaman dan keluasan pemahaman siswa terhadap sesuatu masalah. Contohnya, membuat pertanyaan “Apa dampak penggunaan obat-obatan terlarang?” Pertanyaan ini akan menggali imajinasi siswa untuk mencari dampak penggunaan obat-obatan terlarang.

 

g. Melanjutkan cerita

Dalam pembelajaran ini guru menyiapkan cerita yang belum selesai. Parasiswa disuruh melanjutkan cerita yang tidak selesai seorang demi seorang paling banyak lima orang. Pada bagian akhir kegiatan memeriksa jalan cerita apakah sistematis, logis, atau padu.

 

h. Menceritakan kembali

Pembelajaran berbicara dengan teknik menceritakan kembali dilakukandengan cara siswa membaca bahan itu dengan seksama. Kemudian guru meminta siswa menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-kata sendiri secara singkat.

 

i. Percakapan

Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topikantardua orang atau lebih. Dalam percakapan ada dua kegiatan yaitu menyimak dan berbicara silih berganti. Suasana dalam percakapan biasanya akrab, spontan, dan wajar. Topik pembicaraan adalah hal yang diminati bersama. Percakapan merupakan suasana pengembangan keterampilan berbicara.

 

j. Parafrase

Parafrase artinya beralih bentuk, misalnya memprosakan isi puisi menjadiprosa. Dalam parafrase, guru menyiapkan sebuah puisi yang cocok bagi kelas itu. Guru membacakan puisi itu dengan suara jelas, intonasi yang tepat,tan normal. Siswa menyimak pembacaan dan kemudian menceritakannya dengan kata-kata sendiri.

 

k. Reka cerita gambar

Teknik reka cerita gambar menggunakan gambar untuk memancing siswa berbicara. Melalui stimulus gambar, guru mempersiapkan gambar benda tertentu seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, mobil, kereta api, kapal, dan sebagainya. Gambar itu dapat pula berbentuk sketsa di pasar, stasiun, di sawah, pertokoan, dan sebagainya. Siswa diinstruksikan mengamati dan memperhatikan gambar tersebut. Hasil pengamatan itu kemudian diungkapkan secara lisan.

 

l. Bermain peran

Ketika bermain peran, siswa bertindak dan berperilaku seperti orang yangdiperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenl dan dapat menggunakan ragambahasa. Bermain peran agak mirip dengan dramatisasi dan sosiodrama tetapi ketiganya berbeda. Bermain peran lebih sederhana dalam segla hal daripada sosiodrama ataupun dramtisasi.

 

m. Wawancara

Wawancara atau interviu adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab.Pewawancara biasanya wartawan atau penyiar radio dan televisi. Biasanya mereka mewawancarai orang berprestasi, ahli atau istimewa, misalnya pejabat, tokoh, pakar dalam bidang tertentu, juara. Melalui kegiatan wawancara, siswa berlatih berbicara dan mengembangkan keterampilannya. Mereka dapat berlatih mewawancarai pedagang atau penjaga di sekitar sekolah. Kemudian, mereka melaporkan hasil pekerjaannya secara berkelompok maupun individu.

 

n. Memperlihatkan dan bercerita

Siswa disuruh membawa benda-benda yang mereka sukai dan bercerita tentang benda tersebut. Kegiatan ini merupakan jembatan yang menyenangkan antara rumah dan sekolah. Hal yang dapat dilakukan guru yaitu pertama mendorong siswa dengan cara membantu mereka merencanakan cerita yang akan dikemukakannya dan kedua, menyuruh siswa lain menyiapkan pertanyaan yang menggunakan kata tnya: apa, siapa, kapan, mengapa, di mana, dan bagaimana.

 

3. Teknik pembelajaran membaca

a. Membaca survei

Kegiatam membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan bacaan, membaca survei merupakan kegiatan membaca misalnya melihat judul, pengarang, daftar isi dll.[5]

 

b. Membaca sekilas

Kegiatan membaca yang menyebabkan mata kita bergerak cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat (skimming). Skimming bertujuan untuk mengetahui topik bacaan, mengetahui pendapat orang, mendapat bagian penting tanpa membaca seluruhnya, dan menyegarkan apa yang pernah dibaca.

 

c. Membaca dangkal

Kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan yang kita baca. Bahan bacaannya merupakan bahan bacaan yang ringan karena tujuannya untuk mencari kesenangan.

 

d. Membaca nyaring

Membaca nyaring adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat, yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca.

 

e. Membaca dalam hati

Membaca dalam hati pada dasarnya adalah membaca dengan mempergunakan ingatan visual(visual memory), melibatkan pengaktifan mata dan ingatan.Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading)adalah untuk memperoleh informasi.

 

f. Membaca kritis dan Teliti

Kegiatan membaca yang dilaksanakan secara bijaksana, penuh tenggang rasa, evaluatif, serta analitis, dan bukan mencari kesalahan penulis.Membaca teliti diawali dengan surve yang cepat untu melihat organisasi bacaan dan melihat hubungan paragraf dengan seluruh bacaan.[6]

 

g. Membaca pemahaman

Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang tujuan utamanya memahami bacaan secara tepat dan cepat. Aspek-aspek yang diperlukan dalam membaca pemahaman, antara lain sebagai berikut.

1) Memiliki kosakata yang banyak.

2) Memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana.

3) Memiliki kemampuan menentukan ide pokok dan ide penunjang.

4) Memiliki kemampuan menangkap garis besar bacaan.

5) Memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa.

 

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Metode pembelajaran adalah cara-cara atau penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. . Metode khusus yang hanya bisa digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu, Metode Terjemahan, Metode Audiolingual, Metode Komunikatif, Metode Produktif, Metode Langsung, Metode SAS, Metode Membaca, Metode Kuantum, Metode Partisipatori dan Metode Pembatasan Bahasa. Teknik pembelajaran adalah cara guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi terdapat beberapa teknik yangn dapat diterapkan diantaranya adalah Teknik Pembelajaran Menyimak, Teknik Pembelajaran Berbicara dan Teknik Pembelajaran Membaca.

 

B.  Saran

Menyampaikan materi pembelajaran pada peserta didik akan dapat berjalan secara sistematis apabila seorang pendidik mampu mengaplikasikan metode atau teknik pembelajaran. Untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Karena pendidik berperan penting dalam proses pembelajaran, dimana sebagai acuan peserta didik dalam menimba ilmu. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi diharapakan pendidik harus menguasai berbagai metode dan teknik pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi guna untuk tercapainya proses dan hasil belajar yang baik. Begitu juga bagi peserta didik hendaknya mengikuti pembelajaran dengan tertib serta mematuhi berbagai peraturan pendidik, dan mengikuti jalannya pembelajaran. Agar metode dan teknik yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat berjalan sesuai tujuan.

 

Daftar Pustaka

Cahyani, Isah. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: KEMENAG.

 

Harjono, Ngoto. 2012. “Evaluasi Pembelajaran Siswa Aktif Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 5 Sekolah Dasar” dalam Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia Dan Sastra, No.23, 201.

 

Lamaju, Erisa. 2016. “Peningkatan Kemampuan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar”, dalam Jurnal Kreatif Tadulako, Vol. 5, No. 1, 208-212.

 

Samsiyah. 2016. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi. Magetan: CV. AE Media Grafika.

 

Wicaksono. 2015. Teori Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Garudhawaca.

 

[1] Andri Wicaksono, Teori Pembelajaran Bahasa, (Yogyakarta: Garudhawaca, 2015), hlm.1.

[2] Nur Samsiyah, Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi, (Magetan: CV. AE Media Grafika, 2016), hlm. 53.

[3] Ngoto Harjono, “Evaluasi Pembelajaran Siswa Aktif Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 5 Sekolah Dasar”, dalam Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia Dan Sastra, No.23, Maret 2012 ( Jakarta: UNS, 2012), hlm. 201.

[4] Erisa Lamaju, “Peningkatan Kemampuan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar”, dalam Jurnal Kreatif Tadulako, Vol. 5, No. 1, Juli 2016 (Taduloko: UNT, 2016), hlm. 208.

[5] Nur Samsiyah, Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi, (Magetan: CV. AE Media Grafika, 2016), hlm. 55.

[6] Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: KEMENAG, 2012), hlm. 95.


Makalah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi Makalah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi Reviewed by asarisolid on 6:44 PM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.