- PENGERTIAN
Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan. Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang dalam bahasa Indonesia menjadi fondasi. Fondasi merupakan bagian terpenting untuk mengawali sesuatu. Adapun menurut S. Wojowasito, (1972: 161), bahwa landasan dapat diartikan sebagai alas, ataupun dapat diartikan sebagai fondasi, dasar, pedoman dan sumber. Sedangkan Pendidikan adalah bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen. Maka dapat disimpulkan bahwa Landasan-landasan Pendidikan adalah alas, ataupun dapat diartikan sebagai fondasi, dasar, pedoman dan sumber-sumber dalam mencapai suatu rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti.
- Historis
Sejarah
pendidikan di Indonesia merupakan jati diri kita. Ada tiga tokoh yang mewarnai
pendidikan di Indonesia.
- Mohamad
Syafei yang mendirikan Sekolah Indonesia Nedrlands School,
Kayutanan di Sumatra Barat (1926) yang memiliki konsep : mendidik
anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas dasar usaha sendiri dengan jiwa
yang merdeka karena sekolah Hindia Belanda hanya menyiapkan anak-anak
menjadi pegawai mereka saja.
- Ki Hajar
Dewantara mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta (1922) melahirkan
falsafah “ Ing Ngaso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani” yang artinya ‘ing ngarso sung tuladha’ = ketika di depan
publik, seorang guru harus bisa memberikan contoh / teladan yang baik
kepada orang lain terutama peserta didik. ‘Ing madya mangun karsa’ =
ketika di tengah atau di antar publik, guru harus ‘mangun karsa’ bekerja
keras (membangun kinerja yang terbaik). ‘Tut Wuri Handayani’ = ketika di
belakang, seorang guru harus memberi se mangat dan motivasi, support, atau
dorongan.
- K.H. Ahmad
Dahlan mendirikan Organisasi Islam (1912) di Yogyakarta, beliau
ingin mewujudkan orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri,
berguna bagi masyarakat dan negara. Beliau juga sering di sebut sebagai
‘sang pencerah’.
B.
ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di
Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang
dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri
Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among
perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian
dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan
lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.Kini ketiga
semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
1. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
2. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan
semangat)
3. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2.
Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas
belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi
lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang
dapat merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu
dimensi vertikal dan horisontal.
Asas
belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi
lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang
dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu
dimensi vertikal dan horisontal.
1. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan
antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan
kehidupan
peserta didik di masa depan.
2. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara
pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam
kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam
belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk
ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran
utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan
peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara
Belajar Siwa Aktif).
1. Landasan Filosofis
a.
Pengertian Landasan Filosofis
Landasan
filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan,
menyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran
filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme,
Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
a)
Esensialisme
Esensialisme
adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts)
atau bahan ajar esensial.
b)
Perenialisme
Perenialisme
adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni
kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
c) Pragmatisme
dan Progresifme
Pragmatisme
adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan
praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
d)
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan
sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b.
Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 2
UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD 1945, sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar
negara Indonesia.
2.
Landasan Sosiologis
a.
Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar
sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial
dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
1.
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2. Hubungan
kemanusiaan.
3. Pengaruh
sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah
dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara
sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
3. Landasan
Kultural
a.
Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan
dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.
Anggota
masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan
perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai,dan
norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju
pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim
digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga
pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b.
Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional
Pelestarian
dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya
pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa
Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan
persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4. Landasan
Psikologis
a.
Pengertian Landasan Psikologis
Dasar
psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak.
Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan.
Sebagai
implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta
didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu
berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan
garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang
digariskan.
b.
Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman
tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami
peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
5. Landasan
Ilmiah dan Teknologis
a.
Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan
pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya
teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan
haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan
demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut
menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya
pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan
iptek tersebut.
b.
Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogyanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.
No comments: