BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penerapan pendekatan secara ilmiah
pada pengkajian suatu masalah sering disebut sebagai suatu penelitian. Sejak
kecil manusia dilengkapi kepandaian menggunakan tangan dan kakinya, ia berusaha
ingin tahu segala sesuatu yang ada di sekitar dan lingkungan tempat tinggalnya.
Semakin tumbuh dewasa dan berkembang kepandaiannya melalui pendidikan
orang tuanya, semakin besar keingintahuannya. Dan segala sesuatu yang ingin
diketahuinya adalah yang lebih rumit dan tentu saja memerlukan penguasaan
berfikir dan berbahasa yang semakin rumit pula. Seringkali keingintahuannya
tersebut dinyatakan dalam bentuk pertanyaan atau permasalahan. Dan setiap
pertanyaan atau permasalahan itu ia mengharapkan jawaban atau pemecahan. Maka
sifat manusia lainya yang dianugerahkan adalah usaha untuk mengetahui jawaban
atau memperoleh pemecahan masalah. Pada hakekatnya penelitian
diawali dari hasrat keingintahuan peneliti yang dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan atau permasalahan
Dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi, maka
setiap upaya meningkatkan kualitas tersebut perlu dilakukan penelitian. Salah
satunya dengan penelitian Eksperimental. Supaya penelitian dapat menghasilkan
informasi yang akurat, maka perlu menggunakan metode penelitian yang tepat.
Metode penelitian secara umum dapat dibagi tiga yaitu: Metode kuantitatif,
Metode kualitatif dan Metode Penelitian dan Pengembangan. Penelitian
eksperimental merupakan bagian dari penelitian kuantitatif.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari
penulisan makalah ini dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut
:
1. Apa pengertian
dari penelitian evaluatif dan penelitian ex-postfacto?
2. Apa sajakah bentuk-bentuk penelitian
evaluatif dan penelitian ex-postfacto?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari
penelitian evaluatif dan penelitian ex-postfacto.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penelitian
evaluatif dan penelitian ex-postfacto.
BAB II
PEMBAHASAN
PENELITIAN
EVALUATIF
A.
Konsep dan Tujuan Penelitian
Evaluatif
Penelitian evaluatif
merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan
menganalisis data secara sistematik untuk menentukan nilai atau manfaat (worth) dari suatu praktik pendidikan
(Sukmadinata, Nana Syaodih 2009:120). Nilai dan manfaat pendidikan didapat dari
rancangan kurikulum, kegiatan pembelajaran, kebijakan, manajemen, struktur
organisasi, produk pendidikan, dan sumber daya pendukung lainnya. Kegiatan
pendidikan yang diteliti merupakan kegiatan pendidikan yang berlangsung di
kelas, sekolah, pada tingkat kota/kabupaten, propinsi, hingga nasional. Menurut
Suharsimi Arikunto (2007) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
keputusan.
Penelitian evaluatif
dan kegiatan evaluasi merupakan dua hal yang memiliki hubungan yang erat. Penelitian
evaluatif dan kegiatan evaluasi mengkaji fokus permasalahan yang sama,
menggunakan metode dan teknik pengukuran yang sama, menggunakan sampel dengan
lokasi yang sama, serta menggunakan teknik analisis data dan interpretasi hasil
yang sama. Namun, ada beberapa hal yang membedakan antara keduanya. Penelitian
evaluatif digunakan untuk menjawab pertanyaan dan menguji hipotesis, hasil
penelitian evaluatif juga biasanya disimpan sampai ada orang atau lembaga yang
akan menggunakannya, sedangkan hasil dari kegiatan evaluasi segera digunakan
sebagai landasan pengambilan sebuah keputusan terhadap program yang dievaluasi.
Tujuan penelitian
evaluatif secara umum adalah untuk merancang, menyempurnakan dan menguji
efektifitas pelaksanaan suatu program pendidikan agar sesuai dengan perkembangan
zaman. Secara lebih rinci tujuan penelitian evaluatif adalah:
1.
Membantu
perencanaan untuk pelaksanaan program.
2.
Membantu
dalam menentukan keputusan penyempurnaan atau perubahan program.
3.
Membantu
dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau pemberhentian program.
4.
Menemukan
fakta-fakta dukungan atau penolakan terhadap program.
5.
Memberikan
sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial, dan politik, dalam
pelaksanaan program serta faktor-faktor yang mempengaruhi program.
B.
Prosedur Penelitian
Sedangkan
prosedur penelitian evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2007: 299-230) adalah
sebagai berikut:
1.
Peneliti mengadakan pengkajian
terhadap buku-buku, lapangan dan menggali informasi dari para pakar untuk
memperoleh gambaran tentang masalah yang akan diteliti.
2.
Peneliti merumuskan problematika
penelitian dalm bentuk pertanyaan penelitian setelah terlebih dahulu mengkaji
lagi sumber-sumber yang relevan untuk memperoleh ketajamn problematika.
3.
Peneliti menyusun proposal
penelitian dengan mencantumkan latar belakang masalah, alasan mengadakan
penelitian, problematika, tujuan, hipotesis ( disertai dengan dukungan teori
dan penemuan-penemuan penelitian), metodologi penelitian yang memuat subjek
penelitian (populasi dan sampel dengan rincian besarnya sampel, teknik sampling
dan siapa sampel penelitiannya), instrumen pengumpulan data dan teknik analisis
data.
4.
Peneliti mengatur perencanaan
penelitian, menyusun instrumen, menyiapkan kancah penelitian dan melaksanakn
uji coba instrumen.
5.
Pelaksanan penelitian dalam bentuk
yang disesuaikan dengan model penelitian yang telah dipilih. Dalam penelitian
evaluasi peneliti mungkin mengambil model eksperimen murni (jika
persyaratan-persyaratan terpenuhi) atau model eksperimen pura-pura. Dalam hal
ini penelitian berfikir bahwa dalam mengevaluasi program dipikirkan mesti ada
sesuatu yang dilaksanakan. Peneliti mengukur tingkat keberhasilan perlakuan
yang dilaksanakan dalam progran yang dievaluasi. Dalam hal ini peneliti telah
mengkaji rencana pengelola program melalui sasaran yang dikehendaki sesudah
perlakuan diberikan. Dengan kata lain pelaksana penelitian evaluasi sudah
menyiapkan tolok ukur.
6.
Peneliti
mengumpulkan data dengan instrumen yang telah disusun berdasrkan rincian
komponen-komponen yang akan dievaluasi.
7.
Menganalisis
data yang terkumpul dengan mengeterapkan tolok ukur yang telah dirumuskan oleh
peneliti sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pengelola program.
8.
Menyimpulkan
hasil penelitian berdasarkan atas gambaran sejauh mana data sesuai dengan tolok
ukur.
9.
Informasi mengenai
hasil penelitian evaluasi disampaikan kepada pengelola program atau pihak yang
minta bantuan kepada peneliti evaluasi. Evaluasi tersebut digunakan sebagai
bahan pertimbangan bagi tindak lanjut program yang dievaluasi. Wujud tindak lanjut ada tiga
alternatif yatu:
a. Program
disebarluaskan karena dipandang baik
b. Program direvisi karena ada hal-hal yang
belum sesuai dengan tolol ukur yang dikehendaki
c.
Program dihentikan karena ada bukti bahwa kurang atau
tidak baik.
C.
Evaluasi Formatif dan Sumatif
Ada dua tipe utama dari penelitian evaluatif yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
1. Evaluasi formatif lebih diarahkan pada
mengevaluasi proses dan ditujukan untuk menyempurnakan atau memperbaiki atau
menyempurnakan program. Contoh dalam praktik pembelajaran adalah pelaksanaan
ulangan harian atau ujian blok. Evaluasi
formatif dilakukan selama proses legiatan berlangsung dan dilakukan oleh
evaluator internal.
2.
Evaluasi
sumatif lebih diarahkan pada mengevaluasi hasil, untuk menilai apakah program
cukup efektif dan efisien sehingga diperoleh kesimpulan program tersebut
dilanjutkan atau dihentikan. Evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan selesai dan
dilakukan oleh evaluator eksternal.
Perbandingan lebih
lanjut antara kedua jenis evaluasi ini sesuai dengan yang dipaparkan Worthen,
Sander dan Fitzpatrick dalam Sukmadinata, Nana Syaodih (2009: 122) dapat
dilihat pada tabel berikut:
|
Formatif
|
Sumatif
|
1. Tujuan
2. Pengguna
3. Pelaksanaan
4. Pengumpulan data
5. Sampel
6. Pertanyaan
|
Menyempurnakan
program
Pimpinan,
administrator, dan staf
Evaluator
internal
Multi
metode, informal
Purposif
atau probabilitas
- Kegiatan mana yang berjalan dan mana
yang tidak?
- Apa yang harus diperbaiki?
- Bagaimana perbaikannya?
|
Menilai
kelayakan program
Pengguna
atau pemberi dana
Evaluator
eksternal
Instrumen
baku (valid dan reliabel)
Probabilitas
- Apa hasilnya?
- Dalam situasi bagaimana?
- Membutuhkan biaya, sarana prasarana
dan latihan apa?
|
D.
Standar Evaluasi
Standar evaluasi
pendidikan yang baik menurut Joint Committee for Educational Evaluation (1994)
dalam Sukmadinata, Nana Syaodih (2009: 123) mencakup empat aspek sebagai
berikut:
1.
Standar
kebergunaan (untility standards)
2.
Standar
kelayakan (feasibility standards)
3.
Standar
kesantunan (propriety standards)
4.
Standar
ketepatan (accuracy standards)
Empat standar di atas
bukan merupakan standar yang baku, yang wajib untuk diikuti, tetapi dapat
sigunakan sebagai pedoman dan pegangan didalam merencanakan, melaksanakan dan
melaporkan hasil evaluasi.
E.
Lingkup Penelitian Evaluatif dalam
Pendidikan
Penelitian evaluatif dalam pendidikan mencakup bidang yang cukup luas,
adapun beberapa contoh bidang antara lain:
1. Kurikulum
Bagiannya antara lain desain kurikulum, implementasi dan evaluasi kurikulm. Material kurikulum berupa buku teks, modul, paket, perangkat keras, perangkat lunak, film, video, dll. Sumber belajar berupa laboratorium, workshop dan perpustakaan.
Bagiannya antara lain desain kurikulum, implementasi dan evaluasi kurikulm. Material kurikulum berupa buku teks, modul, paket, perangkat keras, perangkat lunak, film, video, dll. Sumber belajar berupa laboratorium, workshop dan perpustakaan.
2.
Program
pendidikan
Misalnya Anak berbakat, anak yang lambat, pencegahan
putus sekolah, remedial. Programmnya antara
lain: sains, social, matematika, ketrampilan PJJ.
3. Pembelajaran
Model-model pembelajaran seperti CTL, Discovery inquiry, pembelajaran terpadu,dll.
Model-model pembelajaran seperti CTL, Discovery inquiry, pembelajaran terpadu,dll.
4.
Pendidik, Guru, konselor dan administrator.
5.
Siswa kepribadian, kecerdasan, sikap, minat, motivasi,
kebiasan belajar dan prilaku menyimpang.
6.
Organisasi Sekolah dasar, sekolah menengah, pendidikan
tinggi, pendidikan kejuruan, pendidikan khusus,dll
7. Manajemen
Personil, sarana dan prasarana, biaya, partisipasi masyarakat, dan kegiatan ekstrakurikuler.
Personil, sarana dan prasarana, biaya, partisipasi masyarakat, dan kegiatan ekstrakurikuler.
F.
Pendekatan Penelitian Evaluatif
Pendekatan evaluasi
merupakan strategi untuk memfokuskan kegiatan evaluasi agar dapat menghasilkan
sesuatu yang bernilai guna. McMillian dan Schumacher (2001) dalam Sukmadinata,
Nana Syaodih (2009:125) mengemukakan enam pendekatan dalam penelitian
evaluatif:
1.
Evaluasi
berorientasi tujuan
Evaluasi ini
ditujukan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan dalam pelaksanaan program
kegiatan oleh kelompok sasaran, atau untuk mengukur hasil pelaksanaan
program/kegiatan, seperti kurikulum pembelajaran, manajemen berbasis sekolah,
penggunaan dana bantuan operasional, dll. Kelompok sasaran yang diharapkan akan
berdampak positif dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah siswa, guru, dan
sekolah.
Langkah-langkah
evaluasi yang berorientasi pada tujuan (Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009:125)
a.
Pemilihan
tujuan yang dapat diukur
b.
Pemilihan
instrumen
c.
Pemilihan
desain evaluasi
d.
Pengumpulan
dan analisis data
e.
Interpretasi
data
2.
Evaluasi
berorientasi pengguna
Evaluasi ini
menekankan pada hasil atau produk yang sesuai harapan dan sesuai kebutuhan
pengguna. Evaluasi dapat diterapkan terhadap produk program seperti, hasil
penerapan kurikulum, pembelajaran, pendidikan anak berbakat, pendidikan nilai,
dsb. Pengguna dari program tersebut adalah orang tua, siswa, dunia industri,
dll. Produk juga dapat dilakukan pada produk-produk yang bersifat perangkat
lunak dan perangkat keras. Perangkat lunak dapat berupa proses pembelajaran
menggunakan komputer dan video-audio, sedang perangkat keras dapat berupa media
cetak, buku, modul dan alat peraga lainnya.
3.
Evaluasi
berorientasi keahlian
Evaluasi ini
menggunakna standar keahlian untuk mengevaluasi program atau komponen
pendidikan dengan menggunakan kriteria atau standar yang telah dirumuskan oleh
para ahli, misalnya para ahli kurikulum telah merumuskan standar kurikulum yang
memenuhi kaidah-kaidah yang dikatakan baik dan dapat diimplementasikan dalam
dunia pendidikan. Ahli manajemen pendidikan juga telah merumuskan bagaimana
langkah-langkah menjalankan manajemen berbasis sekolah yang sesuai dengan
kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip manajemen yang baik.
4.
Evaluasi
berorientasi keputusan
Evaluasi jenis
ini akan menentukan keputusan yang akan diambil, pemilihan, pengumpulan dan
analisis data yang dibutuhkan untuk penentuan keputusan, dan menyampaikan
laporan pada penentu keputusan. Jenis bidang dan program yang dievaluasi serta
lingkup dari evaluasi akan menentukan hasil evaluasi dapat dimanfaatkan oleh
penentu kebijakan pada tingkat mana. Misalnya hasil evaluasi kurikulum di
propinsi tertentu akan menjadi bahan penentuan kebijakan bidang kurikulum dinas
pendidikan propinsi tersebut.
5.
Evaluasi
berorientasi lawan
Evaluasi ini
berbeda dengan jenis pendekatan yang lain. Dalam evaluasi berorientasi lawan
ini untuk menguji keampuhan suatu program harus dibandingkan dengan program
lain atau menggunakan standar evaluasi yang lain. Program kegiatan yang baik
akan tetap unggul meskipun dibandingkan dengan program lain atau menggunakan
standar evaluasi yang lain. Pembandingan dua program akan dapat memberikan pro
dan kontra bagi masing-masing dan dapat menjadi bahan masukan untuk
penyempurnaan program tersebut selanjutnya.
6.
Evaluasi
berorientasi partisipan-naturalistik
Pendekatan
evaluasi ini bersifat holistik atau menyeluruh, dengan menggunakna aneka instrumen
dan aneka data untuk memperoleh pemahaman yang utuh dari sudut pandang dan
nilai-nilai yang berbeda tentang pelaksaan pendidikan menurut perspektif atau
sudut pandang para partisipan.
G.
Contoh Rumusan Masalah Penelitian
Evaluatif
1.
Apakah
kurikulum 2013 dapat menghasilkan lulusan yang maju dalam akademik dan non
akademik?
2.
Apakah
kegiatan KKKS di Gugus V Kelurahan ... Kecamatan ... Kabupaten ... dapat
meningkatkan kinerja kepala sekolah?
3.
Apakah
penggunaan media pembelajaran ... dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas
belajar siswa di SDN ...
PENELITIAN
EX-POSTFACTO
A.
PENGERTIAN
Penelitian ex-postfacto merupakan penelitian dimana rangkaian
variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan
pengamatan terhadap variabel terikat (Sukardi
2007: 174). Penelitian ini juga sering disebut after the fact atau sesudah fakta dan ada pula peneliti yang
menyebutnya sebagai retrospective study atau
studi penelusuran kembali.
Kerlinger (1993) mendefinisikan
penelitian ex-postfacto adalah
penemuan empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan
kontrol terhadap variable-variabel bebas
karena manifestasinya sudah terjadi atau variable-variabel tersebut
secara inheren tidak dapat dimanipulasi. Sebagai contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh merokok terhadap
kemampuan menyerap oksigen dalam darah. Peneliti tidak mungkin melakukan
eksperimen dengan menyuruh orang menghisap beberapa batang rokok dalam sehari
untuk diketahui pengaruhnya terhadap kemampuan darah dalam mengikat oksigen.
Berdasarkan
uraian di atas, penelitian ex-postfacto
merupakan penelitian untuk menjelaskan atau menemukan bagaimana
variable-variabel dalam penelitian saling berhubungan atau berpengaruh, tetapi
juga mengapa gejala-gejala atau perilakun itu terjadi.
B.
KARAKTERISTIK
PENELITIAN EX-POSTFACTO
Ada
tiga karakteristik penting yang perlu diketahui oleh para peneliti dalam
kaitannya dengan penelitian korelasional (Sukardi
2007: 166) yaitu :
1. Penelitian korelasi tepat jika
variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan
mengontrol variabel.
2. Memungkinkan variabel diukur secara
intensif dalam kondisi setting nyata.
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan
derajat asosiasi yang signifikan
Penelitian eksperimental, dan ex-postfacto dasar logika yang digunakan
dan tujuan yang ingin dicapai sama yaitu menentukan validitas empiris. Contoh:
jika x maka y. Perbedaan antara penelitian eksperimen dan ex-postfacto adalah tidak ada kontrol langsung variable bebas dalam
penelitian ex-postfacto. Penelitian ex-postfacto dilakukan jika dalam
beberapa hal penelitian eksperimen tidak dapat dilaksanakan. Hal tersebut
adalah:
a)
Jika tidak
mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang diperlukan
untuk meneliti hubungan sebab akibat secara langsung
b)
Jika control
semua variable kecuali independent tunggal, tidak realistik, dan artificial,
mencegah interaksi yang normal dengan variable lain yang mempengaruhi.
c)
Jika kontrol secara laboratori untuk beberapa tujuan
tidak praktis, dari segi biaya dan etik dipertanyakan.
C.
MACAM-MACAM EX-POSTFACTO
Penelitian
Ex-postfacto dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu correlational
study dan criterion group study. Jenis pertama, correlational
study juga popular disebut causal research dan yang kedua disebut causal
compararative research, yaitu penelitian yang berusaha mencari informasi
tentang mengapa terjadi hubungan sebab akibat (Sukardi
2007: 165). Kedua
jenis penelitian tersebut secara ringkas dijelaskan pada bab berikut.
1.
Penelitian Korelasi
Penelitian
ex-postfacto diartikan sebagai suatu penyeidikan yang menguji hubungan
variabel yang terwujud sebelumnya. Jenis pendekatan penelitian ini
seringkali digunakan dalam bidang pendidikan, psikologis dan sosiologis karena
sebagian besar variabel yang diselidiki dalam bidang-bidang tersebut tidak
secara langsung dapat dimanipulasi oleh peneliti.
Penelitian
korelasi dalam bidang pendidikan, sosial, maupun ekonomi banyak dilakukan
oleh para peneliti. Penelitian ini dilakukan, ketika mereka ingin
mengetahui tentang kuat atau lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam
suatu objek atau subjek yang diteliti. Hal ini sesuai dengan
anjuran Gay yang dikutip Consueo G. Sevilla dan kawan-kawan yang menyatakan
bahwa:
Correlational research is a research study that involves
collecting data in order to determine whether and to what degree a relationship
exists between two or more quantifiable variables
Penelitian
korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna
menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau
lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan
mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya
sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian korelasi, seperti yang dikatakan
Gay, merupakan salah satu bagian penelitian Ex-postfacto karena mencari
peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari
keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam
koefisien korelasi. Walaupun demikian, ada peneliti lain seperti di antaranya
Nazir yang mengelompokkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi.
Pada sisi lain, menurut Nazir sebagaimana yang dikutip oleh Sukardi sering
diperlukan sebagai penelitian deskriptif, karena penelitian tersebut juga
berusaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini,
peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks
kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel. Perbedaan padangan tentang
posisi penelitian korelasi, tidak perlu diperdebatkan karena keduanya berpijak
dari sisi yang sedikit berbeda. Yang penting dalam hal ini adalah pilih metode
ini secara tepat agar dapat memecahkan permasalahan penelitian.
Penelitian
korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak
menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, di antaranya adalah :
a) Penelitian korelasi tepat jika
variabel kompleks dan penelitian tidak mungkin melakukan manipulasi dan
mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
b) Memungkinkan
variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata, dan
c) Memungkinkan
peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
Penelitian korelasi mencangkup pengumpulan data guna
menentukan adakah hubunga antar variabel dalm subjek atau objek yang menjadi
perhatian untuk diteliti. Penelitian korelasi, lebih tepat jika peneliti
memfokuskan usahanya dalam mencapai informasi yang dapat menerangkan adanya
fenomena yang kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga
dapat melakukan eksplorasi setuju melalui teknik korelasi parsial dimana
peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar dapat dilihat hubungan
dua variabel yang dianggap penting.
Di bidang pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan
untuk melakukan penelitian terhadap jumlah variabel yang diperkirakan mempunyai
peranan signifikan dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran sebagai
contoh, misalnya tentang pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal,
belajar strategi intensitas kehadiran mengikuti pelajaran dan sebagainya.
2.
Penelitian Kausal Komparatif
Metode
penelitian yang erat dengan penelitian korelasi adalah penelitian causal
comparative atau hubungan sebab akibat. Di dalam mengelompokkan jenis
penelitian ini, ada para ahli yang memasukkan penelitian kausal komparatif
sebagai penelitian deskriptif. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa
penelitian tersebut berusaha menggambarkan keadaan yang telah terjadi.
Sementara itu, ada pula peneliti yang memasukkan penelitian kausal comparative sebagai penelitian ex-postfacto
dengan alasan bahwa dalam penelitian itu, variabel juga telah terjadi dan
peneliti tidak berusaha memanipulasi atau mengontrolnya. Pada penelitian kausal
komparatif, variabel penyebab dan variabel yang dipengaruhi telah terjadi
dan diselidiki lagi dengan cara menurun kembali.
Sebenarnya
dalam penelitian kausal komparatif, peneliti dapat juga berusaha
menentukan alasan atau penyebab status objek yang diteliti. Hal demikian
seperti dinyatakan oleh Gay yang dikutip Sukardi dalam bukunya metode
penelitian mengatakan :
Causal comparative is that research in which the researcher
attempts to determine the cause or reason for existing differences in the
behaviors or status or groups of individuals.
Pendekatan
dasar kausal komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang diawali dari
mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya, kemudian dia
berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya. Atau dengan kata lain dalam
penelitian kausal komparatif peneliti berusaha mencermati pertanyaan penelitian
what is the effect of X? sebagai contoh, apa pengaruh yang terjadi, jika
seorang anak tanpa mengikuti sekolah taman kanak-kanak, kemudian langsung masuk
kelas satu sekolah dasar? Dalam kasus pendidikan apa yang terjadi bila
mahasiswa baru yang berasal dari SMU, tanpa malalui kuliah matrikulasi langsung
mengambil mata kuliah teknik, sebagai halnya mahasiswa dari SMK?.
D.
PELAKSANAAN PENELITIAN EX-POSTFACTO
Tidak
adanya manipulasi perlakuan dan penempatan subyek secara acak menyebabkan
validitas internal dalam penelitian ex-postfacto
kurang dapat dikendalikan. Dengan kata lain, hipotesis tandingan yang logis
sulit dibatasi. Akan tetapi, dengan perencanaan yang baik, hal ini dapat
ditekan seminimal mungkin sehingga hasilnya akan mendekati penelitian
eksperimen. Untuk mendapatkan hasil yang demikian ini, peneliti perlu melalui
langkah-langkah berikut ini
1. Perumusan masalah. Masalah yang
ditetapkan harus mengandung sebab atau kausa bagi munculnya variabel dependen,
yang dapat diketahui berdasarkan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan
atau penafsiran peneliti terhadap hasil observasi terhadap fenomena yang sedang
diteliti.
2. Setelah masalah dirumuskan, peneliti
harus mampu mengidentifikasi hipotesis tandingan atau alternative yang mungkin
dapat menerangkan hubungan antar variabel independent dan dependen.
3. Penentuan kelompok subyek yang akan
dibandingkan. Pertama-tama, kelompok yang dipilih harus memiliki karakteristik
yang menjadi konsen penelitian.
4. Pengumpulan data. Hanya data yang
diperlukan yang dikumpulkan, baik yang berkenaan dengan variabel dependen
maupun berkenaan dengan factor yang dimungkinkan memunculkan hipotesis
tandingan.
5. Analisis data. Teknik analisis data
yang digunakan serupa dengan yang digunakan dalam penelitian diferensial maupun
eksperimen, di mana perbandingan nilai variabel dependen dilakukan antar
kelompok subyek atas dasar faktor yang menjadi konsen.
6. Penafsiran hasil. Pernyataan sebab
akibat dalam penelitian ini perlu dilakukan secara hati-hati. Kausalitas
hubungan antar variabel independent dan dependen sangat tergantung pada
kemampuan peneliti untuk memilih kelompok perbandingan yang homogen dan
keyakinan bahwa munculnya hipotesis tandingan dapat dicegah.
E.
KELEBIHAN
PENELITIAN EX-POSTFACTO
1. Sesuai
untuk keadaan yang tidak dapat dilakukan oleh penelitian eksperimen
2. Informasi
tentang sifat fenomena apa yang terjadi, dengan apa kejadiannya, di bawah
kondisi apa fenomena terjadi, dan dalam sekuensi dan pola seperti apa fenomena
terjadi,
3.
Kemajuan dalam teknik statistik membuat desain ex-postfacto lebih bertahan.
F.
KELEMAHAN
PENELITIAN EX-POSTFACTO
1. Kurang
kontrol terhadap variable bebas
2.
Sulit memastikan apakah faktor-faktor penyebab telah
dimasukkan dan diidentifikasi
3.
Tidak ada faktor tunggal yang menjadi sebab suatu akibat,
tetapi beberapa kombinasi dan interaksi faktor-faktor berjalan bersama di bawah
kondisi tertentu menghasilkan akibat tertentu.
4.
Suatu fenomena mungkin bukan saja hasil dari sebab yang
banyak, tetapi juga dari satu sebab dalam satu hal dan dari sebab yang lain.
5.
Jika hubungan antara dua variable ditemukan, sulit
menemukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
6.
Kenyataan yang menunjukkan bahwa dua atau lebih faktor
berhubungan tidak mesti menyatakan hubungan sebab akibat. Semua faktor bias
jadi berhubungan dengan suatu faktor tambahan yang tidak dikenal atau tidak
diamati.
7.
Mengklasifikasikan subyek ke dalam kelompok dikotomi
(misalnya yang berprestasi dan yang tidak berprestasi) untuk tujuan komparasi
penuh dengan masalah, karena kategori seperti ini adalah samar-samar, dapat
bervariasi, dan sementara.
- Penelitian komparatif dalam situasi yang alami tidak
memberikan seleksi subyek yang terkontrol. Sulit menempatkan kelompok
subyek yang sama dalam segala hal kecuali pemaparan mereka terhadap satu
variable.
G.
Contoh
Rumusan Masalah Penelitian Evaluatif
1. Adakah
hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar IPA siswa
kelas...SD...
2. Apakah
ada pengaruh kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas...SD...
DAFTAR PUSTAKA
Consueo G. Sevilla dkk, 1993. Pengantar
Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia.
Nana Syaodih
Sukmadinata. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suharsimi
Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi
dan Praktiknya. Jakarta
: PT Bumi Aksara.
penelitian evaluatif dan penelitian ex-postfacto
Reviewed by asarisolid
on
5:12 PM
Rating:
No comments: