Penelitian Eksperimen PART 4 / 6


A.    Prosedur Penelitian Eksperimen
McMillan dan Schumacher (2001: 324) mengemukakan bahwa pada dasarnya perencanaan penelitian eksperimen yaitu sebagai berikut:
Ø  The first step in to define a research problem, search the literature, and state clear research hypotheses. (Langkah pertama mendefinisikan permasalahan penelitian, mencari literatur, dan menetapkan hipotesis penelitian.)
Ø  Second, the researcher select subject from a defined population and depending in the specific design used, usually “assigns” subject to different groups. (Kedua, peneliti memilih subjek dari populasi tertentu dan tergantung pada desain tertentu yang digunakan, biasanya memberikan perlakuan pada kelompok yang berbeda.)
Ø  Third, in assigning the treatment, as indicated by levels of the independent variable, the researcher determines the nature of the value, forms, or conditions each group receives. (Ketiga, dalam menentukan perlakuan, seperti yang ditunjukkan pada variabel independen, peneliti menentukan sifat nilai, bentuk, atau kondisi masing-masing kelompok.)
Menurut Zainal Arifin (2012:70) langkah-langkah umum penelitian eksperimen pada prinsipnya hampir sama dengan jenis penelitian pada umumnya, yaitu:
Langkah ke-1  :    Memilih masalah (analisis induktif)
Langkah ke-2  :    Mengidentifikasi masalah
Langkah ke-3  :    Melakukan kajian pustaka yangrelevan dengan permasalahan
Langkah ke-4  :    Merumuskan hipotesis statistik (Ho)
Langkah ke-5  :    Merumuskan definisi operasional dan variabel penelitian
Langkah ke-6  :    Menyusun desain penelitian eksperimen, yang meliputi: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) landasan teori, (d) hipotesisi, (e) variabel penelitian, (f) tujuan dan manfaat hasil penelitian, (g) model desain eksperimen, (h) populasi dan sampel, (i) kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, (j) instrumen penelitian, (k) langkah-langkah pengumpulan data, dan (l) langkah-langkah pengolahan data.
Langkah ke-7  :    Uji coba instrumen dan langkah-langkah kegiatan eksperimen
Langkah ke-8  :    Melaksanakan eksperimen yang sesunguhnya
Langkah ke-9  :    Mengumpulkan, mengelompkkan dan mendeskripsikan data
Langkah ke-10     :    Analisis data
Langkah ke-11     :    Membahas hasil eksperimen sesuai dengan rumusan masalah
Langkah ke-12     :    Membuat simpulan, implikasi dan saran, dan
Langkah ke-13     :    Menyusun laporan penelitian eksperimen

Selanjutnya, langkah-langkah penelitian eksperimen menurut Cohen dkk (2007: 287) meliputi:
1.      Mengidentifikasi tujuan penelitian.
2.      Memilih variabel yang relevan.
3.      Menentukan tingkat intervensi.
4.      Mengontrol kondisi eksperimental dan lingkungan.
5.      Memilih desain eksperimen yang tepat.
6.      Mengelola pre-test.
7.      Menetapkan peserta untuk kelompok.
8.      Melakukan intervensi.
9.      Melakukan post-test
10.  Menganalisis hasil.
Langkah-langkah penelitian eksperimen menurut Jaenud (2011: 8) pada dasarnya sama dengan jenis penelitian positivistik yang lain, yaitu:
1.      Memilih dan merumuskan masalah, termasuk akan menguji-cobakan perlakuan apa, dampak dampak apa yang ingin dilihat.
2.      Memilih subyek yang akan dikenai perlakuan dan subyek yang tidak dikenai perlakuan.
3.      Memilih disain penelitian eksperimen.
4.      Mengembangkan instrumen pengukuran (instrumen untuk mengumpulkan data).
5.      Melaksanakan prosedur penelitian dan pengumpulan data.
6.      Menganalisis data.
7.      Perumusan kesimpulan.

B.     Validitas Desain Penelitian Eksperimen
Berikut adalah empat jenis validitas menurut Creswell (2012) yaitu, sebagai berikut:
1.      Validitas kesimpulan statistik, yang mengacu pada penggunaan yang tepat dari statistik (misalnya, melanggar asumsi statistik, peringkat dibatasi adalah variabel, daya rendah) untuk menyimpulkan apakah variabel independen dan dependen dianggap dalampercobaan.
2.      Validitas konstruk, yang berarti pengelompokan validitas kesimpulan tentang konstruksi (atau variabel) dalam penelitian ini.
3.      Validitas internal, yang berkaitan dengan validitas kesimpulan yang ditarik tentang hubungan sebab dan akibat antara variabel independen dan dependen.
4.       Validitas eksternal, yang mengacu pada validitas dari hubungan tanya-efek menjadi digeneralisasikan kepada orang lain, pengaturan, variabel pengobatan, dan tindakan.
Sukardi (2009: 188) mengungkapkan bahwa hasil eksperimen dengan subjek manusia atau tingkah laku mempunyai kemunginan besar bervariasi, apabila peneliti tidak bisa memisahkan antara variabel yang diperlukan dari variabel luar di sekitar proses eksperimen. Secara ideal, suatu eksperimen dikatakan valid apabila:
1.      Hasil yang dicapai hanya diakibatkan oleh karena variabel bebas yang dimanipulasi secara sistematis,
2.      Hasil akhir eksperimen harus dapat digeneralisasikan pada kondisi eksperimen yang berbeda.
Untuk mencapai hal diatas, ada dua syarat agar hasil suatu eksperimen dapat mencapai hasil yang baik dan bervariasi. Kedua syarat yang dimaksud adalah perlunya validitas eksternal dan validitas internal yang terjaga selama proses penelitian eksperimen.
Kemudian, agar eksperimen memberikan hasil yang meyakinkan, semua variabel ekstranus harus dikontrol. Kalau variabel-variabel tersebut tidak dikontrol sulit dapat disimpulkan bahwa variabel akibat atau variabel terikat tersebut disebabkan atau karena pengaruh variabel bebas. Donal Campbell dan Julian Stanley dalam Sukmadinata (2013: 197) menulis tentang variabel internal dalam eksperimen. Variabel internal menunjukkan sejauhmana variabel ekstranus dikontrol oleh penelitian dalam eksperimen. Campbell dan Stanley dalam Sukmadinata (2013: 197) mengemukakan ada 12 hal yang perlu dikontrol dalam validitas internal, antara lain:
1.      History
Perlakuan dalam bidang sosial dan pendidikan umumnya dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang kemungkinan juga cukup panjang. Selama perlakuan diberikan banyak hal yang juga dilakukan oleh kelompok eksperimen. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh pada proses dan hasil dari eksperimen.
2.      Maturation
Selama perlakuan diberikan, kelompok eksperimen juga mengalami perkembangan, pengetahuannya bertambah, kematangannya juga meningkat, sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen.
3.      Testing
Dalam eksperimen dilakukan pretes dan postes. Berdasarkan pengalaman yang mereka terima dalam pretes mereka memiliki kesiapan yang lebih tinggi dalam melakukan postes.
4.      Instrumentation
Dampak negatif dari instrumen yang digunakan terutama dihadapi kalau instrumennya hanya bersifat pedoman pengamatan atau pedoman wawancara. Hal-hal subjektif banyak berperan dalam penggunaan instrumen ini. Meskipun digunakan instrumen yang lebih obyektif, ada kecenderungan dari peneliti-peneliti secara sadar atau tidak sadar akan memberikan nilai lebih tinggi pada postes.
5.      Statistical Regression
Dalam regresi statistik ada kecenderungan subjek yang mendapat skor terendah dalam tes pertama akan naik pada tes ulangan atau tes kedua dengan soal yang sama atau hampir sama, kalaupun kemampuannya sebenarnya sama, sebaliknya subjek yang mendapatkan skor tinggi pada tes pertama akan menurun pada tes ulangan atau tes kedua.
6.      Differential selection
Dalam pembentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sering terjadi pilihan yang berbeda sehingga kedua kelompok menjadi kurang homogen. Bila sampel benar-benar homogen maka pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak (random).
7.      Experimental mortality
Dalam pelaksanaan eksperimen juga sering terjadi pengurangan jumlah anggota dari kelompok eksperimen ataupun kelompok kontrol.
8.      Selection-maturation interaction
Dalam pemilihan kelompok eksperimen dan kontrol seringkali tidak dapat dihindari adanya perbedaan rata-rata tingkat perkembangan kedua kelompok. Umpamanya karena adanya perbedaan kebijakan kepada sekolah rata-rata usia siswa kelas satu di suatu daerah adalah 6,1 tahun dan di daerah lain 6,6 dsb.
9.      Experimental treatment diffusion
Kelemahan ini terutama terjadi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang lokasinya berdekatan. Perlakuan dengan berbagai perangkat dan kegiatan pendukungnya mungkin diketahui dan lebih jauh juga dipinjam oleh pelaksana dan diterapkan pada kelompok kontrol.
10.  Compensatory rivalry by the control group
Karena kelompok mengetahui statusnya sebagai kelompok yang diperbandingkan (kelompok kontrol) dengan kelompok eksperimen, maka mereka berupaya melakukan kegiatan yang lebih dari biasanya sehingga hasilnya tidak berbeda dengan kelompok eksperimen. Efek ini biasa juga disebut sebagai John Henry effect.
11.  Compensatory equilization of treatments
Karena kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan fasilitas dan layanan yang baik, maka kelompok kontrol juga diberi fasilitas dan layanan yang baik walaupun dalam kegiatan yang biasa. Perbaikan fasilitas dan layanan tersebut dapat menurunkan signifikansi perbedaan hasil pemberian perlakuan.
12.  Resentful demoralization of the control group
Kalau pada kelompok eksperimen, anggota kelompok memiliki moral yang tinggi karena status mereka sebagai kelompok eksperimen, maka kelompok kontrol memiliki moral yang rendah karena statusnya sebagai kelompok pembanding yang tidak diberi keistimewaan.
Validitas internal berkaitan dengan pertanyaan: apakah perlakuan eksperimental menyebabkan perubahan pada variabel terikat? apakah variabel bebas menyebabkan perbedaan yang signifikan? pertanyaan tentang validitas internal tidak dapat dijawab secara positif oleh peneliti, kecuali kalau desain tersebut dapat memberikan pengendalian yang memadai terhadap variabel-variabel luar. Artinya kalau desain tersebut dapat mengendalikan variabel, maka peneliti dapat menghilangkan kemungkinan hasil empiris yang lain serta dapat menafsirkan hasil itu sebagai hal yang menunjukan adanya hubungan hakiki antara variabel-variabel tersebut.

Berikut ini adalah ancaman internal validitas (McMillan, 2013: 222) yaitu, sebagai berikut:
No
Perlakuan
Deskripisi
Contoh
1.
Sejarah
Peristiwa yang tidak direncanakan yang terjadi selama penelitian
Api bor terjadi di tengah-tengah studi tentang pengaruh pelajaran komputerisasi
2.
Pemilihan
Perbedaan karakteristik pada mata pelajaran
Siswa dari sekolah swasta, yang memiliki dukungan orangtua yang kuat, dibandingkan  siswa dari sekolah umum, yang memiliki dukungan orangtua yang lemah
3.
Pematangan
Perubahan alami pada mata pelajaran
Mengubah berpikir kritis mahasiswa dikaitkan dengan kurikulum yang ketat
4.
Pretesting
pretest mempengaruhi perilaku selanjutnya
Mahasiswa mengambil pretest pada pendapat mereka terhadap penciptaan, membaca, dan mendiskusikan buku yang kemudian posttest
5.
Instrumen
Perbedaan hasil karena tidak dapat diandalkan atau perubahan dalam instrumen, raterts, atau mengamati
Satu penilai dinilai semua tes kelompok intervensi dan penilai kedua dinilai semua tes kelompok control
6.
Perlakuan berulang
Hanya sejumlah kecil yang independen, perlakuan diulang
Sebuah metode baru pengajaran, menggunakan permainan, adalah diberikan dalam tiga kelas
7.
Pengurangan subjek
Kehilangan subjek
Lebih banyak subyek drop out dari studi dari kelompok intervensi, yang dibutuhkan untuk memiliki latihan berat, dibandingkan subyek control
8.
Regresi statistic
Skor ekstrim kelompok subyek bergerak lebih dekat ke rata-rata pada tes kedua
Siswa dengan persentase lemparan bebas terburuk yang digunakan untuk menguji strategi baru untuk meningkatkan akurasi lemparan bebas
9.
Difusi perlakuan
Efek pengendalian dampak atau perbandingan kelompok
Siswa kelas lima tidak dapat berpartisipasi dalam klub buku baru (kelompok kontrol) yang membenci kelompok intervensi
10.
Dampak percobaan
Efek yang disengaja atau tidak disengaja peneliti
Seorang guru tidak sadar membantu siswa eksperimental mendapatkan nilai ujian yang lebih tinggi
11.
Dampak subjek
Perubahan perilaku yang dihasilkan oleh subjek berdasarkan belajar
Mahasiswa memberikan evaluasi tinggi karena mereka tahu dia adalah untuk penguasaan dan evaluasi merupakan bukti kunci

Disamping validitas internal penelitian eksperimental juga perlu memiliki validitas eksternal. Validitas eksternal adalah kerepresentatifan hasil penyelidikan atau dapatnya hasil penyelidikan itu digeneralisasi. Pertanyaan peneliti antara lain: kepada populasi, situasi, variabel eksperimental, dan variabel pengukur apakah hasil penyelidikan itu dapat digeneralisasi? Menurut Bracht dan Glass dalam Furchan (2011: 360) menyebutkan ada 2 macam validitas eksternal, yaitu:
a.       Validitas populasi, menyangkut identifikasi populasi yang akan digeneralisasi berdasarkan hasil eksperimen tersebut. Pertanyaannya: populasi subjek yang bagaimanakah yang dapat diharapkan mempunyai perilaku sama dengan subjek eksperimen yang dijadikan sampel ?
Peneliti berharap agak hasil penyelidikan terhadap kelompok eksperimental itu dapat digeneralisasi kepada populasi yang jauh lebih besar, meskipun populasi tersebut tidak/belum diselidiki.
b.      Validitas ekologis, menyangkut masalah penggenaralisasi pengaruh eksperimental kepada kondisi-kondisi lingkungan yang lain. Pertanyaannya: dalam kondisi yang bagaimanakah keaadaan, perlakuan, pelaku eksperimen, variabel terikat dan sebagainya dapat diharapkan diperoleh hasil yang sama ?
Para pelaksana eksperimen harus memperlihatkan validitas eksternal ekologis. Artinya mereka ingin mengatakan bahwa hasil seperti itu juga akan diperoleh dalam kondisi lingkungan eksperimen yang lain. Agar memiliki validitas ekologis, suatu desain harus memberikan jaminan bahwa akibat eksperimen itu tidak terikat pada lingkungan eksperimen tertentu.










Menurut Creswell, (2012: 216) Ancaman Validitas Eksternal:
Jenis Ancaman
Deskripsi Ancaman
Tindakan-Tindakan Responsif
Antara pemilihan dan Treatment
Karena sempitnya karakteristik-karakteristik yang ditetapkan dalam memilih para partisipan, peneliti sering kali tidak mampu menggeneralisasi siapa saja yang memiliki dan tidak memiliki karakteristik khusus untuk menjadi partisipan penelitian.
Peneliti perlu membatasi tuntutan-tuntutan atau klaim-klaimnya mengenai karakteristik partisipan yang sering kali membuat peneliti tidak mampu menggeneralisasi hasil penelitian. Peneliti melaksanakan penelitian tambahan pada kelompk-kelompok /para partisipan yang memiliki karakteristik yang berbeda.
Antara setting dan treatment
Karena ditetapkan karakteristik-karakteristik khusus dalam memilih setting, peneliti sering kali tak menggeneralisasikan individu-individu pada setting-setting berbeda.
Peneliti perlu melakukan penelitian tambahan dalam setting yang baru untuk mengetahhui apakah hasil yang muncul sama dengan yang diperolehnya dalam setting sebelumnya.
Antara sejarah dan treatment
Karena hasil eksperimentasi terkait waktu, peneliti sering kali tidak mampu menggeneralisasikan hasil penelitian untuk situasi masa lalu dan masa depan.
Peneliti perlu melakukan penelitian ulang pada waktu-waktu yang akan datang untuk mengetahui apakah hasil-hasil yang diperolehnya sama dengan hasil-hasil pada penelitian terdahulu.

Berikut ini adalah Faktor yang mempengaruhi generalisasi menurut McMillan (2013: 223), yaitu:
No
Faktor
Deskripsi
1.
Subjek
Karakteristik subjek seperti status sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, ras, dan kemampuan. Apakah dan bagaimana subjek dipilih dari populasi yang lebih besar, kesimpulan berdasarkan dalam sampel, kesadaran subyek penelitian.
2.
Situasi
Karakteristik informasi yang dikumpulkan, misalnya alami atau dibuat-buat, waktu hari; sekitarnya.
3
Waktu 
Beberapa penjelasan berubah dari waktu ke waktu, misalnya tahun atau decade
4.
Perlakuan
Karakteristik dari cara di mana intervensi eksperimental dikonseptualisasikan dan dikelola.
5.
Tindakan
Sifat dan jenis tindakan yang digunakan untuk mengumpulkan informasi.

McMillan (2013: 234) menyatakan bahwa kriteria untuk mengevaluasi penelitian eksperimental:
1.      Tujuan utama adalah untuk menguji hipotesis kausal. Penelitian eksperimental harus desain untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat yang diantisipasi dengan hipotesis penelitian yang jelas. Jika tidak ada hipotesis penelitian, tidak cukup bukti deskriptif atau hubungan mungkin ada untuk membenarkan melakukan percobaan, atau peneliti mungkin kurang informasi tentang perlunya sebuah hipotesis.
2.      Harus ada kontrol langsung dari intervensi. Sebuah fitur penting dari percobaan adalah bahwa peneliti mengontrol intervensi yang subjek akan menerima. Jika tidak jelas bahwa seperti "manipulasi" telah terjadi kemampuan untuk membuat interpretaions kausal akan terbatas.
3.      Desain eksperimental harus diidentifikasi secara jelas. Walaupun tidak perlu bagi peneliti untuk menggunakan bahasa tertentu dalam bab ini untuk mengidentifikasi desain (misalnya, acak kelompok hanya posttest), adalah penting bahwa rincian yang cukup tentang desain disediakan untuk memungkinkan Anda untuk memahami apa yang dilakukan untuk mana peserta dan urutan pengukuran dan intervensi. Bahkan, harus ada cukup detail sehingga Anda bisa meniru studi ini. Seperti disebutkan, ancaman Anda perlu fokus pada untuk mengevaluasi studi tergantung untuk memperpanjang tertentu pada desain. Jika Anda tidak dapat memahami desain, peneliti mungkin tidak mengerti itu baik.
4.      Desain harus memberikan kontrol maksimum extranenous / variabel bingung. Peneliti harus menunjukkan bagaimana spesifik aspek kontrol desain yang mungkin variabel extranenous dan membingungkan. Ancaman yang jelas, seperti pemilihan dalam nonequivalent-kelompok desain, perlu ditangani. Jika ancaman yang jelas tidak dikendalikan oleh desain, peneliti harus menyajikan alasan untuk cara ancaman tertentu bukan merupakan penjelasan alternatif yang masuk akal untuk hasil. Kegagalan untuk memberikan alasan tersebut mungkin menunjukkan bahwa peneliti tidak sepenuhnya memahami bagaimana variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi hasil.
5.      Intervensi harus dijelaskan dan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Fitur utama dari intervensi dan prosedur harus dijelaskan secara cukup rinci untuk memungkinkan peneliti lain untuk meniru studi dan membandingkannya dengan studi intervensi serupa, dan untuk memungkinkan sintesis penelitian seperti meta-analisis. Penjelasan lengkap juga memungkinkan Anda untuk menghubungkan teori di balik intervensi dengan apa yang dilaksanakan. Kebanyakan label menggunakan intervensi yang dapat dioperasionalkan dengan cara yang berbeda, dalam banyak cara yang sama konstruksi berada di dalam pengukuran.
6.      Penentuan n harus ulangan independen yang sama dari intervensi. Dalam sebuah percobaan klasik, setiap peserta secara acak ditugaskan untuk inteventions dan mengalami intervensi dari independenly lainnya. Dalam beberapa penelitian, peserta secara acak ditugaskan untuk grups dan kemudian semua mata pelajaran di masing-masing kelompok menerima satu intervensi bersama-sama. Secara teknis, masing-masing kelompok dalam situasi ini adalah salah satu "n". jika setiap orang mengalami intervensi secara terpisah dari yang lain, setiap orang adalah salah satu peserta. Namun, jika hanya satu intervensi diberikan kepada sekelompok orang, kelompok harus diidentifikasi sebagai salah satu "subjek". Dalam membaca sebuah studi eksperimental, Anda harus mencari berapa kali program ini direplikasi, yang harus sama dengan jumlah peserta dalam penelitian.
7.      Ukuran variabel dependen harus cukup sensitif untuk menangkap perubahan dengan intervensi. Pengukuran variabel dependey harus sensitif terhadap perubahan karena apa yang telah dilaksanakan dari intervensi. Artinya, mya sulit untuk menunjukkan perubahan nilai pada beberapa tets standar kemampuan atau penalaran, atau dengan ciri-ciri yang relatif stabil seperti self-effecacy atau gaya kognitif.

C.    Analisis Data
Sebelum data dianalisis akhir, ada uji prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu: Uji Normalitas, Uji Linieritas, dan Uji Homogenitas. Analisis data dalam penelitian eksperimen pada umumnya menggunakan beberapa uji statistik sebagai berikut:
1.      UJI T
Menurut Phopam (1973: 124-138) Uji T digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dua kelompok data. Berikut ini adalah model Uji t:
1.      Model t separated varian
2.         Model t pooled varian
Syarat pengguunan rumus uji t:
1.         Jika n1=n2 dan σ1222, dengan n1 = n2 maka dapat digunakan rumus Model t separated varian dan Model t pooled varian
2.         Jika n1≠n2 dan σ1222, dengan df = n1 + n2 - 1 maka dapat digunakan rumus Model t pooled varian
3.         Jika n1=n2 dan σ12≠σ22, dengan df = n – 1  maka dapat digunakan rumus Model t separated varian,.
4.         Jika n1≠n2 dan σ12≠σ22, dengan df 1= n1 – 1 dan df2= n2-1 maka dapat digunakan rumus Model t separated varian.

Contoh Uji t:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui kecepatan memasuki dunia kerja antara lulusan SMU dan SMK. Berdasarkan 22 responden lulusan SMU dan 18 lulusan SMK diperoleh data bahwa lama menunggu untuk mendapatkan pekerjaan kedua kelompok lulusan sekolah tersebut adalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Hipotesis yang diajukan adalah :
Ho       : tidak terdapat perbedaan lama menunggu untuk mendapatkan pekerjaan antara lulusan SMU dan SMK.
Ha       : terdapat perbedaan lama menunggu untuk mendapatkan pekerjaan antara lulusan SMU dan SMK.
Atau dapat ditulis dalam bentuk
Ho : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2
Dalam Tabel di bawah dapat dilihat bahwa varians (kuadrat dari simpangan baku) terbesar = 2,28 dan terkecil = 0,65. Jadi F = 2,28 : 0,65 = 3,49. Harga F hitung tersebut perlu dibandingkn dengan F tabel, dengan dk pembilang = (22-1) dan dk penyebut = (18-1). Berdasarkan dk pembilang = 21 dan penyebut = 17, dengan taraf kesalahan ditetapkan 5%, maka harga F tabel = 2,22. (harga antara pembilang 20 dan 24).
Tabel Lama menunggu lulusan SMU dan SMK Untuk mendapatkan pekerjaan.
No
Lama Menunggu SMU
Dalam Tahun
Lama menunggu SMK
Dalam Tahun
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
6
3
5
2
5
1
2
3
1
3
2
4
3
4
2
3
1
5
1
3
1
4
2
1
3
1
3
2
2
1
3
1
1
1
3
2
1
2
2
1

n1            = 22,00
= 2,91
     = 1,51
   = 2,28
n2           = 18,00
= 1,78
      = 0,81
    = 0,65
Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel ( Fh : Ft ). Maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ho diterima berarti varians homogens.
Ternyata harga F hitung lebih besar dari F tabel ( 3,49 > 2,22 ). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti varians tidak homogen. Setelah diketahui varians tidak homogen (α1 ≠ α2) dan jumlah sampel kelompok 1 tidak sama dengan jumlah kelompok 2 (n1 ≠ n2), maka digunakan rumus :
Harga t hitung tersebut, selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel. T tabel dengan digunakan t tabel pengganti (karena sampel dan varian tidak homogen). T tabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan dk = n1 - 1 dan dk = n2 – 2 dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.
n1 = 22; dk = 21, maka t tabel = 2,08 (α = 5%)
n2  = 18; dk = 17, maka t tabel = 2,11.
Selisih kedua harga t tabel kemudian dibagi dua adalah (2,11 – 2,08) : 2= 0,015. Harga selanjutnya ditambahkan dengan t tabel yang terkecil yaitu : 2,08. Jadi t tabel pengganti adalah 2,08 + 0,015 = 2,095.
Berdasarkan perhitungan tersebut, ternyata t hitung lebih kecil dari t tabel (3,02 > 2,095). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya terdapat perbedaan yang signifikan masa menunggu untuk mendapatkan pekerjaan antara lulusan SMU dan SMK (dalam satuan tahun). Lulusan SMK cenderung lebih cepat mendapatkan pekerjaan.


Penelitian Eksperimen PART 4 / 6 Penelitian Eksperimen PART 4 / 6 Reviewed by asarisolid on 1:36 AM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.