A. Prosedur
Penelitian Eksperimen
McMillan dan Schumacher (2001: 324) mengemukakan
bahwa pada dasarnya perencanaan penelitian eksperimen yaitu sebagai berikut:
Ø The
first step in to define a research problem, search the literature, and state
clear research hypotheses. (Langkah pertama
mendefinisikan permasalahan penelitian, mencari literatur, dan menetapkan
hipotesis penelitian.)
Ø Second,
the researcher select subject from a defined population and depending in the
specific design used, usually “assigns” subject to different groups. (Kedua,
peneliti memilih subjek dari populasi tertentu dan tergantung pada desain tertentu
yang digunakan, biasanya memberikan perlakuan pada kelompok yang berbeda.)
Ø Third,
in assigning the treatment, as indicated by levels of the independent variable,
the researcher determines the nature of the value, forms, or conditions each
group receives. (Ketiga, dalam menentukan
perlakuan, seperti yang ditunjukkan pada variabel independen, peneliti
menentukan sifat nilai, bentuk, atau kondisi masing-masing kelompok.)
Menurut
Zainal Arifin (2012:70) langkah-langkah umum penelitian eksperimen pada
prinsipnya hampir sama dengan jenis penelitian pada umumnya, yaitu:
Langkah
ke-1 : Memilih
masalah (analisis induktif)
Langkah
ke-2 : Mengidentifikasi
masalah
Langkah
ke-3 : Melakukan
kajian pustaka yangrelevan dengan permasalahan
Langkah
ke-4 : Merumuskan
hipotesis statistik (Ho)
Langkah
ke-5 : Merumuskan
definisi operasional dan variabel penelitian
Langkah
ke-6 : Menyusun
desain penelitian eksperimen, yang meliputi: (a) latar belakang masalah, (b)
rumusan masalah, (c) landasan teori, (d) hipotesisi, (e) variabel penelitian,
(f) tujuan dan manfaat hasil penelitian, (g) model desain eksperimen, (h)
populasi dan sampel, (i) kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, (j)
instrumen penelitian, (k) langkah-langkah pengumpulan data, dan (l)
langkah-langkah pengolahan data.
Langkah
ke-7 : Uji
coba instrumen dan langkah-langkah kegiatan eksperimen
Langkah
ke-8 : Melaksanakan
eksperimen yang sesunguhnya
Langkah
ke-9 : Mengumpulkan, mengelompkkan dan
mendeskripsikan data
Langkah
ke-10 : Analisis data
Langkah
ke-11 : Membahas hasil eksperimen sesuai dengan
rumusan masalah
Langkah
ke-12 : Membuat simpulan, implikasi dan saran,
dan
Langkah
ke-13 : Menyusun laporan penelitian eksperimen
Selanjutnya, langkah-langkah penelitian eksperimen
menurut Cohen dkk (2007: 287) meliputi:
1.
Mengidentifikasi
tujuan penelitian.
2.
Memilih
variabel yang relevan.
3.
Menentukan
tingkat intervensi.
4.
Mengontrol
kondisi eksperimental dan lingkungan.
5.
Memilih
desain eksperimen yang tepat.
6.
Mengelola
pre-test.
7.
Menetapkan
peserta untuk kelompok.
8.
Melakukan
intervensi.
9.
Melakukan
post-test
10. Menganalisis hasil.
Langkah-langkah
penelitian eksperimen menurut Jaenud (2011: 8) pada dasarnya sama dengan jenis penelitian
positivistik yang lain, yaitu:
1. Memilih dan
merumuskan masalah, termasuk akan menguji-cobakan perlakuan
apa, dampak dampak apa yang
ingin dilihat.
2. Memilih subyek
yang akan dikenai perlakuan dan subyek yang tidak dikenai
perlakuan.
3. Memilih disain
penelitian eksperimen.
4. Mengembangkan
instrumen pengukuran (instrumen untuk mengumpulkan data).
5. Melaksanakan
prosedur penelitian dan pengumpulan data.
6. Menganalisis
data.
7. Perumusan
kesimpulan.
B. Validitas
Desain Penelitian Eksperimen
Berikut adalah empat jenis validitas menurut Creswell
(2012) yaitu, sebagai berikut:
1. Validitas kesimpulan statistik, yang mengacu pada penggunaan yang tepat dari statistik
(misalnya, melanggar asumsi statistik, peringkat dibatasi adalah variabel,
daya rendah) untuk menyimpulkan apakah variabel independen dan dependen
dianggap dalampercobaan.
2. Validitas
konstruk, yang berarti pengelompokan validitas kesimpulan tentang konstruksi
(atau variabel) dalam penelitian ini.
3. Validitas internal, yang berkaitan dengan validitas kesimpulan yang ditarik
tentang hubungan sebab dan akibat antara variabel independen dan dependen.
4. Validitas eksternal, yang mengacu pada validitas dari
hubungan tanya-efek menjadi digeneralisasikan kepada orang lain,
pengaturan, variabel pengobatan, dan tindakan.
Sukardi (2009: 188)
mengungkapkan bahwa hasil eksperimen dengan subjek manusia atau tingkah laku
mempunyai kemunginan besar bervariasi, apabila peneliti tidak bisa memisahkan
antara variabel yang diperlukan dari variabel luar di sekitar proses
eksperimen. Secara ideal, suatu eksperimen dikatakan valid apabila:
1.
Hasil
yang dicapai hanya diakibatkan oleh karena variabel bebas yang dimanipulasi
secara sistematis,
2.
Hasil
akhir eksperimen harus dapat digeneralisasikan pada kondisi eksperimen yang
berbeda.
Untuk mencapai hal
diatas, ada dua syarat agar hasil suatu eksperimen dapat mencapai hasil yang
baik dan bervariasi. Kedua syarat yang dimaksud adalah perlunya validitas
eksternal dan validitas internal yang terjaga selama proses penelitian eksperimen.
Kemudian, agar
eksperimen memberikan hasil yang meyakinkan, semua variabel ekstranus harus
dikontrol. Kalau variabel-variabel tersebut tidak dikontrol sulit dapat
disimpulkan bahwa variabel akibat atau variabel terikat tersebut disebabkan
atau karena pengaruh variabel bebas. Donal Campbell dan Julian Stanley dalam
Sukmadinata (2013: 197) menulis tentang variabel internal dalam eksperimen.
Variabel internal menunjukkan sejauhmana variabel ekstranus dikontrol oleh
penelitian dalam eksperimen. Campbell dan Stanley dalam Sukmadinata (2013: 197)
mengemukakan ada 12 hal yang perlu dikontrol dalam validitas internal, antara
lain:
1.
History
Perlakuan dalam bidang
sosial dan pendidikan umumnya dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang
kemungkinan juga cukup panjang. Selama perlakuan diberikan banyak hal yang juga
dilakukan oleh kelompok eksperimen. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh pada
proses dan hasil dari eksperimen.
2.
Maturation
Selama perlakuan
diberikan, kelompok eksperimen juga mengalami perkembangan, pengetahuannya
bertambah, kematangannya juga meningkat, sehingga dapat berpengaruh terhadap
hasil eksperimen.
3.
Testing
Dalam eksperimen
dilakukan pretes dan postes. Berdasarkan pengalaman yang mereka terima dalam
pretes mereka memiliki kesiapan yang lebih tinggi dalam melakukan postes.
4.
Instrumentation
Dampak negatif dari
instrumen yang digunakan terutama dihadapi kalau instrumennya hanya bersifat
pedoman pengamatan atau pedoman wawancara. Hal-hal subjektif banyak berperan
dalam penggunaan instrumen ini. Meskipun digunakan instrumen yang lebih
obyektif, ada kecenderungan dari peneliti-peneliti secara sadar atau tidak
sadar akan memberikan nilai lebih tinggi pada postes.
5.
Statistical Regression
Dalam regresi statistik
ada kecenderungan subjek yang mendapat skor terendah dalam tes pertama akan
naik pada tes ulangan atau tes kedua dengan soal yang sama atau hampir sama,
kalaupun kemampuannya sebenarnya sama, sebaliknya subjek yang mendapatkan skor
tinggi pada tes pertama akan menurun pada tes ulangan atau tes kedua.
6.
Differential selection
Dalam pembentukan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sering terjadi pilihan yang berbeda
sehingga kedua kelompok menjadi kurang homogen. Bila sampel benar-benar homogen
maka pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak (random).
7.
Experimental mortality
Dalam pelaksanaan
eksperimen juga sering terjadi pengurangan jumlah anggota dari kelompok
eksperimen ataupun kelompok kontrol.
8.
Selection-maturation interaction
Dalam pemilihan
kelompok eksperimen dan kontrol seringkali tidak dapat dihindari adanya
perbedaan rata-rata tingkat perkembangan kedua kelompok. Umpamanya karena
adanya perbedaan kebijakan kepada sekolah rata-rata usia siswa kelas satu di
suatu daerah adalah 6,1 tahun dan di daerah lain 6,6 dsb.
9.
Experimental treatment diffusion
Kelemahan ini terutama
terjadi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang lokasinya
berdekatan. Perlakuan dengan berbagai perangkat dan kegiatan pendukungnya
mungkin diketahui dan lebih jauh juga dipinjam oleh pelaksana dan diterapkan
pada kelompok kontrol.
10. Compensatory
rivalry by the control group
Karena kelompok
mengetahui statusnya sebagai kelompok yang diperbandingkan (kelompok kontrol)
dengan kelompok eksperimen, maka mereka berupaya melakukan kegiatan yang lebih
dari biasanya sehingga hasilnya tidak berbeda dengan kelompok eksperimen. Efek
ini biasa juga disebut sebagai John Henry
effect.
11. Compensatory
equilization of treatments
Karena kelompok
eksperimen diberi perlakuan dengan fasilitas dan layanan yang baik, maka
kelompok kontrol juga diberi fasilitas dan layanan yang baik walaupun dalam
kegiatan yang biasa. Perbaikan fasilitas dan layanan tersebut dapat menurunkan
signifikansi perbedaan hasil pemberian perlakuan.
12. Resentful
demoralization of the control group
Kalau pada kelompok
eksperimen, anggota kelompok memiliki moral yang tinggi karena status mereka
sebagai kelompok eksperimen, maka kelompok kontrol memiliki moral yang rendah
karena statusnya sebagai kelompok pembanding yang tidak diberi keistimewaan.
Validitas internal berkaitan dengan pertanyaan: apakah perlakuan
eksperimental menyebabkan perubahan pada variabel terikat? apakah variabel
bebas menyebabkan perbedaan yang signifikan? pertanyaan tentang validitas
internal tidak dapat dijawab secara positif oleh peneliti, kecuali kalau desain
tersebut dapat memberikan pengendalian yang memadai terhadap variabel-variabel
luar. Artinya kalau desain tersebut dapat mengendalikan variabel, maka
peneliti dapat menghilangkan kemungkinan hasil empiris yang lain serta dapat
menafsirkan hasil itu sebagai hal yang menunjukan adanya hubungan hakiki antara
variabel-variabel tersebut.
Berikut ini adalah ancaman internal validitas (McMillan, 2013: 222) yaitu, sebagai berikut:
No
|
Perlakuan
|
Deskripisi
|
Contoh
|
1.
|
Sejarah
|
Peristiwa yang tidak direncanakan yang terjadi
selama penelitian
|
Api bor terjadi di tengah-tengah studi tentang
pengaruh pelajaran komputerisasi
|
2.
|
Pemilihan
|
Perbedaan karakteristik pada mata pelajaran
|
Siswa dari sekolah swasta, yang memiliki dukungan
orangtua yang kuat, dibandingkan siswa
dari sekolah umum, yang memiliki dukungan orangtua yang lemah
|
3.
|
Pematangan
|
Perubahan alami pada mata pelajaran
|
Mengubah berpikir kritis mahasiswa dikaitkan dengan
kurikulum yang ketat
|
4.
|
Pretesting
|
pretest mempengaruhi perilaku selanjutnya
|
Mahasiswa mengambil pretest pada pendapat mereka
terhadap penciptaan, membaca, dan mendiskusikan buku yang kemudian posttest
|
5.
|
Instrumen
|
Perbedaan hasil karena tidak dapat diandalkan atau
perubahan dalam instrumen, raterts, atau mengamati
|
Satu penilai dinilai semua tes kelompok intervensi
dan penilai kedua dinilai semua tes kelompok control
|
6.
|
Perlakuan berulang
|
Hanya sejumlah kecil yang independen, perlakuan
diulang
|
Sebuah metode baru pengajaran, menggunakan
permainan, adalah diberikan dalam tiga kelas
|
7.
|
Pengurangan subjek
|
Kehilangan subjek
|
Lebih banyak subyek drop out dari studi dari
kelompok intervensi, yang dibutuhkan untuk memiliki latihan berat,
dibandingkan subyek control
|
8.
|
Regresi statistic
|
Skor ekstrim kelompok subyek bergerak lebih dekat ke
rata-rata pada tes kedua
|
Siswa dengan persentase lemparan bebas terburuk yang
digunakan untuk menguji strategi baru untuk meningkatkan akurasi lemparan
bebas
|
9.
|
Difusi perlakuan
|
Efek pengendalian dampak atau perbandingan kelompok
|
Siswa kelas lima tidak dapat berpartisipasi dalam
klub buku baru (kelompok kontrol) yang membenci kelompok intervensi
|
10.
|
Dampak percobaan
|
Efek yang disengaja atau tidak disengaja peneliti
|
Seorang guru tidak sadar membantu siswa
eksperimental mendapatkan nilai ujian yang lebih tinggi
|
11.
|
Dampak subjek
|
Perubahan perilaku yang dihasilkan oleh subjek
berdasarkan belajar
|
Mahasiswa memberikan evaluasi tinggi karena mereka
tahu dia adalah untuk penguasaan dan evaluasi merupakan bukti kunci
|
Disamping validitas
internal penelitian eksperimental juga perlu memiliki validitas eksternal. Validitas eksternal adalah kerepresentatifan hasil
penyelidikan atau dapatnya hasil penyelidikan itu digeneralisasi. Pertanyaan
peneliti antara lain: kepada populasi, situasi, variabel eksperimental, dan
variabel pengukur apakah hasil penyelidikan itu dapat digeneralisasi?
Menurut Bracht dan Glass
dalam Furchan (2011: 360)
menyebutkan ada 2 macam validitas eksternal, yaitu:
a. Validitas
populasi, menyangkut identifikasi populasi yang akan digeneralisasi berdasarkan
hasil eksperimen tersebut. Pertanyaannya: populasi subjek yang bagaimanakah
yang dapat diharapkan mempunyai perilaku sama dengan subjek eksperimen yang
dijadikan sampel ?
Peneliti
berharap agak hasil penyelidikan terhadap kelompok eksperimental itu dapat
digeneralisasi kepada populasi yang jauh lebih besar, meskipun populasi
tersebut tidak/belum diselidiki.
b. Validitas
ekologis, menyangkut masalah penggenaralisasi pengaruh eksperimental kepada
kondisi-kondisi lingkungan yang lain. Pertanyaannya: dalam kondisi yang
bagaimanakah keaadaan, perlakuan, pelaku eksperimen, variabel terikat dan
sebagainya dapat diharapkan diperoleh hasil yang sama ?
Para
pelaksana eksperimen harus memperlihatkan validitas eksternal ekologis. Artinya
mereka ingin mengatakan bahwa hasil seperti itu juga akan diperoleh dalam
kondisi lingkungan eksperimen yang lain. Agar memiliki validitas ekologis,
suatu desain harus memberikan jaminan bahwa akibat eksperimen itu tidak terikat
pada lingkungan eksperimen tertentu.
Menurut Creswell, (2012: 216) Ancaman Validitas Eksternal:
Jenis Ancaman
|
Deskripsi
Ancaman
|
Tindakan-Tindakan
Responsif
|
Antara
pemilihan dan Treatment
|
Karena
sempitnya karakteristik-karakteristik yang ditetapkan dalam memilih para
partisipan, peneliti sering kali tidak mampu menggeneralisasi siapa saja yang
memiliki dan tidak memiliki karakteristik khusus untuk menjadi partisipan
penelitian.
|
Peneliti
perlu membatasi tuntutan-tuntutan atau klaim-klaimnya mengenai karakteristik
partisipan yang sering kali membuat peneliti tidak mampu menggeneralisasi
hasil penelitian. Peneliti melaksanakan penelitian tambahan pada
kelompk-kelompok /para partisipan yang memiliki karakteristik yang berbeda.
|
Antara
setting dan treatment
|
Karena
ditetapkan karakteristik-karakteristik khusus dalam memilih setting, peneliti
sering kali tak menggeneralisasikan individu-individu pada setting-setting
berbeda.
|
Peneliti
perlu melakukan penelitian tambahan dalam setting yang baru untuk mengetahhui
apakah hasil yang muncul sama dengan yang diperolehnya dalam setting
sebelumnya.
|
Antara
sejarah dan treatment
|
Karena
hasil eksperimentasi terkait waktu, peneliti sering kali tidak mampu
menggeneralisasikan hasil penelitian untuk situasi masa lalu dan masa depan.
|
Peneliti
perlu melakukan penelitian ulang pada waktu-waktu yang akan datang untuk
mengetahui apakah hasil-hasil yang diperolehnya sama dengan hasil-hasil pada
penelitian terdahulu.
|
Berikut ini
adalah Faktor yang mempengaruhi generalisasi menurut McMillan (2013: 223), yaitu:
No
|
Faktor
|
Deskripsi
|
1.
|
Subjek
|
Karakteristik subjek seperti status sosial ekonomi,
usia, jenis kelamin, ras, dan kemampuan. Apakah dan bagaimana subjek dipilih
dari populasi yang lebih besar, kesimpulan berdasarkan dalam sampel,
kesadaran subyek penelitian.
|
2.
|
Situasi
|
Karakteristik informasi yang dikumpulkan, misalnya
alami atau dibuat-buat, waktu hari; sekitarnya.
|
3
|
Waktu
|
Beberapa penjelasan berubah dari waktu ke waktu,
misalnya tahun atau decade
|
4.
|
Perlakuan
|
Karakteristik dari cara di mana intervensi
eksperimental dikonseptualisasikan dan dikelola.
|
5.
|
Tindakan
|
Sifat dan jenis tindakan yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi.
|
McMillan (2013: 234)
menyatakan bahwa kriteria
untuk mengevaluasi penelitian eksperimental:
1. Tujuan utama
adalah untuk menguji hipotesis kausal. Penelitian eksperimental harus desain
untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat yang diantisipasi dengan hipotesis
penelitian yang jelas. Jika tidak ada hipotesis penelitian, tidak cukup bukti
deskriptif atau hubungan mungkin ada untuk membenarkan melakukan percobaan,
atau peneliti mungkin kurang informasi tentang perlunya sebuah hipotesis.
2. Harus ada
kontrol langsung dari intervensi. Sebuah fitur penting dari percobaan adalah
bahwa peneliti mengontrol intervensi yang subjek akan menerima. Jika tidak
jelas bahwa seperti "manipulasi" telah terjadi kemampuan untuk
membuat interpretaions kausal akan terbatas.
3. Desain
eksperimental harus diidentifikasi secara jelas. Walaupun tidak perlu bagi
peneliti untuk menggunakan bahasa tertentu dalam bab ini untuk mengidentifikasi
desain (misalnya, acak kelompok hanya posttest), adalah penting bahwa rincian
yang cukup tentang desain disediakan untuk memungkinkan Anda untuk memahami apa
yang dilakukan untuk mana peserta dan urutan pengukuran dan intervensi. Bahkan,
harus ada cukup detail sehingga Anda bisa meniru studi ini. Seperti disebutkan,
ancaman Anda perlu fokus pada untuk mengevaluasi studi tergantung untuk
memperpanjang tertentu pada desain. Jika Anda tidak dapat memahami desain,
peneliti mungkin tidak mengerti itu baik.
4. Desain harus
memberikan kontrol maksimum extranenous / variabel bingung. Peneliti harus
menunjukkan bagaimana spesifik aspek kontrol desain yang mungkin variabel
extranenous dan membingungkan. Ancaman yang jelas, seperti pemilihan dalam
nonequivalent-kelompok desain, perlu ditangani. Jika ancaman yang jelas tidak
dikendalikan oleh desain, peneliti harus menyajikan alasan untuk cara ancaman
tertentu bukan merupakan penjelasan alternatif yang masuk akal untuk hasil.
Kegagalan untuk memberikan alasan tersebut mungkin menunjukkan bahwa peneliti
tidak sepenuhnya memahami bagaimana variabel-variabel tersebut dapat
mempengaruhi hasil.
5. Intervensi harus
dijelaskan dan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Fitur utama dari intervensi
dan prosedur harus dijelaskan secara cukup rinci untuk memungkinkan peneliti
lain untuk meniru studi dan membandingkannya dengan studi intervensi serupa,
dan untuk memungkinkan sintesis penelitian seperti meta-analisis. Penjelasan
lengkap juga memungkinkan Anda untuk menghubungkan teori di balik intervensi
dengan apa yang dilaksanakan. Kebanyakan label menggunakan intervensi yang
dapat dioperasionalkan dengan cara yang berbeda, dalam banyak cara yang sama
konstruksi berada di dalam pengukuran.
6. Penentuan n
harus ulangan independen yang sama dari intervensi. Dalam sebuah percobaan
klasik, setiap peserta secara acak ditugaskan untuk inteventions dan mengalami
intervensi dari independenly lainnya. Dalam beberapa penelitian, peserta secara
acak ditugaskan untuk grups dan kemudian semua mata pelajaran di masing-masing
kelompok menerima satu intervensi bersama-sama. Secara teknis, masing-masing
kelompok dalam situasi ini adalah salah satu "n". jika setiap orang
mengalami intervensi secara terpisah dari yang lain, setiap orang adalah salah
satu peserta. Namun, jika hanya satu intervensi diberikan kepada sekelompok
orang, kelompok harus diidentifikasi sebagai salah satu "subjek".
Dalam membaca sebuah studi eksperimental, Anda harus mencari berapa kali
program ini direplikasi, yang harus sama dengan jumlah peserta dalam
penelitian.
7. Ukuran variabel
dependen harus cukup sensitif untuk menangkap perubahan dengan intervensi.
Pengukuran variabel dependey harus sensitif terhadap perubahan karena apa yang
telah dilaksanakan dari intervensi. Artinya, mya sulit untuk menunjukkan
perubahan nilai pada beberapa tets standar kemampuan atau penalaran, atau
dengan ciri-ciri yang relatif stabil seperti self-effecacy atau gaya kognitif.
C. Analisis
Data
Sebelum data dianalisis
akhir, ada uji prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu: Uji Normalitas, Uji
Linieritas, dan Uji Homogenitas. Analisis data dalam penelitian eksperimen pada
umumnya menggunakan beberapa uji statistik sebagai berikut:
1.
UJI T
Menurut Phopam (1973:
124-138) Uji
T digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dua kelompok data. Berikut ini adalah model Uji t:
1. Model
t separated varian
2.
Model t pooled varian
Syarat pengguunan rumus uji
t:
1.
Jika n1=n2 dan σ12=σ22,
dengan n1 = n2 maka dapat digunakan rumus Model t separated varian dan Model t pooled varian
2.
Jika n1≠n2 dan σ12=σ22,
dengan df = n1 + n2 - 1 maka dapat digunakan rumus Model t pooled varian
3.
Jika n1=n2 dan σ12≠σ22,
dengan df = n – 1 maka dapat digunakan rumus Model t separated varian,.
4.
Jika n1≠n2 dan σ12≠σ22,
dengan df 1= n1 – 1 dan df2=
n2-1
maka dapat digunakan rumus Model t separated
varian.
Contoh Uji t:
Dilakukan
penelitian untuk mengetahui kecepatan memasuki dunia kerja antara lulusan SMU
dan SMK. Berdasarkan 22 responden lulusan SMU dan 18 lulusan SMK diperoleh data
bahwa lama menunggu untuk mendapatkan pekerjaan kedua kelompok lulusan sekolah
tersebut adalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Hipotesis yang diajukan
adalah :
Ho : tidak terdapat perbedaan lama menunggu
untuk mendapatkan pekerjaan antara lulusan SMU dan SMK.
Ha : terdapat perbedaan lama menunggu untuk
mendapatkan pekerjaan antara lulusan SMU dan SMK.
Atau dapat ditulis
dalam bentuk
Ho : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2
Dalam Tabel di bawah
dapat dilihat bahwa varians (kuadrat dari simpangan baku) terbesar = 2,28 dan
terkecil = 0,65. Jadi F = 2,28 : 0,65 = 3,49. Harga F hitung tersebut perlu
dibandingkn dengan F tabel, dengan dk pembilang = (22-1) dan dk penyebut =
(18-1). Berdasarkan dk pembilang = 21 dan penyebut = 17, dengan taraf kesalahan
ditetapkan 5%, maka harga F tabel = 2,22. (harga antara pembilang 20 dan 24).
Tabel
Lama menunggu lulusan SMU dan SMK Untuk mendapatkan pekerjaan.
No
|
Lama
Menunggu SMU
Dalam
Tahun
|
Lama
menunggu SMK
Dalam
Tahun
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
|
6
3
5
2
5
1
2
3
1
3
2
4
3
4
2
3
1
5
1
3
1
4
|
2
1
3
1
3
2
2
1
3
1
1
1
3
2
1
2
2
1
|
|
n1 = 22,00
= 2,91
= 1,51
= 2,28
|
n2 = 18,00
= 1,78
= 0,81
= 0,65
|
Dalam
hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F
tabel ( Fh : Ft ). Maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ho diterima berarti varians
homogens.
Ternyata
harga F hitung lebih besar dari F tabel ( 3,49 > 2,22 ). Dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti varians tidak homogen. Setelah
diketahui varians tidak homogen (α1 ≠ α2) dan jumlah sampel kelompok 1 tidak
sama dengan jumlah kelompok 2 (n1 ≠ n2), maka digunakan rumus :
Harga
t hitung tersebut, selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel. T tabel
dengan digunakan t tabel pengganti (karena sampel dan varian tidak homogen). T
tabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan dk = n1 - 1 dan dk = n2 – 2
dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.
n1 = 22; dk
= 21, maka t tabel = 2,08 (α = 5%)
n2 = 18; dk = 17, maka t tabel = 2,11.
Selisih
kedua harga t tabel kemudian dibagi dua adalah (2,11 – 2,08) : 2= 0,015. Harga
selanjutnya ditambahkan dengan t tabel yang terkecil yaitu : 2,08. Jadi t tabel
pengganti adalah 2,08 + 0,015 = 2,095.
Berdasarkan
perhitungan tersebut, ternyata t hitung lebih kecil dari t tabel (3,02 >
2,095). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya terdapat
perbedaan yang signifikan masa menunggu untuk mendapatkan pekerjaan antara
lulusan SMU dan SMK (dalam satuan tahun). Lulusan SMK cenderung lebih cepat
mendapatkan pekerjaan.
Penelitian Eksperimen PART 4 / 6
Reviewed by asarisolid
on
1:36 AM
Rating:
No comments: