Berikut
ini adalah Desain Eksperimen
menurut Donald Ary (2011: 374), yaitu:
1.
Pra Eksperimen
a. Desain Pratest-pascates dengan 1 kelompok
Desain ini hanya
melibatkan 1 kelompok siswa dan seorang guru, desain ini akan tampak
mengendalikan perbedaan antar-subjek serta variabel situasional. Akan tetapi,
pengendalian hanya bersifat superfisial (dangkal) saja.
Desain one group
pratest-posttes
Pra-tes Variabel Bebas Pasca-test
|
Y1 X
Y2
|
b. Desain Statis dengan 2 kelompok
Desain ini
menggunakan 2 kelompok dan hanya 1 diantaranya yang diberi perlakuan
eksperimen. Kedua kelompok ini diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan
dan hanya berbeda dalam pemberian x kepada mereka.
Kelompok Validitas Bebas Pasca-Tes
|
E
X
Y2
P -
Y2
|
2.
True Eksperiment
a. Desain yang hanya menggunakan Pasca-tes dengan subjek
diacak dan dua kelompok
Merupakan
salah satu desain eksperimen yang paling kuat tapi paling sederhana. Desain ini
memerlukan adanya dua kelompok subjek yang ditetapkan secara acak dan
masing-masing diberi kondisi yang berbeda.
Kelompok Variabel Bebas Pasca-tes
|
(R)
E X Y2
(R)
P - Y2
|
Desain ini tidak
memberikan kemungkinan kepada peneliti untuk menilai perubahan yang terjadi.
b. Desain yang hanya menggunakan Pasca-tes, Subjek
dipadankan dan diacak, 2 kelompok
Desain ini mirip
dengan desain true eksperimen yang pertama, hanya untuk memperoleh 2 kelompok
yang sama desain ini menggunakan teknik pemadanan (matching). Subjek
dibuat sepadan dalam satu atau lebih variabel yang dapat diukur dengan mudah.
Untuk memadankan adalah variabel yang dianggap mempunyai korelasi signifikan
dengan variabel terikat. Untuk menetapkan secara acak anggota mana yang akan
mendapat perlakuan dapat digunakan undian.
Kelompok
Validitas Bebas Pasca-Tes
|
E X
Y2
(M1) P - Y2
|
Kesulitan desain
ini adalah masalah teknik pemadanan sebagai cara untuk mengendalikan variabel.
Pemadanan semua calon subjek haruslah sempurna, sedang penempatan anggota
setiap pasangan ke dalam kelompok harus ditetapkan secara acak.
c. Desain yang hanya menggunakan Pra-tes dan Pasca-tes
dengan kelompok-kelompok yang diacak
Dalam desain ini
subjek dimasukan dalam kelompok coba dan kelompok pengendali secara acak dan
diberi pra-tes tentang variabel terikat Y. perlakuan diberikan hanya kepada
kelompok subjek dalam kelompok coba dalam jangka waktu tertentu dan sesudah itu
variabel terikat kedua kelompok tersebut diukur. Perbedaan rata-rata (Y2-Y1)
bagi setiap kelompok dihitung, kemudian skor perbedaan rata-rata ini
dibandingkan guna memastikan apakah perlakuan eksperimen yang diberikan kepada
kelompok coba telah menyebabkan perubahan yang lebih besar daripada kelompok
pengendali. Signifikansi perbedaan perubahan rata-rata (dapat diketahui dengan
jalan mengurangi perubahan rata-rata kelompok coba dengan perubahan rata-rata
kelompok pengendali) ditetapkan dengan suatu tes statistic yang sesuai.
Kelompok Pra-tes Variabel Bebas Pasca-tes
|
(R) E Y1 X Y2
(R) P Y1 - Y2
|
Meskipun
kelompok pengendali tidak menerima perlakuan ekspermental, hal itu tidak
berarti bahwa subjek pengendali itu tidak menerima pengalaman sama sekali.
Desain ini sering disebut sebagai desain klasik untuk eksperimen tentang
perubahan. Kekuatan utama desain ini terletak pada pengacakan yang dilakukan
terlebih dahulu, yang menjamin adanya kesamaan statistik antara dua kelompok
itu sebelum eksperimentasi. Kelemahan desain ini: Validitas eksternal. Masalah
berasal dari penggunaan pra-tes yang merupakan keistimewaan pokok desain ini.
Pra-tes memungkinkan dapat meningkatkan (mengurangi kepekaan atau keresponsifan
subjek terhadap manipulasi X) maka hasil yang diperoleh dari sampel yang telah
diberi pra-tes mungkin tidak dapat mewakili pengaruh variabel eksperimental
terhadap populasi induknya, yang tidak diberi pra-tes.
3.
Desain Solomon
a. Desain tiga-kelompok Solomon
Kelompok Pra-tes Variabel Bebas Pasca-tes
|
(R) E Y1 X Y2
(R) P1 Y1 - Y2
(R) P1 - X Y2
|
Penilaian efek
interaksi dilakukan dengan jalan membandingkan skor Y2 ketika kelompok
tersebut. Hanya skor pasca-tes yang dimasukan ke dalam analisis. Meski kelompok
coba mempunyai mean Y2 yang secara signifikansi lebih tinggi daripada kelompok
pengendali pertama, kita masih belum dapat merasa yakin bahwa perbedaan itu
disebabkan oleh X. Mungkin hal itu terjadi karena subjek menjadi semakin peka
setelah mengikuti pra-tes serta adanya interaksi antara meningkatnya kepekaan
mereka dengan X. Namun, jika mean Y2 kelompok pengendali kedua juga secara
signifikan lebih tinggi daripada mean Y2 kelompok pengendali pertama maka dapat
diasumsikan bahwa perlakuan eksperimental itulah, dan bukan efek interaksi
antara pra-tes dengan X, yang telah menyebabkan perbedaan tersebut karena
kelompok pengendali kedua ini tidak diberi pra-tes. Sekalipun juga menerima
perlakuan X, kelompok ini berfungsi sebagai pengendali, dan karenanya diberi
label P1.
b. Desain empat-kelompok Solomon
Kelompok Pra-tes Variabel Bebas Pasca-tes
|
(R) E Y1 X Y2
(R) P1
Y1 - Y2
(R) P2 - X
Y2
(R) P3 - -
Y2
|
Kelemahan desain
ini adalah sulitnya melaksanakan desain ini dalam praktek. Untuk melaksanakan 2
eksperimen sekaligus diperlukan semakin banyak subjek yang sama macamnya.
Kesulitan lainnya adalah tidak ada empat ukuran yang lengkap bagi keempat
kelompok ini. Pra-tes dianggap sebagai variabel bebas kedua, bersama dengan X.
Tanpa X X
|
Diberi pra-tes Y2,
Pengendali 1 Y2, Pengendali 1
Tanpa pra-tes Y2, Pengendali 3 Y2, Pengendali 2
|
4.
Desain Faktorial
Dalam desain faktorial, dua atau lebih variabel dimanipulasi secara
simultan untuk menyediki pengaruh masing-masing terhadap variabel terikat,
disamping juga pengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antara beberapa
variabel itu.
a) Desain faktorial sederhana
Desain 2 x 2. Dalam desain ini masing-masing dari
kedua variabel bebas itu mempunyai dua nilai. Desain faktorial sederhana:
Variabel eksperimental
(X1)
Variabel Atribut (X2)
Perlakuan A Perlakuan B
|
Tingkatan 1 Kotak 1 Kotak 3
Tingkatan 2 Kotak 2 Kotak 4
|
Desain faktorial memberikan kemungkinan kepada peneliti untuk
menilai interaksi antara kedua variabel itu yaitu pengaruh yang berbeda dari
salah satu diantara kedua variabel itu pada tingkatan yang berbeda dari
variabel lainnya.
5.
Desain eksperimental semu
(Quasi Eksperimen)
a. Desain yang menggunakan pra-tes dan pasca-tes dengan
kelompok pengendali tidak diacak.
Kelompok Pra-tes Variabel Bebas Pasca-tes
|
E Y1
X Y2
P Y1 - Y2
|
Karena pengacakan tidak dapat dilakukan maka harus
diusahakan agarn pada awal penyelidikan kedua kelompok yang digunakan itu
sejauh mungkin sama (ekuivalen).
b. Desain berimbang (counterbalanced
design)
Desain ini
melakukan pertukaran kelompok pada waktu-waktu tertentu selama masa eksperimen.
Ciri khusus desain ini adalah bahwa semau subjek menerima semua perlakuan
eksperimental untuk beberapa saat lamanya selama masa eksperimen.
Gambar:
Perlakuan Eksperimental
Replikasi X1 X2 X3 X4
|
1
kelompok A B
C D
2
kelompok C A D B
3
kelompok B D
A C
4
kelompok D
C B A
mean kelompok mean klpk mean klpk
mean klpk
|
Kelemahan desain
ini adalah kemungkinan terjadinya efek pindahan (carry-over effect) dari satu X ke X berikutnya. Oleh karena itu
desain ini hanya digunakan jika perlakuan ekspeimental itu sudah begitu rupa
sehingga pemberian satu perlakuan diperkirakan tidak akan berpengaruh pada
perlakuan-perlakuan berikutnya.
6.
Desain rangkaian waktu
a. Desain rangkaian waktu satu kelompok
Desain ini
melibatkan pengukuran secara berkala terhadap satu kelompok dan pemberian
perlakuan eksperimental ke dalam rangkaian pengukuran berkala itu. Kelebihan
desain ini adalah pengujian berganda dapat memberikan pengawasan terhadap
beberapa ancaman umum terhadap validitas internal. Kelemahan desain ini adalah
ketidakmampuan mengendalikan pengaruh sejarah (history), artinya kita
harus mengesampingkan kemungkinan bahwa bukan X, melainkan kejadian simultanlah
yang menyebabkan terjadinya perubahan yang diamati itu.
b. Desain rangkaian waktu dengan kelompok pengendali
Desain ini
merupakan perluasan desain sebelumnya dengan memasukan kelompok pengendali.
Desain ini menutup kekurangan desain sebelumnya yaitu ketidakberhasinya
mengendalikan pengaruh sejarah sebagai sumber variasi luar.
Kelompok
E
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8
P
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Y7 Y8
|
Zainal
Arifin (2012:77) mengemukakan bahwa desain eksperimen adalah sesuatu rancangan
yang berisi langkah dan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan penelitian eksperimen, sehingga
informasi yang diperlukan tentang masalah yang diteliti dapat dikumpulkan
secara faktual. Desain eksperimen menggambarkan langkah-langkah lengkap yang
perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya
diperlukan dapat diperoleh dengan baik, dapat dianalisis secara objektif, dan dapat
ditarik simpulan yang tepat, sesuai dengan masalah yang diteliti. Di dalam
desain penelitian eksperimen inilah, peneliti harus menentukan dan memilih
model desain eksperimen. Berikut ini akan dikemukakan model-model desain
ekseprimen.
1. One-group experiment
Model desain ini hanya menggunakan satu kelompok dan
dapat diterapkan dalam beberapa bentuk, antara lain:
a.
One-group
pretes and posttest design:
Desain
ini dikenal pula sebagai desain “sebelum dan sesudah” dengan struktur desain
sebagai berikut:
O1 X O2
X
adalah perlakuan yang diberikan dan dilihat pengaruhnya dalam eksperimen
tersebut. Perlakuan yang dimaksud dapat berupa penggunaan metode mengajar
tertentu, model mengajar, model penilaian, dan sebagainya. O1 adalah tes atau
observasi yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan, sedangkan O2 adalah tes
atau observasi yang dilakukan setelah perlakuan diberikan. Pengaruh perlakuan X
dapat diketahui dengan mambandingkan hasil O1 dan O2 dalam situasi yang
terkontrol.
b.
One
group time series design
Desain ini digambarkan dalam struktur
desain seperti berikut:
O1
O2 O3 O4
O5 dan seterusnya
Dalam
desain ini, tes atau observasi dilakukan tidak hanya dua kali, tetapi beberapa
kali secara teratur. Setelah beberapa kali tes/observasi, kemudian diberi perlakuan
X, setelah itu dilakukan lagi beberapa kali tes./observasi seperti sebelumnya.
Jika di antara O3 dan O4 dalam contoh di atas terlihat perbedaan atau perubahan
yang menyolok, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan atau perubahan tersebut
merupakan pengaruh dari perlakuan X. Eksperimen dengan desain ini biasanya
berlangsung daalm situasi yang tidak begitu terkontrol, sehingga disebut
sebagai quasi-eksperimen.
2. Control Group Experiment
Model
desain ini menggunakan lebih dari satu kelompok yang terdiri atas kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Desain ini dapat diterapkan dalam beberapa
bentuk, yaitu:
a.
Control
group pretest and posttest design
Dalam
desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dikenalakan O1 dan
O2, tetapi hanya kelompok eksperimen saja yang mendapat perlakuan X, sehingga
struktur desainnya menjadi sebagai berikut.
Kelompok
eksperimen : O1 X O2
Kelompok
kontrol : O1 O2
Pengaruh
perlakuan X diamati dalam situasi yang lebih terkontrol yaitu dengan
membandingkan selisih (O1 – O2 pada kelompok eksperimen) dengan selisih (O1 –
O2 pada kelompok kontrol).
b.
Control-group
post test only design
Dalam
desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol hanya dikenakan O2
saja tanpa O1 sehingga desainnya menjadi sebagai berikut.
Kelompok
eksperimen : X O2
Kelompok
kontrol : O2
Hasil
O1 kelompok eksperimen dan hasil O1 kelompok kontrol diasumsikan sama, sehingga
yang dibandingkan cukup hasil O2-nya saja antara kedua kelompok tersebut.
c.
Control
group time series design
Perbedaan
desain ini dengan desain one group time
series adalah desain ini dilengkapi dengan kelompok kontrol, sehingga data
yang diperoleh lebih lengkap untuk menarik kesimpulan. Struktur desainnya
adalah.
Kelompok
eksperimen : O1 O2 O3
X O4 O5
dan seterusnya
Kelompok
kontrol : O1 O2
O3 O4 O5
dan seterusnya
Eksperimen
dengan pola ini juga disebut quasi-experiment,
karena situasinya yang tidak begitu terkontrol.
Selain
model-model tersbut di atas, ada juga klasifikasi model desain eksperimen versi
Fraenkel, Jack R., dan Wallen, Norman E. (Zainal Arifin, 2012: 79) yaitu.
1.
Desain Eksperimen Lemah (weak experimental design)
Banyak
juga yang menyebut desain ini sebagai pra-eksperimen. Desain penelitian ini
dikatakan “weak” karena tidak
memiliki kontrol untuk menganalisis validitas internal. Desain ini terdiri
dari.
a. The one-shot case study
Dalam
desain ini, satu kelompok dikenakan perlakuan tertentu (variabel bebas),
kemudian dilakukan pengukuran terhadap variabel terikatnya. Misalnya, pengaruh
metode X (variabel bebas) terhadap prestasi belajar (variabel terikat) di kelas
A untuk menunjukkan bahwa metode tersebut efektif.
Perlakuan
|
Postes
|
X
|
O
|
Di
sini, peneliti hanya memberikan satu kali perlakuan (X) yang diperkirakan sudah
memiliki pengaruh. Desain ini terlalu sederhana karena dianggap kurang ilmiah.
Uji statistik dan kesimpulan dapat dilakukan dengan cara : (a) menghitung
rata-rata hasil postes lalu dibandingkan dengan standar yang diinginkan, atau
(b) membandingkan dengan rata-rata tes sebelum perlakuan dengan rumus.
Keterangan :
t =
harga t
=
rata-rata kelompok sebelum perlakuan
=
rata-rata kelompok sebelum perlakuan
=
standar deviasi sebelum perlakuan
=
standar deviasi setelah perlakuan
b.
The
one-group pretest-posttest design
Desain
ini menggunakan satu kelompok subjek yang terlebih dahulu diberi pretes O1,
lalu dikenakan perlakuan X, kemudian dilakukan postes O2.
Pretes
|
Perlakuan
|
Postes
|
O1
|
X
|
O2
|
Dengan demikian,
observasi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu observasi sebelum eksperimen (O1)
disebut pretes, dan observasi sesudah eksperimen (O2) disebut postes. Perbedaan
antara O1 dan O2 atau selisih O2 dengan O1 merupakan pengaruh dari perlakuan
(eksperimen). Uji statistik dapat dilakukan dengan cara : (a) menghitung gain
(perolehan), lalu dibandingkan dengan standar yang diinginkan, (b) belajar
tuntas. Rumus statistik yang dapat digunakan adalah :
Keterangan :
Md =
rata-rata (M) dari deviasi (d) antara postes dan pretes
xd =
perbedaan deviasi dengan rata-rata deviasi
N =
jumlah subjek
1 =
bilangan tetap
c.
The
static-group comparison: randomized control-group only design
Desain ini menggunakan
dua kelompok subjek, yaitu satu kelompok perlakuan (eksperimen) dan satu lagi
kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut tidak diberikan pretes, tetapi
setelah dikenakan perlakuan (perlakuan eksperimen dan perlakuan kontrol) baru
kemudian dilakukan postes.
Kelompok
|
Pretes
|
Perlakuan
|
Postes
|
Eksperime
|
.
|
X
|
O2
|
Kontrol
|
.
|
.
|
O2
|
Uji statistik yang dapat digunakan
adalah uji t.
Melalui
penempatan/penugasan kelompok secara random, peneliti menyatakan bahwa kedua
kelompok tersebut pada awal penelitian adalah setara atau homogen. Dengan
demikian, beberapa faktor pengganggu dapat dikontrol meskipun tidak dapat
diperhitungkan pengaruhnya.
2.
Desain Eksperimental Murni (true experiment)
Dalam
desain ini, subjek peneliti dipilih secara random, sehingga pengontrolan
terhadap perlakuan tertentu dapat dilakukan dengan baik. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan sebab-akibat dengan cara
membandingkan hasil kelompok eksperimen yang dikenai kondisi perlakuan dengan
kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Stephen Isaac dan Willian B.
Michael, 1982).
Beberapa model untuk
desain penelitian ini adalah.
a.
Randomized
Pretes-Posttest Control Group Design
Menurut
Arifin (2012: 81) model penelitian ini menggunakan uji statistik uji t. Desain
ini Comparison Group Design (dalam buku Sukmadinata) dan
model ini menggunakan uji statistik ANAVA.
b.
Randomized
Solomon Four-Group Design
Desain
ini bertujaun untuk mengatasi kelemahan validitas eksternal yang ada pada Randomized Control Group Pretes-Posttest
Design.
Kelompok
|
Pretes
|
Perlakuan
|
Postes
|
Perbedaan
|
Diberi pretest
|
T1
|
X
|
T2
|
1D = T1,X,H,M
|
Diberi pretest
|
T1
|
.
|
T2
|
2D = T1,H,M
|
Tidak diberi pretest
|
.
|
X
|
T2
|
3D = X,H,M
|
Tidak diberi pretest
|
.
|
.
|
T2
|
4D = H,M
|
Perbedaan
antara skor rata-rata (mean score) pada
T1 dan T2 mencerminkan pengaruh berbagai variabel dan kombinasinya, seperti
pretes (T1), variabel bebas (X), history (H), dan maturasi (M).
Untuk mendapatkan efek X : kurangkan 4D dari 3D
Untuk mendapatkan efek pretes : kurangkan 4D dari 2D
Untuk mendapatkan efek interaksi antara
pretes dan X : tambahkan 2D dan
3D, lalu kurangi jumlah ini dengan 1D.
Desain ini
mengisyaratkan bahwa subjek ditempatkan secara random ke dalam empat kelompok,
sehingga memungkinkan peneliti membuat asumsi bahwa skor pretes untuk kelompok
3 dan 4 (jika mereka mengambil pretes akan sama hasilnya dengan hasil yang
dicapai kelompok 1 dan 2). Mengingat kelompok 3 dan 4 tidak diberi pretes, maka
tidak akan terjadi interaksi antara pretes dan perlakuan X yang direfleksikan
pada skor T1. Desain ini memungkinkan pula untuk mengontrol dan mengukur
pengaruh pretes dan pengaruh interaksi antara pretes dan perlakuan.
Selanjutnya, pengaruh kombinasi antara histori dan maturasi dapat diukur
apabila rata-rata kelompok 4 pada T2 dibandingkan dengan rata-rata pada T1.
Desain ini merupakan penggabungan dari dua jenis eksperimen menjadi satu, yaitu
antara eksperimen dan tanpa pretes.
Model Desain Eksperimen
Murni Versi John W. Best (1977) dalam Arifin (2012: 85-89) sebagi berikut:
Kategori
|
Desain
|
Karakteristik
|
||||
EKSPERIMEN
MURNI
|
1.
Postes
Pada Kelompok Ekuivalen
|
a.
Ekuivalensi
dengan cara rambang
b.
Tidak
menggunakan pretes
c.
Adanya
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
d.
Generalisasi
kuat
|
||||
2.
Pretes-postes
Pada Kelompok Ekuivalen
|
a.
Adanya
pretes-postes
b.
Ekuivalensi
kelompok eksperimen dan kontrol
c.
Pengambilan
sampel dengan random
d.
Pencapaian
X= O2-O1
e.
Pencapaian
C= O4-O3
f.
Generalisasi
kuat
|
|||||
3.
Empat
Kelompok Solomon
|
a.
Merupakan
kombinasi dari dua jenis ekperimen murni tersebut di atas
b.
Terdapat
dua eksperimen yang berlangsung simultan
c.
Bersifat
komplek dan sulit dilaksanakan pada sampel yang besar
d.
Memungkinkan
untuk mengevaluasi pengaruh utama variabel eksperimen dan faktor-faktor yang
mengancam validitas eksperimen
e.
Generalisasi
kuat
|
|||||
4.
Randomized
Postted Only Control Group Design. Using Matched Subject
|
a.
Menggunakan
penjodohan subjek dengan cara random
b.
Tidak
melakukan pretes
c.
Adanya
kelompok eksperimen dan kontrol
d.
Adanya
ekuivalensi dari kedua kelompok
e.
Dasar
penentuan pasangan adalah penelitian pendahuluan, teori dan pengalaman
peneliti
f.
Generalisasi
kuat
|
Model Desain Eksperimen
Kuasi Versi Fraenkel dan Wallen (1993) dalam Arifin (2012: 85-89) sebagi
berikut:
Kategori
|
Desain
|
Karakteristik
|
|||||||
EKSPERIMEN
KUASI
|
1.
The Matching Only Post-test
Control Group Design
|
a. Dilakukan matching terhadap
subjek pada kelompok dan eksperime
b. Hanya dilakukan postes
c.
Tidak menjamin terpenuhinya ekuivalensi
d. Proses matching tidak secara
random
e.
Generalisasi kuat
|
|||||||
2.
The Matching Only Pretest-Post test
Control Group Design
|
a. Dilakukan matching terhadap
subjek pada kelompok kontrol dan eksperimen
b. Dilakukan pretes-postes
c.
Tidak menjamin terpenuhinya ekuivalensi
d. Proeses matching tidak secara
random
e.
Generalisasi lemah
|
||||||||
3.
A Three-Treatment Counter
Balanced
|
a. Terdiri dari tiga kelompok
b. Masing-masing kelompok dikenai
treatmen
c.
Tidak menggunakan randomisasi
d. Tidak ada pretes
e.
Dilakukan postes setiap akhir proses
|
||||||||
4.
A Basic time-series design
|
a. Dilakukan pengukuran yang
berulangkali pada periode waktu sebelum dan sesudah treatmen
b. Hanya ada kelompok tunggal
(hanya kelompok treatmen)
c.
Tidak menggunakan randomisasi
d. Generalisasi lemah
|
||||||||
5.
Factorial Design
Contoh
: 4 x 2
X1
X2 X3 X4
r1
r2
|
a. Mencari interaksi variabel
independen dengan variabel lain yang biasanya disebut variabel moderator
b. Variabel moderator juga
diberikan treatmen
c.
Penentuan sampel dengan randomisasi
d. Dilakukannya pretes dan postes
pada setiap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
e.
Generalisasi kuat
f.
Desain ini merupakan modifikasi pretes-postes control group design
|
Model Desain Eksperimen
Kuasi Versi John W. Best (1977) dalam Arifin (2012: 85-89) sebagi berikut:
Kategori
|
Desain
|
Karakteristik
|
EKSPERIMEN
SEMU
|
1.
Pretes-postes
tak ekuivalen
|
a.
Baik
untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menggunakan kelas yang ada,
yang kira-kira homogen kondisi kelasnya
b.
Terdapat
pretes-postes
c.
Adanya
kelompok kontrol
d.
Tidak
menggunakan ramdon
e.
Kedua
kelompok sama-sama dimanipulasi, tetapi dengan cara yang berbeda (metode SAS
dan metode EJA)
f.
Generalisasi
lemah
|
2.
Pretes-postes
Pada Kelompok Tunggal Materinya Ekuivalen
|
a.
Kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan kelas yang sama
b.
Putaran
pertama sebagai kelompok eksperimen dan putaran berikutnya sebagai kelompok
kontrol, atau sebaliknya
c.
Materi
ekuivalen
d.
Menggunakan
pretes-postes
e.
Tidak
menggunakan random
f.
Banyak
kelemahan, antara lain:
-
Sulit
mencari materi yang benar-benar sederajat
-
Ada
pengaruh treatmen pertama yang ikut campur pada putaran kedua
-
Testing
pertama mempengaruhi nilai testing kedua
-
Putaran
kedua siswa lebih matang daripada putaran pertama.
|
Penelitian Eksperimen PART 3 / 6
Reviewed by asarisolid
on
1:34 AM
Rating:
No comments: