BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pada
awalnya ilmuwan hanya belajar mengenai pengamatan dalam studi terhadap
lingkungan kita, tapi mereka menyadari bahwa kompleksitas alam tidak bisa
selalu dipahami hanya melalui pengamatan. Mereka melihat bahwa kejadian-kejadian yang terjadi
sering begitu rumut dan tidak relevan, sehingga cara kerja yang ingin mereka
pelajari menjadi tidak jelas. Kemudian, mereka memecahkan kesulitan dengan mengontrol kondisi-kondisi yang
terjadi. Lalu, mereka sengaja memanipulasi variabel
independen dan mengukur perubahan dalam variabel dependen yang disebabkan oleh
perubahan dalam variabel independen. Dengan kata lain,
mereka mulai melakukan eksperimen.
Karena
penerapan metode eksperimen terbukti bermanfaat dalam penelitian
dunia fisika, penelitidi bidang lain mulai melakukan eksperimen. Pada abad ke-19, kemajuan besar dibuat dalam zoologi, fisiologi, dan obat-obatan melalui eksperimen. Menjelang akhir abad ke-19, para sarjana mulai menerapkan metode yang sama untuk penelitian psikologis, yang menjadi awal dari eksperimen psikologi. Penelitian Rice tentang hasil belajar ejaan di sekolah-sekolah Amerika menandai upaya pertama eksperimen di dunia pendidikan. Thorndike (1924) dan peneliti awal lainnya memperpanjang metode eksperimen untuk pendidikan.
dunia fisika, penelitidi bidang lain mulai melakukan eksperimen. Pada abad ke-19, kemajuan besar dibuat dalam zoologi, fisiologi, dan obat-obatan melalui eksperimen. Menjelang akhir abad ke-19, para sarjana mulai menerapkan metode yang sama untuk penelitian psikologis, yang menjadi awal dari eksperimen psikologi. Penelitian Rice tentang hasil belajar ejaan di sekolah-sekolah Amerika menandai upaya pertama eksperimen di dunia pendidikan. Thorndike (1924) dan peneliti awal lainnya memperpanjang metode eksperimen untuk pendidikan.
Untuk dapat
melaksanakan suatu eksperimen yang baik, perlu dipahami terlebih dahulu segala
sesuatu yang berkait dengan komponen-komponen eksperimen. Baik yang berkaitan
dengan jenis-jenis variabel, hakekat eksperimen, karakteristik, tujuan,
syarat-syarat eksperimen, langkah-langkah penelitian eksperimen, dan
bentuk-bentuk desain penelitian eksperimen.
Selanjutnya, untuk lebih memahami mengenai
penelitian eksperimen, dalam makalah ini akan dibahas mengenai metode
penelitian eksperimen beserta hal-hal yang terkaitdi dalamnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penelitian Eksperimen
Hakekat penelitian eksperimen (experimental
research) adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul
sebagai akibat perlakuan. Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan
sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena
sebab akibat (causal-effect relationship). Selanjutnya, metode eksperimen
adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2011: 72).
Menurut Donald Ary (2011: 337) eksperimen adalah kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubunganya
dengan hipotesis. Eksperimen dimulai dengan suatu pertanyaan tentang hubungan
antara dua variable atau lebih.
Leedy (1980: 166) menyatakan bahwa “The experimental method attempts to control
the entire research situation, except for certain input variables which the
become suspect as the cause of the whatever change has taken place within the
investigative design”.
Artinya, metode eksperimen mencoba untuk mengendalikan situasi penelitian secara keseluruhan, kecuali untuk masukan variabel tertentu yang menjadi yang
dicurigai sebagai penyebab perubahan
apapun yang telah terjadi dalam desain penyelidikan.
Iskandar (2010: 64)
menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang menuntut
peneliti memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel bebas serta
mengamati variabel terikat, untuk melihat perbedaan sesuai dengan manipulasi
variabel bebas (independent) tersebut
atau penelitian yang melihat hubungan sebab akibat kepada dua atau lebih
variabel dengan memberi perlakuan lebih (treatment)
kepada kelompok eksperimen.
Selanjutnya,
Sukmadinata (2013: 194) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen (experimental research), merupakan pendekatan
penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi persyaratan untuk
menguji hubungan sebab-akibat. Penelitian eksperimen merupakan pendekatan
penelitian yang cukup khas. Kekhasan tersebut diperlihatkan oleh dua hal,
pertama penelitian eksperimen menguji secara langsung pengaruh suatu variabel
terhadap variabel lain, kedua menguji hipotesis hubungan sebab-akibat.
Kemudian, Borg &
Gall (1979) dalam Hadjar (1999: 321) menyatakan bahwa eksperimen merupakan
desain penelitian ilmiah yang paling teliti dan tepat untuk menyelidiki
pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain.
Selaras dengan
pernyataan di atas, Sudjana dan Ibrahim (2001: 19) juga mengemukakan bahwa
ekperimen pada umumnya dianggap sebagai metode penelitian yang paling canggih
dan dilakukan untuk menguji hipotesis. Metode ini mengungkapkan hubungan antara
dua variabel atau lebih atau mencari pengaruh suaru variabel terhadap variabel
lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan satu hipotesis atau lebih
yang menyatakan sifat dari hubungan variabel yang diharapkan. Dengan kata lain,
eksperimen mempunyai sifat prediktif.
Gay (1998: 15) mengemukakan “In experimental study the researcher
manipulates at least one independent variable and observes the effect on one on
more dependent variables. In other words, the researcher determines "who
gets what" which group of subjects will get which treatment; the groups
are generally referred to as experimental and control groups. Ideally, in
experimental research the groups to be studies are randomly formed before the
experiment, a procedure not involved in the other methods of research. The
essence of experimentation is control”.
Artinya, dalam penelitian eksperimen peneliti memanipulasi setidaknya
satu variabel independen dan
mengamati efek pada satu pada variabel lebih
tergantung. Dengan kata lain, peneliti
menentukan "siapa yangakan mendapatkan apa" pada kelompok subjek yang akan
mendapatkan perlakuan; kelompok
pada umumnya disebut sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Idealnya, dalam penelitian eksperimen kelompok dalam
penelitian dipilih secara acak dan
dibentuk sebelum percobaan. Inti dari eksperimen adalah
mengontrol.
Berdasarkan definisi
dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian eksperimen adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek
penelitian. Penelitian eksperimen dalam pendidikan adalah kegiatan penelitian
yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan
terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya
pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain.
Dengan demikian, Srinagesh
(2006: 47) mengemukakan bahwa pada umumnya tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk
mengumpulkan data yang gilirannya perlu dianalisis atau diolah untuk
mendapatkan kesimpulan. Sementara, tujuan utama rancangan
eksperimen adalah untuk menguji dampak suatu treatment (intervensi) terhadap hasil penelitian yang dikontrol
oleh faktor-faktor lain yang dimungkinkan juga mempengaruhi hasil tersebut (Creswell,
2012: 216).
B. Ciri-Ciri
Penelitian Eksperimen
McMillan
dan Schumacher (2001: 321) mengemukakan bahwa “Traditionally defined experimental research has six distinguishing
characteristics: statistical equivalence of subjects in different groups,
usually achieved by random assignment of subjects; comparison of two or more
groups or sets of conditions; direct manipulation of at least one independent
variable; measurement of each dependent variable; use of inferential
statistics; and a design that provides the potential for maximum control of
extraneous variables”.
Artinya, “secara
tradisional penelitian eksperimen mempunyai 6 karakteristik: kesetaraan
statistik dari subjek dalam kelompok-kelompok yang berbeda, biasanya subjek
dipilih secara acak; adanya perbandingan dua atau lebih kelompok atau
kondisinya ditentukan; adanya manipulasi langsung dari setidaknya satu variabel
independen; adanya pengukuran pada setiap variabel dependen; penggunaan
statistik inferensial; dan adanya desain yang memberikan potensi maksimal untuk
mengontrol dari variabel asing”.
Menurut
Donald Ary (2011:
342-357)
ciri-ciri penelitian eksperimen yaitu sebagai berikut:
1. Pengendalian
Pengendalian
adalah inti metode eksperimen. Tanpa pengendalian peneliti tidak mungkin dapat
menilai secara tegas pengaruh variable bebas. Pada dasarnya metode eksperimen
terletak atas dua asumsi tentang variable:
a. Hukum Variabel
Tunggal (Law of The Single Variable): Apabila dua situasi sama dalam
segala hal, kecuali factor yang ditambahkan atau dibuang dari salah satu
situasi itu, maka setiap perbedaan yang muncul diantara kedua situasi tersebut
dapat dikaitkan dengan factor tersebut.
b. Hukum
satu-satunya variable yang signifikan (Law of the only signifikan variable):
apabila dua situasi tidak sama tetapi dapat ditunjukan bahwa tidak ada satu
variabelpun yang signifikan dalam menimbulkan gejala yang sedang diselidiki,
atau gejala variabel-variabel yang signifikan itu dibuat sama, maka setiap
perbedaan yang terjadi diantara kedua situasi itu sesudah dimasukannya variabel
baru ke dalam salah satu diantaranya, dapat dianggap disebabkan oleh varibel
baru tersebut.
Tujuan pengendalian dalam eksperimen adalah untuk
mengatur situasi sehingga pengaruh variabel dapat diselidiki. Prosedur dasar
pengendalian perbedaan antar subjek:
- Penempatan secara acak, adalah penempatan subjek
ke dalam kelompok sedemikian rupa sehingga untuk setiap kali penempatan,
setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditempatkan di
kelompok manapun.
- Pemadanan Teracak (randomized matching).
Pemadanan adalah metode untuk mengendalikan sebagian perbedaan
antar-subjek, namun masih ada lagi beberapa kesulitan yang mungkin
dihadapi oleh peneliti. Kesulitan tersebut adalah:
1) Menentukan variabel
atau variabel apa yang akan digunakan untuk memadankan.
2) Seberapa dekat
peneliti memadankan subjek berdasarkan variabel-variabel tersebut.
Pemadanan yang dekat akan meningkatkan ketepatan
metode, tetapi juga meningkatkan jumlah subjek yang tidak dapat dipadankan.
- Pemilihan yang homogen. Pemilihan homogen
merupakan cara yang efektif untuk mengendalikan variabel-luar. Kelemahan
cara ini adalah mengurangi luasnya jangkauan generalisasi hasil studi
tersebut kepada situasi yang lain.
- Analisa kovariansi. Analisis kovariansi adalah
metode untuk menganalisis perbedaan variabel terikat diantara
kelompok-kelompok eksperimen, setelah memperhitungkan setiap perbedaan
ukuran pra-tes atau ukuran variabel terikat relevan lainnya yang telah ada
sebelumnya diantara kelompok-keompok tersebut. Covariate adalah ukuran
yang dipakai untuk pengendalian.
- Penggunaan subjek sebagai pengendali mereka
sendiri. Prosedur pengendalian menempatkan ke semua kondisi eksperimen dan
kemudian mengukur subjek tersebut, mula-mula dalam satu kondisi perlakuan
eksperimen lalu dalam kondisi eksperimen yang lain. Apabila dalam suatu
eksperimen, variabel situasional tidak dapat dikendalikan, maka orang
tidak dapat memastikan apakah variabel bebas atau perbedaan incidental
yang terdapat dalam kelompok yang menyebabkan variabel terikat tersebut.
2. Manipulasi.
Manipulasi suatu variabel menunjuk pada tindakan yang sengaja dilakukkan pada
tindakan yang sengaja dilakukan peneliti. Peneliti dapat memanipulasi satu
variabel atau sejumlah variabel sekaligus.
3. Pengamatan .
pengamatan dilakukan terhadap ciri-ciri tingkah laku subjek yang diteliti.
Pengamatan sedapat mungkin bersifat kuantitas itulah variabel terikatnya.
C. Komponen-Komponen
dalam Penelitian Eksperimen
Menurut Creswell (2012:
229) metode penelitian eksperimen pada umumnya menggunakan format standar yang
melibatkan komponen-komponen sebagai berikut:
1.
Partisipan
Perlu mengetahui cara
pemilihan (sampling), penugasan (assigment), dan jumlah partisipan yang
terlibat dalam suatu eksperimen. Hal yang perlu diperhatikan saat menulis
metode eksperimen, yaitu:
ü Mendeskripsikan proses pemilihan (sampling) partisipan.
ü Memastikan bahwa sampel yang terpilih
benar-benar representatif dan bisa mewakili suatu populasi.
ü Memaparkan secara detai tentang
penugasan secara acak pada masing-masing individu ke dalam kelompok-kelompok
treatment.
ü Menjelaskan keunggulan-keunggulan lain
penelitian eksperimen yang secara sistematik dapat mengontrol variabel-variabel
yang bisa mempengaruhi hasil penelitian.
ü Menunjukkan jumlah partisipan dalam
setiap kelompok dan menjelaskan prosedur-prosedur sistematik dalam menentukan
besaran setiap kelompok.
ü Menunjukkan variabel bebas dan variabel
terikat dalam penelitian eksperimen tersebut.
2.
Instrumentasi
dan Materi
Selama penelitian eksperimen, khususnya pada tahap pre-test dan post-test (atau keduanya) peneliti biasanya melakukan observasi dan
pengukuran dengan menggunakan instrumen-instrumen yang tersedia. Dalam proposal
penelitian eksperimen, peneliti harus membahas instrumen-instrumen yang digunakan,
cara perancangannya, item-itemnya, skala-skalanya, dan laporan reliabilitas dan
validitas skornya. Peneliti juga harus membahas materi-materi yang akan
digunakan selama proses eksperimentasinya (seperti, program-program atau
kegiatan-kegiatan tertentu yang diberikan pada kelompok eksperimen).
3.
Prosedur
Eksperimentasi
Prosedur yang digunakan selama proses penelitian
eksperimen, yaitu pembahasan mengenai rancangan eksperimentasi, alasan-alasan
digunakannya rancangan tersebut dan model visual untuk lebih mudah memahami
prosedur-prosedurnya. Hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
ü Menunjukkan jenis rancangan
eksperimentasi yang akan digunakan dalam penelitian.
ü Menunjukkan apa yang ingin
dikomparasikan.
ü Menyajikan diagram atau gambar yang
dapat mengilustrasikan rancangan penelitian yang digunakan.
4.
Analisis
Data
Dalam penelitian eksperimen, hal yang perlu
diperhatikan dalam analisis data adalah:
ü Melaporkan statistik deskriptif yang
telah diukur dan diobservasi pada pre-test dan post-test.
ü Menjelaskan tes statistik inferensial
yang digunakan untuk menguji hipotesis.
ü Melaporkan hasil-hasil statistik
pengujian hipotesis.
5.
Interpretasi
Hasil
Langkah terakhir dalam penelitian eksperimen adalah
menafsirkan penemuan-penemuan berdasarkan hipotesis atau rumusan masalah yang
sudah dirancang di awal penelitian. Dalam laporan ini, peneliti:
ü Menjelaskan apakah hipotesis atau
rumusan masalah tersebut diterima atau ditolak.
ü Menjelaskan apakah proses treatment yang
diimpilementasikan benar-benar menciptakan suatu perbedaan bagi para partisipan
yang diteliti.
ü Memberi alasan mengapa hasil penelitian
signifikan atau tidak signifikan berdasarkan literatur-literatur yang relevan.
ü Menjelaskan adakah hasil penelitian yang
muncul disebabkan prosedur-prosedur eksperimental yang tidak tepat.
ü Menunjukkan dampak-dampak dari hasil
terhadap populasi yang diteliti atau bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
D. Desain
Penelitian Eksperimen
Desain eksperimental adalah kerangka konseptual
pelaksanaan eksperimen (Cresswel, 2011: 358). Fungsi desain eksperimen adalah:
1. Menciptakan
kondisi bagi perbandingan yang diperlukan oleh hipotesis penelitian.
2. Melalui analisis
secara statistic, memungkinkan peneliti melakukan tafsiran yang berarti
mengenai hasil penelitian.
Menurut
Sukmadinata (2013: 201)
desain eksperimen lama yang banyak digunakan adalah model desain sistematik
yang dikembangkan oleh Egon Brunswick. Desain ini pretes dan postest
deiberikan. Variabel-variabel lainnya ada yang dikontrol dan ada pula yang
tidak dikontrol. Model desain ini dipandang bersifat semu dan kurang alamiah
sehingga kurang memiliki generalisasi.
Model
desain eksperimen yang lebih kuat generalisasinya adalah model representatif
yang dikembangkan oleh Richard Snow. Model ini merupakan seuatu proses
perencanaan eksperimen yang disusun dengan bertolak dari keadaan lingkungan
sesungguhnya (real-life environment)
dan keadaan partisipan yang alamiah (natural
characteristics). Pesain representatif memiliki beberapa asumsi, yaitu:
1)
Karakteristik
lingkungan yang bersifat alamiah adalah kompleks dan saling terkait. Kita tidak
dapat menyederhanakannya hanya pada satu karakteristik lingkungan dan memandang
yang lain konstan, sebab sesuatu karakteristik itu berubah demikian juga yang
lainnya.
2)
Manusia
adalah pemroses informasi yang aktif, mereka tidak mereaksi kepada perlakuan
eksperimen secara pasif. Dalam mendesain eksperimen hakikatnya manusia sebagai
individu yang belajar aktif harus mendapat perhatian serius. Asumsi lain yang
terkait dengan asumsi ini, bahwa manusia dalam belajar akan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
3)
Organisme
manusia bersifat kompleks, maka perlakuan eksperimen akan mempengaruhi manusia
khususnya pembelajar dengan cara yang sangat kompleks pula. Suatu metode
mengajar dirancang untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam mata pelajaran
tertentu, tetapi itu juga akan mempengaruhi sikap siswa dan pengetahuan mereka
dalam mata pelajaran lainnya.
Richard Snow memberikan
beberapa saran tentang penyusunan dan pelaksanaan eksperimen representatif.
1)
Lakukan
penelitia dalam seting pendidikan yang nyata atau dalam lingkungan yang
memungkinkan untuk dilakukan generalisasi.
2)
Masukkanlah
beberapa variasi lingkungan ke dalam desain eksperimen.
3)
Amatilah
apa yang secara nyata dilakukan oleh partisipan (siswa) selama eksperimen
berlangsung.
4)
Kajilah
konteks sosial dari lingkungan di mana eksperimen akan dilakukan.
5)
Siapkan
dengan baik partisipan yang akan ikut dalam eksperimen.
6)
Adakan
pengendalian perlakuan yang memungkinkan para partisipan menggunakan pendeketan
yang biasa mereka lakukan dalam kegiatan mereka (belajar).
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan eksperimen, sebagai berikut:
1)
Bias
dalam eksperimen. Bias dalam eksperimen adalah harapan penelitian tentang hasil
penelitian yang secara tidak disengaja disampaikan atau ditularkan kepada
partisipan, sehingga mempengaruhi perilaku partisipan.
2)
Ketepatan
perlakuan (treatmen fidelity). Dalam
penelitian ada peneliti (reseacher,
investigator), pelaku eksperimen (experimenter)
dan partisipan atau peserta eksperimen (participant).
Peneliti adalah perencana, penafsir data dan juga penanggung jawab seluruh
kegiatan penelitian. Pelaku eksperimen adalah orang membantu peneliti
memberikan perlakuan kepada para partisipan, dia adalah pemberi perlakuan dan
pengumpul data. Partisipan adalah orang-orang yang diberi perlakuan atau ikut
melakukan kegiatan yang dicobakan. Ketepatan perlakuan atau treatmen fidelity adalah tingkat
ketepatan pemberian perlakuan oleh pelaku eksperimen berdasarkan desain yang
dirancang oleh peneliti.
3)
Sample
acak. Dalam eksperimen baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol harus
merupakan sample acak (random sampling,
random treatmen). Pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak apabila
sampel tersebut homogen atau memiliki karakteristik yang sama. Sampel homogen
diperoleh karena telah diseleksi berdasarkan pengontrolan variabel.
Macam-macam Penelitian
Eksperimen menurut Sukmadinata (2013: 203) yaitu, sebagai berikut:
1)
Eksperimen Murni
Dalam
eksperimen murni (true experimental)
pengujian variabel bebas dan variabel terikat dilakukan terhadap sampel
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek-subjek yang diteliti dalam
kelompok tersebut diambil secara acak. Pengambilan sampel secara acak, hanya
mungkin apabila subjek-subjek tersebut memiliki karakteristik yang sama. Dalam
pelaksanaan penelitian, kesamaan karakteristik subjek tersebut memang dibuat
sama atau disamakan. Penyamaannya dilakukan melalui pengujian atau dari asumsi
atau keyakinan penelitian.
Beberapa model desain
penelitian eksperimental yang dapat digunakan yaitu, sebagai berikut:
a)
Desain Kelompok Kontrol Pratest-Pasca Test Beracak (Randomized Pretest-Posttest Control Group
Design)
|
Kelompok
|
Pretest
|
Perlakuan
|
Posttest
|
Acak
|
A (kel. Eksp)
|
O
|
X
|
O
|
Acak
|
B (kel. Kont)
|
O
|
O
|
Kelompok A maupun B
memiliki karakteristik yang sama atau homogen, karena diambil atau dibentuk
secara acak (random) dari populasi
yang homogen pula. Kelompok demikian disebut kelompok acak. Dalam desain ini
kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dengan tes yang sama. Kemudian kelompok
A sebagai kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus, sedangkan kelompok B
diberi perlakuan seperti biasanya. Setelah beberapa saat kedua kelompok dites
dengan tes yang sama sebagai tes akhir (posttest).
Hasil kedua tes akhir dibandingkan (diuji perbedaannya), demikian juga antara
hasil tes awal dengan tes akhir pada masing-masing kelompok. Perbedaan yang
berarti (signifikan) antara kedua hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok
eksperimen menunjukan pengaruh dari perlakukan yang diberikan.
Penelitian Eksperimen PART 1 / 6
Reviewed by asarisolid
on
1:29 AM
Rating:
No comments: