Metode Penelitian R & D

BAB I
PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang
Pendidikan tidak lepas dari suatu masalah, misalnya tentang metode, media, model pembelajaran, dan bahan ajar. Selain itu, pendidikan juga harus mengikuti perkembangan zaman. Sehubungan dengan hal tersebut, pembaharuan-pembaharuan atau inovasi-inovasi dalam dunia pendidikan menjadi sebuah kebutuhan. Pembaharuan atau inovasi itu tidak lepas dari suatu penelitian yang dapat menghasilkan produk-produk baru sebagai inovasi pembelajaran dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian yang dimaksud yaitu penelitian dan pengembangan atau sering disebut dengan research and development (R & D).
Penelitian dan pengembangan merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian terapan yang tidak jarang dijumpai karena hasil-hasil penelitian dasar bersifat teoritis sedangkan hasil penelitian terapan bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau dengan menggunakan penelitian dan pengembangan.
Penelitian dan pengembangan (research and development) telah banyak digunakan pada bidang-bidang ilmu alam, teknik dan dunia industri. Penelitian dan pengembangan juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain sebagainya.  Pada makalah ini akan dibahas tentang penelitian dan pengembangan (research and development).

B.       RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas, dapar dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.         Apakah pengertian research and development (R & D) itu?
2.         Bagaimana langkah-langkah research and development (R & D)?
3.         Apa aspek-aspek penting research and development (R & D)?
4.         Bagaimana sistematika laporan research and development (R & D)?
  
C.      TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah:
1.   Untuk mengetahui pengertian research and development (R & D).
2.   Untuk mengetahui langkah-langkah research and development (R & D).
3.   Untuk mengetahui aspek-aspek penting research and development (R & D)
4.   Untuk mengetahui sistematika laporan research and development (R & D)?

























BAB II
PEMBAHASAN


A.   Pengertian Research and Development (R & D)
Penelitian dan pengembangan (research and development) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan (Zainal Arifin, 2012: 51). Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem manajemen, dan lain-lain. Metode penelitian ini dianggap cukup ampuh untuk memperbaiki praktik.
Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 164) menjelaskan penelitian dan pengembangan atau research and development (R & D) sebagai sebuah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), tetapi bisa juga berbentuk perangkat lunak (software). Langkah-langkah proses penelitian dan pengmbangan menunjukan suatu siklus, yang diawali dengan adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu.
Metode penelitian dan pengembangan (research and development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2011 : 407). Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years).
Menurut Borg dan Gall (1983: 772), educational research and development is a process used to develop and validate educational product. Penelitian pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk-produk pendidikan tidak hanya berupa materi, seperti buku pelajaran, video pembelajaran, tetapi juga termasuk cara-cara dan proses pembelajaran yang telah ada, misalnya metode pembelajaran atau metode pengorganisasian pembelajaran.
Borg dan Gall (1983: 772) menjelaskan penelitian dan pengembangan (research and development)  memiliki empat ciri utama, yaitu:
1.    studying research findings pertinent to the product to be develop (melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan),
2.    developing the product base on this findings (mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut),
3.    field testing it in the setting where it will be used eventually (dilakukannya uji lapangan dalam setting atau situasi senyatanya di mana produk tersebut nantinya digunakan), dan
4.    revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage (melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan).
Dari empat ciri utama research and development (R & D) tersebut, memberikan gambaran bahwa ciri utama R & D adalah adanya langkah-langkah penelitian awal terkait dengan produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kemudian produk pendidikan dirancang dan dikembangkan untuk kemudian diuji dan diperbaiki atau direvisi.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa penelitian dan pengembangan (research and development) adalah metode penelitian untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada dan menguji keefekitifannya.

B.   Langkah-langkah Research and Development (R & D)
Ada beberapa model penelitian dan pengembangan (research and development) dalam bidang pendidikan, antara lain: model Sugiyono, model Dick & Carey, dan model Borg & Gall. Penjelasan lebih lanjut terkait ketiga model tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Model Sugiyono
Menurut Sugiyono (2011: 409), penelitian dan pengembangan (research and development) dapat diimplementasikan melalui sepuluh langkah. Langkah-langkah penggunaan penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut.
 









Gambar 1. Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development (R & D) (Sugiyono, 2011: 409)

a.    Potensi dan Masalah
Penelitian berawal dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang apabila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Potensi dapat berkembang menjadi suatu masalah bila tidak dapat mendayagunakan potensi-potensi tersebut. Misalnya: kita mempunyai sumber daya alam yang melimpah, tetapi tidak dapat mendayagunakannya. Namun, masalah juga dapat dijadikan potensi apabila kita dapat mendayagunakannya. Contohnya adalah limbah dapat didaurulang menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Suatu permasalahan dapat diatasi melalui research and development dengan cara melakukan penelitian sehingga ditemukan suatu model, pola atau sistem penanganan terpadu efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.  Tahap pertama adalah melakukan penelitian untuk menghasilkan informasi. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dapat dirancang model penanganan yang efektif. Untuk mengetahui keefektifan model tersebut perlu diuji dengan menggunakan metode eksperimen. Setelah teruji dapat diaplikasikan.
Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.
b.    Pengumpulan Data
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up to date, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Metode yang akan digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai.

c.    Desain Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian research and development bermacam-macam. Untuk menghasilkan sistem kerja baru, maka peneliti harus membuat rancangan kerja baru yang dibuat berdasarkan penilaian terhadap sistem kerja lama, sehingga dapat ditemukan kelamahan-kelemahan dalam sistem tersebut. Selain itu, peneliti harus mengadakan penelitian terhadap unit lain yang dipandang sistem kerjanya bagus. Selain itu harus mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan sistem kerja yang modern berikut indicator sistem kerja yang baik.
Hasil akhir dari kegiatan tersebut berupa desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain ini masih bersifat hipotetik. Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya berlum terbukti, dan akan dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian. Desain produk harus diwujudkan dengan gambar atau bagan, sehingga akan memudahkan pihak lain untuk memahaminya.
d.    Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama. Dikatakan secara rasional karena validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum merupakan fakta di lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi, peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, sekaligus keunggulannya.
e.    Revisi Desain
Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para pakar dan ahli lainnya, selanjutnya dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang hendak menghasilkan produk tersebut.
f.     Uji coba Produk
Uji coba produk dapat dilakukan melalui eksperimen, yaitu membandingkan efektivitas dan efisinsi keadaan sebelum dan sesudah memakai sistem baru (before-after) atau dengan membandingkan dengan kelompok yang tetap menggunakan sistem lama.  Dalam hal ini kelompok eksperimen dan kelompok control. Sehingga model eksperimen pertama dan kedua dapat digambarkan seperti gambar berikut.
 




Gambar 2. Desain Eksperimen (before-after)
(Sugiyono, 2011: 415)
Keterangan :
   =   nilai sebelum treatment,
   =   nilai setelah treatment,
X    =   treatment.

Berdasarkan gambar tersebut dapat diartikan bahwa eksperimen dilakukan dengan membandingkan hasil observasi  dan .
Model eksperimen yang ke dua ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
 








Gambar 3. Desain Eksperimen dengan Kelompok Kontrol atau Pretest-postest Control Group Desain (Sugiyono, 2011: 416)

Keterangan :
   =   nilai kemampuan awal kelompok eksperimen
  =   nilai kemampuan kelompok eksperimen setelah menggunakan treatment baru.
  =   nilai kemampuan awal kelompok kontrol
  =   nilai kemampuan kelompok kontrol dengan tetap menggunakan treatment lama.
Berdasarkan gambar tersebut dapat diartikan sebagai berikut. Sebelum treatmen baru diujicobakan, dipilih kelompok kerja tertentu yang akan menggunakan treatment tersebut. Bila kelompok tersebut jumlahnya banyak, eksperimen dilakukan pada sampel yang dipilih secara random. Kelompok pertama yang akan menggunakan metode baru disebut kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang tetap menggunakan metode lama disebut kelompok control. R berarti pengambilan kelompok eksperimen dan control dilakukan secara random. Kedua kelompok tersebut selanjutnya diberi pretest atau melalui pengamatan untuk mengetahui posisi kemampuan kedua kelompok tersebut. Bila kedua kelompok tersebut mempunyai kemampuan yang sama atau tidak berbeda secara signifikan maka kelompok tersebut sudah sesuai untuk dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Bila posisi kemampuan kedua kelompok tersebut berbeda secara signifikan maka pengambilan kelompok perlu diulang sampai diperoleh posisi kemampuan tidak berbeda secara signifikan.
Pengujian signifikansi efektifitas dan efisiensi treatment baru, bila data berbrntuk interval dan dilakukan pada dua kelompok maka dapat menggunakan t-test berpasangan (related), sedangkan bila dilakukan pada lebih dari dua kelompok dapat menggunakan Analisis Varians (Anava).
Selanjutnya, untuk membuktikan signifikansi perbedaan tindakan lama dan baru tersebut, perlu diuji secara statistik dengan menggunakan t-test berkorelasi (related). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
 



Rumus t-test (Sugiyono, 2011: 422)

Keterangan:
   =   Rata- rata sampel 1 (tindakan lama)
   =   Rata- rata sampel 2 (tindakan baru)
   =   Simpangan baku sampel 1 (tindakan lama)
   =   Simpangan baku sampel 2 (tindakan baru)
   =   Varians sampel 1
   =   Varians sampel 2
r      Korelasi antara data dua kelompok

g.    Revisi Produk
Pengujian produk pada sampel yang terbatas menunjukkan bahwa kinerja tindakan baru tersebut lebih baik dari tindakan lama. Setelah metode baru diterapkan dalam jangka waktu tertentu, perlu dicek kembali, mungkin ada kelemahan atau ada yang perlu diperbaiki. Setelah diperbaiki maka dapat diproduksi secara masal, atau digunakan pada lembaga pendidikan yang lebih luas.
h.    Uji Coba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting. Maka selanjutanya produk/metode baru tersebut diterapkan dalam lingkup yang luas. Dalam operasinya, metode baru tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna perbaikan lebih lanjut.
i.     Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam pemakaian di lingkup yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji coba pemakaian, sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk sehingga dapat digunakan untuk penyempurnaan dan pembuatan produk baru lagi.
j.     Produk Masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diuji cobakan dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal.
2.    Model Dick & Carey
Model Dick and Carey adalah model desain Instruksional yang dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey, dan James O. Carey. Model ini adalah salah satu dari model prosedural yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip desain instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus ditempuh secara berurutan.
Dick and Carey (2001: 6-8) menyebutkan ada sepuluh langkah pada penelitian dan pengembangan (research and development). Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
a.          Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goal(s)).
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program instruksional. Tujuan instruksional mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance analysis), dari penilaian kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman praktis dengan kesulitan belajar siswa, dari analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan (job analysis), atau dari persyaratan lain untuk instruksi baru. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan.
b.         Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis)
Langkah ini, pertama mengklasifikasi tujuan ke dalam ranah belajar Gagne, menentukan langkah demi langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan tersebut (mengenali keterampilan bawahan/subordinat). Langkah terakhir dalam proses analisis instruksional adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry behaviors), yang diperlukan siswa untuk dapat memulai instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi.
c.         Analisis Siswa dan Lingkungan (Analyze Learners and Contexts)
Pada langkah ini, dilakukan analisis siswa, analisis konteks di mana mereka akan belajar, dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan siswa, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki akan digunakan untuk merancang strategi instruksional.
d.        Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance Objectives)
Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis instruksional, keterampilan yang harus dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses.
e.         Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Assessment Instruments)
Berdasarkan tujuan performansi yang telah ditulis, langkah ini adalah mengembangkan butir-butir penilaian yang sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dari tujuan. Penekanan utama berkaitan diletakkan pada jenis keterampilan yang digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta.
f.          Pengembangan Siasat Instruksional (Develop Instructional Strategy)
Bagian-bagian siasat instruksional menekankan komponen untuk mengembangkan belajar siswa termasuk kegiatan prainstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan.
g.         Pengembangan atau Memilih Material Instruksional (Develop and Select Instructional Materials).
Ketika kita menggunakan istilah bahan instruksional kita sudah termasuk segala bentuk instruksional seperti panduan guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis multimedia, dan halaman web untuk instruksional jarak jauh.
h.         Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction).
Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan pada penilaian formatif terhadap bahan atau instruksional di kelas.
i.           Revisi Instruksional (Revise Instruction)
Strategi instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi instruksional untuk membuatnya menjadi alat instruksional yang lebih efektif.
j.           Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design and Conduct Summative Evaluation)
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan/diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.
3.    Model Borg & Gall
Borg and Gall (1983: 772) menjelaskan yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product” yang diartikan sebagai proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Kadang-kadang penelitian ini juga disebut ‘research based development’, yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, research and development juga bertujuan untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui ‘basic research’, atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktek-praktek pendidikan. 
a.         Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting)
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.
1)        Analisis kebutuhan
Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu
a)          Apakah produk yang akan dikembangkan merupakan hal yang penting bagi pendidikan?
b)        Apakah produknya mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan?
c)         Apakah sumber daya manusia yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang akan mengembangkan produk tersebut ada?
d)        Apakah waktu untuk mengembangkan produk tersebut cukup?
2)        Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang direncanakan.
3)        Riset skala kecil
Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacu pada reseach belajar atau teks professional. Oleh karena itu, pengembang perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang akan dikembangkan.
b.        Merencanakan Penelitian (Planning)
Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian research dan development meliputi:
1)        Merumuskan tujuan penelitian.
2)        Memperkirakan dana, tenaga dan waktu
3)        Merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.
c.         Pengembangan Desain (Develop Preliminary of Product)
Langkah ini meliputi:
1)        Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik).
2)        Menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan.
3)        Menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan
4)        Menentukan deskripsi tugas pihak- pihak yang terlibat dalam penelitian.
d.        Preliminary Field Testing
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi:
1)        Melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk.
2)        Bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat.
3)        Uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologi.
e.         Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas (Main Product Revision)
Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.
f.         Main Field Test
Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi:
1)        melakukan uji efektivitas desain produk,
2)        uji efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan teknik eksperimen model penggulangan, dan
3)        hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
g.        Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas (Operational Product Revision)
Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
h.        Uji Kelayakan (Operational Field Testing)
Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar:
1)        melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk,
2)        uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk, dan
3)        hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
i.          Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision)
Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisasi” yang dapat diandalkan.
j.          Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir (Dissemination and Implementation)
Laporan hasil dari research dan development melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui media massa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control. Teknik analisis data, langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran research dan development menurut Borg and Gall terdiri atas:
1)        meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,
2)        mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian,
3)        uji lapangan, dan
4)        mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap uji coba lapangan.
3.    Model 4-D
Menurut Thiagarajan (1974), ada empat tahap penelitian dan pengembangan yang disingkat dengan 4-D, yaitu “define, design, develop, and disseminate” (Zainal Arifin, 2012: 128). Penjelasan terkait empat tahap penelitian dan pengembangan tersebut adalah sebagai berikut.
a.    Tahap define, yaitu tahap studi pendahuluan, baik secara teoritik maupun empirik. Misalnya, setelah peneliti memilih dan menentukan produk yang akan dikembangkan serta merumuskan langkah awal yang perlu, maka selanjutnya peneliti melakukan studi literatur, survey lapangan, observasi, wawancara, dan sebagainya.
b.    Tahap design, yaitu merancang model dan prosedur pengembangan secara konseptual-teoritik.
c.    Tahap develop, yaitu melakukan kajian empirik tentang pengembangan produk awal, melakukan uji coba, revisi, dan validasi.
d.    Tahap desseminate, yaitu menyebarluaskan hasil akhir ke seluruh populasi.

C.   Aspek-Aspek Penting Research and Development (R & D)
Zainal Arifin, (2012: 51) menyebutkan dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu: Jenis Data, Analisis Data, Penyajian Data, Revisi Produk, Expert Judgement, Problem Identification and Specification, Personal Identification and Selection, Questionaire Design, Sending Questioner an Analisis Responded for First Round, Development of Subsequent Questionaires, Organiztion of Group Meetings, dan Prepare Final Report. Penjelasan lebih lanjut dari aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Jenis Data
Dalam uji coba data digunakan sebagai dasar untuk menentukan keefektifan, efisiensi, dan daya tarik produk yang dihasilkan. Oleh sebab itu, jenis data yang akan dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bisa jadi data yang dikumpulkan hanya data tentang pemecahan masalah yang terkait dengan keefektifan dan efisiemsi, atau data tentang daya tarik produk yang dihasilkan. Paparan data hendaknya dikaitkan dengan desain penelitian dan subjek uji coba tertentu. Data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan terhadap subjek ahli isi, kelompok kecil, atau ketiganya. Dalam uji ahli, data yang terungkap antara lain ketepatan substansi, ketepatan metode, ketepatan desain produk, dan sebagainya. 
2.    Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis data yang dikumpulkan. Untuk itu, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a.    Analisis data mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan table, bagan, atau grafik.
b.    Data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan komponen produk yang dikembangkan.
c.    Data analisis secara kualitatif-naratif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif.
d.    Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual tanpa interpretasi pengembang, sehingga dapat dijadikan dasar dalam melakukan revisi produk.
e.    Dalam analisis data, penggunaan perhitungan statistic harus sesuai dengan permasalahan yang diajukan, dan produk akan dikembangkan.
3.    Penyajian Data
Hasil uji coba hendaknya disajikan secara menarik dan komunikatif, sesuai dengan jenis dan karakteristik produk dan calon konsumen pemakai produk. Penyajian yang komunikatif akan membantu konsumen/pengguna produk dalam mencerna informasi yang disajikan, dan menumbuhkan ketertarikan untuk menggunakan model atau produk hasil pengembangan.
4.    Revisi Produk
Revisi produk, perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
a.    Simpulan yang ditarik dari hasil analisis uji coba hendaknya menjelaskan apakah model atau produk yang dihasilkan perlu direvisi atau tidak.
b.    Pengambilan keputusan untuk melakukan revisi model atau produk perlu disertai dengan dukungan atau pembenaran bahwa setelah direvisi model atau produk itu akan lebih baik, lebih efektif, efisien, lebih menarik, dan lebih mudah bagi pemakai.
c.    Komponen-komponen yang perlu dan akan direvisi hendaknya dikemukakan secara jelas dan terperinci.
5.    Expert Judgement
Proses expert judgement dapat dilakukan melalui dua cara sebagai berikut.
a.    Diskusi kelompok, adalah suatu proses diskusi melibatkan para pakar (ahli) untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis penyebab masalah, menentukan cara-cara penyelesaian masalah, dan mengusulkan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Dalam diskusi kelompok terjadi curah pendapat (brainstorming) di antara para ahli tentang rancangan model atau produk. Mereka mengutarakan pendapatnya sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
b.    Teknik Delphi, adalah suatu cara untuk mendapatkan konsesus diantara para pakar melalui pendekatan intuitif. Langkah-langkah penerapan teknik Delphi untuk uji ahli dalam penelitian pengembangan adalah:
1)    Memilih anggota tim pemantau yang telah menunjukkan kemampuan komunikasi obyektif. Dalam hal ini biasanya disebut moderator.
2)    Memilih pakar/ahli/anggota panel. Evaluasi calon pakar/ahli/anggota panel. Dapat  menggunakan analisis stakeholders (stakeholder mapping) adalah penilaian atas kepentingan (interests), kedekatan kepentingan (importance) tersebut dengan kepentingan pengambil keputusan atau pemrakarsa dan substansi kebijakan yang mau diputuskan, serta tingkat pengaruhnya (influence) pada proses penyusunan kebijakan. Sehingga dapat dipilih pakar/ahli/anggota panel yang benar-benar memahami.  
3)    Menghubungi pakar-pakar yang teah ditentukan dengan melakukan pendekatan dan memberikan pengertian serta persetujuan untuk menggunakan metode Delphi.
4)    Identifikasi butir-butir dan susunan kuisioner, untuk mempermudah dalam penerapan serta pengolahan kuisioner maka kuisioner dapat menggunakan skala nilai atau dengan menggunakan pilihan.
5)    Pengiriman kuisioner, lebih baik moderator memantau langsung pengisian kuisioner, sehingga dapat mengarahkan sehingga maksud dan tujuan dapat lebih mudah tercapai. Seringkali pengisian kuisioner dilakukan oleh asisten pakar/ahli/anggota panel dan bisa berbeda-beda dalam tiap tahapan (kuisinoer ke-1, ke-2, ke-3) sehingga hasil kuisioner akan lebih sulit untuk diolah. Pengisian kuisioner membutuhkan waktu yang cukup lama tergantung jumlah pakar/ahli/anggota panel yang dilibatkan.
6)    Olah jawaban dan kembangkan kuisioner kedua yang mencakup masukan/pilihan dari para anggota panel. Permasalahn pada kuisioner (ketidaksetujuan) lebih baik ditulis dan dikemukakan untuk mengembangkan konsensus.
7)    Pengiriman kuisioner kedua
8)    Olah jawaban dan ileterasi berikutnya jika diperlukan, terus dilakukan pengiriman kuisioner dan ileterasi sampai terjadi konsesus.
6.    Problem Identification and Specification
Peneliti mengidentifikasi isu dan masalah yang berkembang di lingkungannya (bidangnya), permasalahan yang melatarbelakangi, atau permasalahan yang dihadapi yang harus mendapat penyelesaian.
7.    Personal Identification and Selection
Berdasarkan bidang permasalahan dan isu yang telah teridentifikasi, peneliti menentukan dan memilih orang-orang ahli, menaruh perhatian, dan tertarik pada bidang tersebut untuk memecahkan masalah. Jumlah pakar harus sesuai dengan subpermasalahan tingkat kepakaran (experetise), dan atau kewenangannya.
8.    Questionaire Design
Peneliti menyusun instrumen berdasarkan variabel yang diamati atau permasalahan yang kan diselesaikan. Instrumen tersebut hendaknya memenuhi validitas isi (content validity). Butir pertanyaan sebaiknya menggunakan bentuk open-ended question, kecuali jika permasalahan memang sudah spesifik.
9.    Sending Questioner an Analisis Responded for First Round
Peneliti mengirimkan kuisioner pada putaran pertama kepada resonden, selanjutnya melakukan review instrument dan menganalisis jawaban instrument yang telah dikembalikan. Analisis dilakuakan dengan mengelompokan jawaban yang sama dan berdasarkan hasil analisis, peneliti merevisi instrumen.
10. Development of Subsequent Questionaires
Kuisioner hasil review pada putaran pertama dikembangkan dan diperbaiki, dilanjutkan pada putaran kedua, dan ketiga. Setiap hasil revisi, kuesioner dikirimkan kembali kepada responden. Jika mengalami kesulitan dan keraguan dalam merangkum, maka peneliti dapat meminta klarifikasi kepada responden. Dalam teknik Delphi biasanya digunakan hingga 3 – 5 putaran, bergantung dari keluasan dan kerumitan permasalahan sampai dengan tercapainya konsensus.
11. Organiztion of Group Meetings
Peneliti menyususn rencana pertemuan kelompok untuk melakukan diskusi dan klarifikasi atas jawaban yang telah diberikan. Di sinilah argumentasi dan debat bias terjadi untuk mencapai konsesus dalam penelitian. Melalui face-to-face contact, penelitidapat menanyakan secara terperinci mengenai responden. Keputusan akhir tentang hasil jajak pendapat dikatakan baik apabila dicapai minimal 70% consensus.
12. Prepare Final Report
Penelitian perlu membuat laporan tentang persiapan, proses, dan hasil yang dicapai dalam teknik Delphi. Hasilnya perlu diuji coba di lapangan dengan responden yang kan menggunakan model atau produk dalam jumlah yang lebih besar.

D.    Sistematika Laporan R&D
Sistematika laporan R&D pada umumnya sama dengan sistematika laporan penelitian yang lain. Di bawah ini sistematIka laporan R&D menurut pedoman tesis dan disertasi UNY (2013:29), yaitu sebagai berikut:
BAB I                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Identifikasi Masalah
C.     Pembatasan Masalah
D.    Rumusan Masalah
E.     Tujuan Pengembangan
F.      Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
G.    Manfaat Pengembangan
H.    Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
BAB II                  LANDASAN TEORI
A.    Kajian Teori
B.     Kajian Penelitian yang Relevan
C.     Kerangka Berpikir
D.    Pertanyaan Penelitian
BAB III                METODE PENELITIAN
A.    Model Pengembangan
B.     Prosedur Pengembangan
C.     Desain Uji Coba Produk
1.      Desain Uji Coba
2.      Subjek Coba
3.      Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
4.      Teknik Analisis Data
BAB IV                      HASIL PENELITIAN
A.    Hasil Pengembangan
B.     Hasil Uji Coba Produk
C.     Revisi Produk
D.    Kajian Produk Akhir
E.     Keterbatasan Penelitian
BAB V                        KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan tentang Produk
B.     Saran Pemanfaatan Produk
C.     Diseminasi dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut
 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB III
PENUTUP


Penelitian pengembangan (Research and development /R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji produk tersebut. Jadi penelitian pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years).   
Sesuai dengan namanya, Research & Developmnet difahami sebagai kegiatan penelitian yang dimulai dengan research dan diteruskan dengan development. Kegiatan research dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan pengguna (needs assessment), sedangkan kegiatan development dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran.
Pemahaman ini tidak terlalu tepat. Kegiatan research tidak hanya dilakukan pada tahap needs assesment, tapi juga pada proses pengembangan produk, yang memerlukan kegiatan pengumpulan data dan analisis data, yaitu pada tahap proses validasi ahli dan pada tahap validasi empiris atau uji-coba. Sedangkan nama development mengacu pada produk yang dihasilkan dalam proyek penelitian.
Metode Penelitian R & D Metode Penelitian R & D Reviewed by asarisolid on 8:11 PM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.