PERKEMBANGAN
ANAK SEKOLAH DASAR
1.
Perkembangan Fisik
Perkembangan
fisik peserta didik usia SD/MI meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan.
Perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur
tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan dan perkembangan
fisik anak menentukan ketrampilan anak bergerak. Pertumbuhan dan perkembangan
mempengaruhi cara memandang dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak
dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain.
a.
Faktor
yang mempengaruhi perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik peserta didik usia
SD/MI lebih lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa sebelumnya
(masa bayi dan TK awal) dan sesudahnya (masa puber dan remaja). Jadwal waktu
pertumbuhan fisik tiap anak tidak sama, ada yang berlangsung cepat, sedang atau
lambat. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak antara lain:
Pengaruh keluarga
a.
Faktor
keturunan
Membuat anak menjadi gemuk dari pada
anak lainnya. Perbedaan ras suku bangsa (orang Amerika, Eropa, dan Australia
cenderung lebih tinggi dari pada orang Asia).
b.
Faktor
lingkungan
Akan membantu menentukan tercapai
tidaknya perwujudan potensi keturunan anak tersebut. Lingkungan lebih banyak
pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada tinggi tubuh.
c.
Jenis
Kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih
tinggi dan lebih berat dibandingkan dengan anak perempuan, kecuali pada usia
12-15 tahun.
d.
Gizi
dan kesehatan
Anak yang memperoleh gizi cukup
biasanya lebih tinggi tubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai masa puber
dibandingkan dengan anak yang bergizi kurang.
Anak yang sehat dan jarang sakit
biasanya mempunyai tubuh sehat dan lebih berat dibanding dengan anak yang
sering sakit.
e.
Status
sosial dan ekonomi
Fisik anak dari kelompok ekonomi
rendah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan keluarga ekonomi cukup atau
tinggi.
Keadaan status ekonomi mempengaruhi
peran keluarga dalam memberi makan, gizi dan pemeliharan kesehatan serta
kegiatan pekerjaan yang dilakukan anak.
f.
Gangguan
Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan
emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenalin yang berlebihan. Hal
ini menyebabkan berkurangnya hormon pertumbuhan pada kelenjar pituitary,
akibatnya anak mengalami keterlambatan perkembangan memasuki masa puber. Bagi
anak usia SD atau MI, reaksi yang diperlihatkan orang lain terutama oleh
teman-teman sebayanya terhadap ukuran dan proporsi tubuhnya mempunyai makna
penting. Apabila ukuran-ukuran dan proporsi tubuh anak berbeda jauh dengan
teman sebayanya anak akan merasa kelainan, tidak mampu dan rendah diri.
2.
Perkembangan Intelek
a.
Struktur
pengetahuan
Pengertian
kognitif meliputi aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui
sesuatu, dan dalamnya terdapat aspek: persepsi, ingatan, pikiran, simbol,
penalaran, dan pemecahan persoalan. Perkembangan kognitif merupakan proses dan
hasil individu dengan lingkungannya.
Selain
itu, struktur pengetahuan juga menjelaskan tentang tingkat kecerdasan peserta
didik pada usia SD. Dengan adanya beberapa kecerdasan tiap individu, maka
memungkinkan terjadinya kecerdasan ganda (multiple intelligence), sehingga
perlu diadakannya semacam tes untuk mengetahui tingkat intelegensi tiap
individu yang biasa disebut dengan IQ (Intelligence Quotient). IQ merupakan
hasil bagi usia mental dengan usia kronologis atau kalender dikalikan seratus.
Dengan berpegang pada satuan ukuran IQ, maka kecerdasan dikategorikan dalam
tabel berikut (Sukmadinata, 2003):
IQ Kategori
140-……
Genius
130-139
Sangat cerdas
120-129
Cerdas
110-119
Di atas normal
90-109
Normal
80-89
Di bawah normal
70-79
Bodoh
50-69
Debil
25-49
Imbecil
……..-25
Idiot
b.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan intelek
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan intelek peserta didik usia SD atau MI, antara lain:
1.
Kondisi
organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui pesan indera dalam
perjalanannya ke otak (kesadaran).
2.
Intelegensi
mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu.
3.
Kesempatan
belajar yang diperoleh anak.
4.
Tipe
pengalaman yang didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapat
pengalaman seara tidak langsung dari orang lain atau informasi dari buku.
5.
Jenis
kelamin karena pembentukan konsep anak laki-laki atau perempuan telah dilatih
sejak kecil dengan cara yang sesuai dengan jenis kelamin.
6.
Kepribadian
pada anak dalam memandang kehidupan dan menggunakan suatu kerangka acuan
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Dalam
perkembangan intelek, dapat juga terjadi kendala dan berbahaya yang
mempengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan, di antaranya:
a.
Kelambanan
perkembangan otak yang dapat mempengaruhi kemampuan bermain dan belajar di
sekolah serta penyesuaian diri dan sosial anak, yang dikarenakan oleh tingkat
kecerdasan di bawah normal dan kurangnya mendapat kesempatan memperoleh
pengalaman.
b.
Konsep
yang salah yang disebabkan oleh informasi yang salah, pengalaman terbatas,
mudah percaya, penalaran yang keliru, dan imajinasi yang sangat berperan,
pemikiran tidak realistis, serta salah menafsirkan arti.
c.
Kesulitan
dalam membenarkan konsep yang salah dan tidak relistik. Hal ini biasanya
berkenaan dengan konsep diri dan sosial yang bisa membingungkan anak.
3.
Perkembangan Afektif
Anak
mulai mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan yang ada.
Dimensi psikososial yang rnuncul pada masa ini adalah: sense of industry, sense
of inferiority Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan
benda-benda yang praktis. dan mengerjakannya sampai selesai sehingga
menghasilkan sesuatu. Berdasarkan hasilnya mereka dihargai dan di mana perlu
diberi hadiah. Dengan demikian rasa/sifat ingin menghasilkan sesuatu dapat
dikembangkan. Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan
rumah saja melainkan mencakup juga lembaga-lembaga lain yang mempunyai peranan
penting dalam perkembangan individu. Pengalaman-pengalaman sekolah anak
mempengaruhi industry dan inferiority anak. Anak dengan IQ 80 atau 90 akan
mempunyai pengalaman sekolah yang kurang memuaskan walaupun sifat indtistri
dipupuk dan dikembangkan di ruitiah. Ini dapat menimbulkan rasa inferiority
(rasa tidak mampu). Keseimbangan industry dan inferiority bukan hanya
bergantung kepada orang tuanya, tetapi dipengaruhi pula oleh orang-orang dewasa
lain yang berhubungan dengan anak itu.
4.
Perkembangan Minat Anak SD
Meichati
(1975) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif, dan menguasai
individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas.
Secara
operasional, Lilawati (1988) mengartikan minat adalah suatu perhatian yang kuat
dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap suatu kegiatan sehingga
mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan tersebut dengan kemauan sendiri.
Sinambela
(1993) mengartikan minat adalah sikap positif dan adanya rasa ketertarikan
dalam diri anak terhadap suatu aktivitas tertentu.
Jadi
dapat diartikan bahwa minat adalah kekuatan yang mendorong anak untuk
memperhatikan, merasa tertarik, dan cenderung senang terhadap suatu aktivitas
sehingga mereka mau melakukan aktivitas tersebut dengan kemauannya sendiri.
Minat terdiri
dari dua aspek, yaitu :
a.
Aspek
kognitif, berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat pada manfaat
dari obyek tersebut.
b.
Aspek
afektif, nampak pada rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap
obyek tersebut.
Minat pada anak
dipengaruhi oleh dua faktor :
1.
Faktor
personal, merupakan faktor-faktor yang ada pada diri anak itu (meliputi usia,
jenis, kelamin, intelegensi, sikap, dan kebutuhan psikologi).
2.
Faktor
instusional, merupakan faktor-faktor di luar diri anak (melalui pengaruh orang
tua, guru, dan teman sebaya).
Dari segi
materi dan pengamatan lapangan, kami dapat menyimpulkan bahwa minat pada anak
SD pada pada sesuatu umumnya tergantung pada beberapa hal, yaitu:
a.
Kemauan
anak terhadap kegiatan tersebut (meskipun ada dorongan yang besar dari
orang-orang tertentu, misalnya orang tua, kalau dia tidak mempunyai keinginan
yang tinggi terhadap kegiatan tersebut dia tidak akan melakukan kegiatan tersebut)
b.
Karakter
masing-masing anak.
c.
Suasana
hati / keinginan hati (mood)
Minat
anak SD terhadap suatu kegiatan lebih tergantung pada pengaruh teman sebayanya.
Mereka lebih cenderung “ikut-ikutan“ dalam melakukan suatu kegiatan (pengaruh
lingkungan). Pada dasarnya mereka lebih mempunyai minat yang tinggi kepada
suatu aktivitas yang menarik perhatian mereka dan yang memberi kesenangan pada
mereka. Anaksekolah dasar kurang begitu tertarik kepada hal-hal yang
menimbulkan kebosanan dan kejenuhan.
5.
Perkembangan Bahasa
Bahasa
merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan, pendapat,
perasaan dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian
kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti
aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat,
bahasa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa
isyarat.
Keterampilan
dalam berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup, yaitu:
a.
Keterampilan
mendengarkan
b.
Keterampilan
berbicara
c.
Keterampilan
membaca
d.
Keterampilan
menulis
Di
sekolah dasar, keterampilan mendengarkan meliputi kemampuan memahami bunyi
bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan
konsep materi pelajaran. Keterampilan berbicara meliputi kemampuan
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan mengenai
perkenalan, tegur sapa,pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan
bertanya, percakapan, berita, deklamasi, memberi tanggapan, pendapat/saran, dan
diskusi. Keterampilan membaca meliputi ketrampilan memahami teks bacaan melalui
membaca intensif dan sekilas. Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis
permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan,
dan ringkasan paragraf.
1.
Faktor
Kendala dalam Mempelajari Ketrampilan Berbahasa
Meskipun pada umumnya pula
perkembangan keterampilan berbahasa anak sama, namun tetapada perbedaan
individual.berikut ini adalah beberapa faktor penyebab perbedaan tersebut:
a.
Kesehatan
: Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang
kurang sehat, sebab perkembangan aspek aspek motorik dan aspek mental
berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara.
b.
Kecerdasan
: Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih baik dan
memiliki penguasaan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir.
c.
Jenis
kelamin : Anak perempuan lebih dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki,
baik dalam pengucapan, kosa kata maupun keseringan berbahasa.
d.
Keluarga
: Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin sering anak mendengar dan
berbicara. Demikian pula anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya
karena orang tua lebih banyak memiliki waktu untuk berbicara dan berbahasa.
e.
Keinginan
dan Dorongan Komunikasi : Semakin kuat keinginan dan dorongan untuk
berkomunikasi dengan orang lain terutama teman sebaya, akan semakin kuat pula
usaha anak untuk berbicara dan berbahasa.
f.
Kepribadian
: Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan memiliki kepribadian yang
baik cenderung memiliki kemampuan bicara dan berbahasa lebih baik daripada anak
yang mengalami masalah dalam penyesuaian diri.
6.
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti
perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Tuntutan
sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari perbedaan harapan dan tuntutan
budaya dalam masyarakat tempat anak tumbuh kembangkan tugas perkembangannya.
Dalam belajar hidup bermasyarakat diperlukan tiga proses dalam bersosialisasi,
yaitu:
a.
Belajar
berperilaku yang dapat diterima sosial.
b.
Memainkan
peran sosial yang dapat diterima
c.
Perkembangan
sikap sosial.
Jika peserta didik tidak mampu
melakukan 3 proses sosialisasi diatas maka peserta didik tersebut berkembang
menjadi orang yang nonsosial, asosial, dan anti sosial.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan peserta didik melakukan sosialisasi
adalah sebagai berikut:
1.
Kesempatan
dan waktu untuk bersosialisai dengan orang lain.
2.
Kemampuan
berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dimengerti peserta didik maupun orang
dewasa lain.
3.
Motivasi
peserta didik untuk mau belajar bersosialisasi.
4.
Metode
belajar efisien dan bimbingan bersosialisasi.
Pengalaman
sosial awal memegang peranan penting bagi perkembangan dan perilaku sosial
selanjutnya. Sebab pengalaman sosial awal cenderung menetap. Jadi mudah atau
sulitnya perkembangan sosial anak selanjutnya tergantung pada baik buruknya si
anak mempelajari sikap dan perilaku sosial. Selain itu, pengalaman sosial awal
juga berpengaruh terhadap partisipasi sosial anak. Anak yang mempunyai
pengalaman sosial awal yang baik cenderung lebih aktif dalam kegiatan kelompok
social begitu juga sebaliknya.
Para
peserta didik usia SD atau MI yang berada pada posisi anak akhir akan mulai
membentuk kelompok bermain yang selanjutnya berkembang menjadi kelompok belajar
dan melakukan aktifitas pada masa anak. Sedangkan peserta didik kelas 5 atau 6
kadang-kadang sudah mengalami masa puber. Pada masa ini seorang peserta didik
mengalami perubahan fisik sensual yang pesat. Sehingga seorang anak cenderung
menarik diri dari kelompoknya, kurang dapat berinteraksi dan bersosialisasi
dengan orang lain. Juga terjadi kemunduran minat untuk bermain dan melakukan
aktifitas kelompok serta cenderung bersikap antisosial.
PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH DASAR
Reviewed by asarisolid
on
11:45 PM
Rating:
No comments: