Penelitian Kualitatif dan Penelitian Etnografi

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Era modern ini, semua aktivitas selalu mempunyai rujukan dan pedoman. Karena hal itu menunjang kesuksesan dan kekonkritan segala aspek, termasuk pendidikan. Menurut Langeveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Sehingga, dalam proses penyelesaian studi, mahasiswa selalu melakukan yang namanya penelitian. Penelitian mempunyai rujukan yang jelas dan dapat dijadikan pegangan untuk menyatakan sesuatu yang sebelumnya diragukan kebenaranya, akan tetapi setelah melalui penelitian, maka sesuatu hal yang diragukan tidak lagi menjadi rancu.
Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas pendekatan/desain penelitian yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut metodologi penelitian. Di samping pemahaman hasil penelitian  yang akan lebih  proporsional apabila pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan.
Obyek dan masalah penelitian memang mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan mengenai pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan diterapkan. Tidak semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan pendekatan tunggal, sehingga diperlukan pemahaman pendekatan lain yang berbeda agar begitu obyek dan masalah yang akan diteliti tidak tepat atau kurang sempurna dengan satu pendekatan maka pendekatan lain dapat digunakan, atau bahkan mungkin menggabungkannya. Banyaknya macam penelitian yang ada maka makalah ini membahas tentang Penelitian kualitatif yang terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah penelitian etnografi.
Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut juga sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Kemiripan yang ada membuat kami perlu memberikan penjelasan dari metode ini. Lebih jelasnya penjelasan tersebut akan dijabarkan dalam makalah ini. Dengan judul “Penelitian Kualitatif dan Penelitian Etnografi.
                            
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif didasarkan pada konsep konstruktivisme yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial (a shared sosial experience) yang diinterpretasikan oleh individu-individu untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peritiwa, aktivitas, pemikiran individu maupun kelompok yang mengarah pada penyimpulan. Penelitian ini menggunakan kajian etnografis untuk memahami keberagaman perspektif dalam situasi yang diteliti. Penelitian dilakukan pada obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Penelitian ini hanya diarahkan untuk meyakini  pengaruh situasi terhadap hal yang diamati.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif informan dengan multi strategi, strategi –strategi bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi informan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman, dan lain –lain. Strategi penelitian bersifat fleksibel, menggunakan aneka kombinasi dari teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid. Peranan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen utama (pengumpul data), orang yang ahli dan memiliki kesiapan penuh untuk memahami situasi agar dapat menggambarkan dan mengungkap serta menggambarkan dan menjelaskan.. Untuk dapat menjadi instrument, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas danmendalam terhadap situasi sosial pendidikan yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan/stimulan.
Rancangan penelitian kualitatif menggunakan deskriptif dan eksplanatori. Penelitian deskriptif untuk mendiskripsikan tentang situasi kompleks dan arah bagi penelitian selanjutnya. Penelitian eksplanatori untuk memberikan penjelasan tentang hubungan antara peristiwa dengan makna terutama persepsi informan. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability.

1.      Karakteristik Penelitian Kualitatif
Menurut McMillan (2011), karakteristik penelitian kualitatif terdiri dari:
a.       Natural
Data diambil secara alami tanpa rekayasa dan manipulasi pada konteks tertentu.
b.      Mengumpulkan data secara langsung
Peneliti mengumpulkan data secara langsung. Peneliti secara langsung berinteraksi dengan latar, partisipan, dan dokumen.
c.       Kaya  deskripsi narasi
Setiap detail direkam untuk pemahaman yang mendalam. Deskripsi yang digunakan terdiri dari kata-kata, gambar, dan sedikit angka-angka dari hasil pengamatan sementara. Pendekatan detail untuk mendeskripsikan hal-hal penting  untuk melengkapi pemahaman terhadap keadaan dan secara akurat merefleksi kompleksitas data.
d.      Berorientasi proses
Memfokuskan pada mengapa dan bagaimana proses suatu kegiatan terjadi.
e.       Analisis data bersifat induktif
Generalisasi induktif dari sintesis beberapa informasi.
a.       Menggabungkan data detil yang luas
b.      Pendekatan membaca teks atau catatan
c.       Pengkodean dan verifikasi data
d.      Penambahan kategori berdasarkan kode
e.       Reduksi kategori untuk menghilangkan redudansi
f.       Kesimpulan, model, bingkai kerja atau struktur.
f.       Perspektif partisipan
Memfokuskan pada pemahaman dan maksud penjelasan informan.

g.      Konstuksi sosial
Pengetahuan berdasarkan pada pengalaman dan interaksi sosial dengan orang lain.
h.      Desain penelitian emergen
Emergen berarti berubah atau berkembang sesuai dengan perubahan dalam temuan di lapangan. Desain yang berubah tersebut bersifat sirkuler karena penentuan sampel yang bersifat purposif , pengumpula data dan analisis data bersifat simultan.

2.      Jenis Penelitian Kualiitatif
Menurut Sukmadinata (2010), terdapat 6 jenis penelitian kualitatif yaitu :
1.      Etnografi
Penelitian yang mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial dan sistem. Studi etnografi biasanya dpusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual, dan cara-cara hidup. Proses penelitian etnografi dilaksanakan dilapangan dalam waktu yang cukup lama, berbentuk observasi dan wawancara secara alamiah dengan informan, dalam berbagai bentuk kesempatan kegiatan, serta mengumpulkan dokumen-dokumen dan benda-benda.
Hasil penelitian bersifat komprehensif, suatu naratif deskriptif yang bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang mengintergrasikan seluruh aspek-aspek kehidupan dan menggambarkan kompleksitas kehidupan tersebut. Beberapa peneliti juga melakukan penelitian mikro etnografi, penelitian difokuskan pada salah satu aspek saja. Dalam pendidikan dan kurikulum difokuskan pada salah satu kegiatan inovasi seperti pelaksanaan model kurikulum terintegrasi, pembelaaran kontekstual dan sebagainya. Menurut Creswell (2003), penelitian etnografi dibatasi pada latar (setting), informan (actor), kejadian (event), proses (process).

2.      Studi Historis
Penelitian yang mengkaji peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah direka ulang dengan menggunakan sumber data primer berupa kesaksian dari pelaku sejarah yang masih ada, kesaksian tak sengaja yang tidak dimaksudkan untuk disimpan  sebagi catatan dan rekaman, seperti peninggalan sejarah, kesaksian sengaja berupa catatan dan dokumen. Penelitin historis menggunakan pendekatan, metode dan materi yang sama dengan penelitian etnografis, tetapi dengan fokus, tekanan dan sistematika yang berbeda. Beberapa peneliti juga menggunakan pendekatan dan metode ilmiah seperti mengadakan pembatasan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis dan generalisasi, walaupun sudah ditentukan pada batas-batas tertentu. Salah satu cirri khas dari penelitian historis adalah periode waktu : kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai, kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu.

3.      Fenomenologis
Fenomenologi mempunyai dua makna, sebagai filsafat sains dan metode pencarian (penelitian). Penelitian fenomenologis mencoba mencari arti dari pengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengan konsep, pendapat, endirian, sikap, peilaian dan pemberian makna terhadap situasi atau pengalamn-pengalaman dalam kehidupan. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari pengalaman hidup tersebut.
Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam yang lama dengan informan. Wawancara diarahkan pada pemahaman tentang persepsi dan sikap-sikap informan terhadap pengalaman hidupnya sehari-hari. Hasil studi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para pembaca tentang penghayatan dan kehidupan orang lain, terutama orang-orang dalam situasi khusus.

4.      Studi kasus (cases study)
Studi kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekalompok individu yang terikat oleh tempat, waktu dan ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku pada kasus tersebut. Setiap kasus memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan yang lain. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumenter, tetapi semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data atau kesimpulan.

5.      Teori dasar (grounded theory)
Penelitian dasar adalah penelitian yang berfungsi dalam pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian atau keingintahuan terhadap hasil suatu aktivitas. Penelitian dasar disebut juga penelitian murni (pure research)  atau penelitian pokok (fundamental research), diarahkan pada pengujian teori, dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk kepentingan praktek, tanpa memikirkan kepraktisan atau titik terapan.
Hasil dari penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan pengertian-pengertian  atau  hubungan-hubungan. Pengetahuan umum ini untuk memecahkan masalah-masalah praktis, jadi tidak memberikan jawaban yang menyeluruh untuk tiap masalah tersebut serta akan menambah pengetahuan ilmiah dari prinsip dasar tentu dan meningkatkan metodologi dan cara-cara pencarian yang mempengaruhi kehidupan praktis setelah periode waktu tertentu, sebab pengetahuan baru secara tidak langsung akan mempengaruhi pemikiran dan persepsi orang sehingga berpengaruh pula pada perbuatan. Penelitian ini juga memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan dan pengujian teori-teori.
Teori yang digunakan bisa atau tidak bisa didukung dari pengalaman yang didukung dengan pernyataan empiris disebut hukum ilmiah (scientific law). Hukum ilmiah merupakan suatu generalisasi yang ditarik dari kenyataan sehari-hari yang dapat menjelaskan kasus- kasus individual. Tujuan penelitian dasar adalah menguji teori, hukum, prinsip dasar dan menentukan hubungan empiris antar fakta. Tidak berkaitan dengan aplikasi langsung dari hasil untuk situasi praktis. Metode Penelitian yang digunakan adalah eksperimen, baik eksperimen murni  maupun eksperimen kuasi.

6.      Studi kritis (critical study)
Penelitian studi kritis berkembang dari teori kritis, feminis, ras dan pascamodern yang bertolak dari asumsi bahwa pengetahuan bersifat subjektif. Para peneliti kritis memandang bahwa masyarakat terbentuk dari kelas, status, ras, suku bangsa dan lain-lain. Dalam penelitian kritis, peneliti melakukan analisis naratif, penelitian tindakan, etnografi kritis, dan peenlititan feminism. Penelitian diawali dengan mengekspos masalah –masalah manipulasi, kesenjangan dan penindasan sosial. Sasarannya adalah menciptakan keadilan, kesamaan hak dan kesempatan. Para peneliti kritis mengidentifikasi masalah dari kelas, status, ras, suku bangsa untuk memberikan informasi bahwa interpretasi tentang masalah-masalah tersebut tidak bersifat bebas nilai.
Ada hal yang perlu diperhatikan pada penelitian kritis, yaitu :
a.       Penelitian kritis tidak bersifat deskrit, meskipun maaing-masing punya implikasi metodologis. Model studinya berbeda dalam tujuan, peranan teori, teknik pengumpulan data, peranan peneliti, format laporan dan narasinya, meskipun juga ada yang tumpang tindih.
b.      Penelitian kritis menggunakan pendekatan studi kasus, kajian terhadap suatu kasus (kasus tunggal), kajian yang bersifat mendalam yang berbeda dengan kajian eksperimental atau kajian lain yang bersifat generalisasi maupun perbandingan.
Dalam penelitian kualitatif, kasus adalah suatu kesatuan kasus atau fenomena, yang diteliti secara mendalam dan utuh.

3.      Metode Pengumpulan Data
Beberapa metode penting dalam pengumpulan data penelitian kualitatif, yaitu: wawancara mendalam, observasi berpartisipasi, studi dokumen dan diskusi kelompok terarah.
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara :
1.      Autoanamnesa,wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden
2.      Aloanamnesa, wawancara dengan keluarga responden.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, menghindari pertanyaan multiple, menghindari menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, memberikan kesan positif, dan mengontrol emosi negatif.

b.       Observasi (Observation
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
1.      Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
2.      Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
3.      Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.
Observasi dalam penelitian kualitatif memiliki beberapa tahapan (Spradley dalam Sugiyono (2007), yaitu:
a.       Observasi Deskriptif
Dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi soaial tertentu sebagai objek penelitian. Peneliti pada tahap observasi ini melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan (analisis domain). Tahap observasi ini disebut juga sebagai grand tour observation.
b.      Observasi Terfokus
Pada tahap observasi ini, peneliti melakukan observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu (mini tour observation). Pada tahap ini juga peneliti pengamatan terfokus dengan melakukan pengkategorian terhadap data terkumpul (analisis taksonomi).
c.       Observasi Terseleksi
Pada tahap observasi ini, peneliti menguraikan fokus yang ditemukan sehingga didapat data yang lebih rinci. Peneliti berusaha menemukan karakteristik, kontras-kontras / perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori yang lain (analisis komponensial). Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis.

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

4.      Metode Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (1994),  Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif.
      
Gambar 1. Analisis Data Model Interaktif
a.       Reduksi Data
Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya ( melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pembuatan tabel). Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara.

b.      Penyajian Data
Penyajian data ( display data ) dimasudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan katagori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi.

c.       Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotetsis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif.

Dalam tahapan untuk menarik kesimpulan dari katagori-katagori data yang telah direduksi dan disajikan untuk selanjutnya menuju kesimpulan akhir mampu menjawab permasalahan yang dihadapi. Tetapi dengan bertambahnya data melalui verifikasi secara terus menerus, maka diperoleh kesimpulan yang bersifat grounded. Dengan kata lain, setiap kesimpulan senantiasa akan selalu terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung yang melibatkan interpretasi peneliti. Analisis data merupakan suatu kegiatan yang logis, data kualitatif berupa pandangan-pandangan tertentu terhadap fenomena yang terjadi juga beberapa data kuantitatif yang terdiri dari angka-angka untuk mendukung adanya prosentase hubungan antara data yang berkaitan dengan pokok bahasan.
Ketiga komponen berinteraksi sampai didapat suatu kesimpulan yang benar. Ketika ternyata kesimpulannya tidak memadai, maka perlu diadakan pengujian ulang, yaitu dengan cara mencari beberapa data lagi di lapangan, dicoba untuk diinterpretasikan dengan fokus yang lebih terarah. Dengan begitu, analisis data tersebut merupakan proses interaksi antara ke tiga komponan analisis dengan pengumpulan data, dan merupakan suatu proses siklus sampai dengan aktivitas penelitian selesai.



5.      Tahap-Tahap Penelitian Kualitatif
Tahap Pra-Lapangan
Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan.
a.       Menyusun Rancangan Penelitian
b.      Memilih Lapangan Penelitian
Baik dipahami apabila peneliti tidak berpegang teguh pada acuan teori, tetapi biarlah hati itu dikembangkan pada pengumpulan data. Dengan demikian, pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substantif yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih tentative sifatnya. Hipotesis kerja akan dirumuskan secara tetap setelah dikonfirmasikan dengan data yang muncul ketika peneliti sudah memasuki latar penelitian.
c.       Mengurus Perizinan
Peneliti hendaknya mengetahui siapa saja yang berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian baik tokoh formal seperti gubemur/kepala daerah maupun jalur informal seperti kepala/pemimpin adat agar pengumpulan data tidak mengalami gangguan.
d.      Menjajaki dan Menilai Lapangan
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti membaca terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahui melalui orang dalam tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.
e.       Memilih dan Memanfaatkan lnforman
f.       Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Alat tulis. kertas, buku catatan perlu disediakan. Baik jika tersedia juga alat perekam seperti tape recorder, handycam dan kamera. Persiapan penelitian lainnya yang perlu dipersiapkan ialah jadwal yang mencangkup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci.
g.      Persoalan Etika Penelitian
Etika memberikan pegangan bagi para peneliti agar menghormati seluruh nilai yang ada pada masyarakat.

Tahap Pekerjaan Lapangan
Terbagi atas tiga bagian, yaitu:
a.       Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
    1. Pembatasan latar dan peneliti
Peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. la harus mempersiapkan dirinya, baik secara fisik maupun mental. Peneliti hendaknya mengenal adanya latar terbuka dan latar tertutup. Pada latar tertutup peneliti barangkali hanya mengandalkan wawancara dan hubungan peneliti dengan subjek kurang akrab. Sebaliknya, pada latar tertutup hubungan peneliti dengan subjek menjadi akrab karena latar demikian bercirikan orang-orang sebagai subjek yang perlu diamati secara teliti dan wawancara secara mendalam.
    1. Penampilan
Peneliti hendaknya menyesuaikan diri dengan kebiasaan, adat, tat cara dan kultur latar penelitian. Penampilan fisik tidak mencolok; jika mungkin hendaknya berpakaian seperti yang digunakan orang-orang yang menjadi subjek penelitian, hal tersebut kadang mempermudah pegumpulan data. Cara bertingkah laku seperti tata cara, tindakan, lenggak-Ienggok, cara menegur, dan semacamnya juga diperhatikan.
    1. Pengenalan hubungan penelitian dilapangan
Hendaknya hubungan akrab antara subjek dan peneliti dapat dibina, dapat bekerjasama dengan saling bertukar informasi. Peneliti hendaknya netral di tengah anggota masyarakat. Peneliti tidak diharapkan mengubah situasi yang menjadi latar penelitian. Peneliti aktif dalam mengumpulkan data namun pasif dalam pengertian tidak boleh mengintervensi perisrtiwa. Peneliti hendaknya selektif, artinya tahu membedakan mana informasi yang diperlukan dan tahu menghindari sesuatu yang dapat mempengaruhi data. Tugas peneliti ialah mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak mungkin dari sudut pandang subjek tanpa mempengaruhi mereka.
    1. Jumlah waktu studi
Faktor waktu dalam penelitian cukup menentukan. Pembatasan waktu pada dasarnya peneliti sendirilah yang perlu  menentukan pembagian waktu agar waktu yang digunakan di lapangan dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin. Peneliti hendaknya senantiasa berpegan pada tujuan, masalah, dan jadwal yang telah disusun sebelumnya. Jika studi menjadi bekepanjangan, kerugian akan menjadi tanggungan peneliti berupa penambahan biaya.
b.      Memasuki Lapangan
    1. Keakraban hubungan
Sikap peneliti hendaknya pasif, hubungan yang dibina berupa rapport yaitu hubungan antara peneliti dan subjek yang sudah melebur sehingga seolah – olah tidak ada lagi dinding pemisah di antara keduanya. Dengan demikian subjek sukarela menjawab pertanyaan dan memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti.
    1. Mempelajari bahasa
Baik apabila peneliti mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang berada pada latar penelitiannya. Peneliti juga diharapkan mempelajari simbol-simbol yang digunakan.
    1. Peranan peneliti
Besarnya peranan: Sewaktu berada pada lapangan penelitian, mau tidak mau peneliti terjun langsung ke dalamnya dan akan ikut berperanserta di dalamnya. Dipaksa berperan: Kadang terdapat situasi dimana subjek peneliti tidak mengerti dan tidak mau mengerti, menghadapi situasi demikian hendaknya peneliti sabar dan peneliti hendaknya mendekati subjek dengan jalan memakai salah satu anggotanya sebagai perantara.
Jadilah anggota komunitas: Jika peneliti dipandang perlu terjun dan membaur sebagai anggota komunitas, usahakan peneliti tidak terbawa arus subjek.
c.       Berperan-serta Sambil Mengumpulkan Data
    1. Pengarahan batas studi
Pada waktu menyusun usulan penelitian. batas studi telah ditetapkan bersama masalah dan tujuan penelitian. Peneliti hendaknya menjadawalkan topik kegiatan apa saja yang dapat diikuti. Jika hal itu dilakukan, peneliti dapat melakukan pengendalian dirinya sendiri pada seluruh lingkungan latar penelitian.
    1. Mencatat data
Alat penelitian penting yang biasanya digunakan ialah catatan lapangan. Catatan lapangan tidak lain adalah catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara. atau menyaksikan suatu kejadian tertentu. Biasanya catatan lapangan itu dibuat dalam bentuk kata-kata kunci, singkatan, pokok-pokok utama saja. Data lain seperti dokumen, laporan, gambar, dan foto jangan dilupakan.
    1. Cara mengingat data
Peneliti tidak dapat melakukan pengamatan sambil membuat catatan yang baik. tidak dapat membuat catatan yang baik sambil mengadakan wawancara secara mendalam dengan seseorang. Alat perekam seperti perekam kaset dan perekam video kaset akan besar manfaatnya jika tersedia dan subjek tidak keberatan.
    1. Kejenuhan, keletihan, dan istirahat
    2. Analisis dilapangan
Penelitian kualitatif mengenal adanya analisis data di lapangan walaupun data secara intensif barulah dilakukan sesudah peneliti sampai di rumah. Dengan bimbingan dan arahan masalah penelitian, peneliti di bawa ke arah acuan tertentu yang mungkin cocok atau tidak cocok dengan data yang dicatat.

6.      Keabsahan Data (Credibility)
Kredibilitas didefinisikan sebagai sejauh mana data, analisis data, dan kesimpulan yang akurat dan dapat dipercaya. Peneliti kualitatif menilai kredibilitas studi dari perspektif holistik. Menurut Croswell (1994) terdapat 8 prosedur yang dapat digunakan untuk meningkatkan kredibilitas penelitian kualitatif, yaitu :
1.      Keterlibatan berkepanjangan (Prolonged engagement)
Hal ini penting bagi peneliti untuk terlibat erat dengan informan dan pengaturan untuk memberikan rincian untuk narasi dalam menyajikan hasil. Hal ini menunjukkan kebutuhan untuk memiliki pengalaman yang luas dan keterlibatan erat. Perlu ada keterlibatan yang cukup sehingga waktu tambahan dalam pengaturan atau dengan informan tidak akan mengubah hasilnya. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, kekeliruan (biases) peneliti dan membatasi pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa.



2.      Memeriksa anggota (Member checking)
Memeriksa anggota selesai ketika peneliti meminta informan untuk meninjau interpretasi dan kesimpulan dan informan mengkonfirmasi temuan. Hal ini dapat dicapai dengan informan meninjau pewawancara atau kesimpulan pengamat tentang apa yang dikatakan atau dilakukan jika tidak ada transkrip rekaman. Sebagai contoh, seorang pewawancara dapat meringkasnya atau catatannya pada wawancara akhir untuk melihat apakah catatan akurat mencerminkan sudut pandang informan, jika mereka akurat. Lebih penting, peneliti dapat memeriksa dengan informan tentang kode, kategori, tema, pola dan temuan lainnya untuk melihat apakah ini dipandang oleh informan adil, wajar, akurat dan lengkap. Hal ini dapat dicapai dengan berbagi draf produk akhir, secara tertulis atau melalui wawancara, dan memungkinkan informan kesempatan untuk membuat komentar.

3.      Triangulasi (Triangulation)
Triangulasi dalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Data yang dikumpulkan dari individu yang berbeda pada waktu yang berbeda atau di tempat yang berbeda atau beberapa sumber data yang digunakan untuk melihat apakah hasilnya konsisten. Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstrksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai penadangan. Dengan kata lain bahwa dengan trangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan cara:
d.      mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.
e.       mengeceknya dengan berbagai sumber data.
f.       memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.

4.      Analisis kasus negatif (Negative cases analysis)
Aktif mencari temuan bahwa informasi tidak hanya diperlukan untuk mencerminkan kenyataan bahwa tidak semua data akan memberikan hasil yang sama, dan mengubah hasil ketika dibenarkan. Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. Menyajikan kasus negatif meningkatkan kredibilitas penelitian karena menunjukkan bahwa peneliti yang meneliti kasus tersebut secara terperinci. Dengan kata lain, itu tidak hanya baik-baik saja, itu baik untuk peneliti untuk menyajikan informasi yang bertentangan tema, pola, dan hasil keseluruhan.

5.      Rekan pembekalan (Peer debriefing)
Rekan pembekalan selesai dengan meminta teman atau orang lain untuk meninjau studi untuk menentukan kredibilitas dan hasilnya tampaknya mengikuti dari data. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang topik dan analisis kualitatif, tapi cukup terpisah untuk memberikan perspektif segar, lebih disukai. Orang yang bias harus tercermin dalam evaluasinya, yang memberikan umpan balik tentang pemilihan dan makna kategori, tema, pola, dan kesimpulan studi. Teknik ini memiliki maksud:
a.       Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran.
b.      Diskusi dengan teman sejawat memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.
c.       Dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.
Hasil dari teknik pemeriksaan dengan teman sejawat ini untuk memberikan pandangan kritis, menguji hipotesis kerja (temuan teori substansif), membantu mengembangkan langkah berikutnya, dan sebagai pembanding.

6.      Audit eksternal (External audit)
Audit eksternal mirip dengan rekan pembekalan. Seorang auditor eksternal, namun terbiasa dengan proyek dan memberikan review lebih objektif. Seperti rekan pembekalan, auditor eksternal memeriksa segala aspek penelitian untuk melihat koherensi, kewajaran, akurasi, analisis data, interpretasi dan kesimpulan dan menunjukkan kelemahan atau "ancaman" untuk kredibilitas. Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh Halpern, yaitu: pra-entri, penetapan hal-hal yang dapat diaudit, kesepakatan formal, dan terakhir penentuan keabsahan data.
7.      Peneliti refleksi (Researcher reflection)
Peneliti diri refleksi dari latar belakang yang mungkin bias, dan nilai-nilai mendukung kredibilitas penelitian. Hal ini penting untuk mengetahui bahwa peneliti memahami bagaimana perspektif sendiri. Peneliti kualitatif yang baik tahu bahwa subjektivitas mereka dapat mempengaruhi hasil dan pemeriksaan langsung subjektivitas nya , melalui refleksi, menambah kredibilitas.

8.      Deskripsi yang rinci (Thick description)
Studi kualitatif kredibel menjelaskan secara rinci, mendalam, dan melalui deskripsi luas, apa yang kadang-kadang digambarkan sebagai  "rinci" atau "kaya". Artinya, ada penggunaan detail yang berlimpah. Hal ini meningkatkan kredibilitas karena menunjukkan keterlibatan yang luas dengan data dan apresiasi tentang bagaimana semua informasi berharga. Hal ini memungkinkan pembaca untuk memahami kompleksitas kenyataan dari informan.

7.      Generalisasi
Generalisasi dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dari apa yang digunakan untuk penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, tidak untuk menggeneralisasi ke informan lain, pengaturan, instrumen, intervensi, atau prosedur. Ada sedikit atau tidak ada penekanan atau ulangan, kecuali dengan beberapa penelitian studi kasus.
Peneliti kualitatif menggunakan istilah transferabilitas (transferability) untuk mendapatkan generalisasi. Transferabilitas mengacu pada kesesuaian penerapan hasilnya dengan konteks dan pengaturan lainnya. Hal ini ditingkatkan dengan deskripsi tebal situs ini, peserta, dan prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan data. Ini memudahkan orang yang ingin menerapkan hasilnya untuk mengetahui apakah ada atau tidak ada kecocokan, jika masuk akal untuk menggeneralisasi. Dalam penelitian kualitatif orang yang ingin menggunakan temuan dari satu studi dalam konteks mereka, daripada peneliti studi asli, bertanggung jawab untuk menentukan generalisasi. Jika kontekstual, peserta, dan prosedur pertandingan rinci, pengguna memiliki keyakinan yang lebih besar bahwa adalah tepat untuk menyamaratakan temuan.

8.      Kegunaan Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Berikut dikemukakan kapan metode kualitatif digunakan, yaitu :
a.       Bila masalah penelitian belum jelas.
Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan metode kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk obyek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, peneliti akan melakukan eksplorasi terhadap suatu obyek.

b.      Untuk memahami makna dibalik data yang tampak.
Gejala sosial sering tidak bisa difahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Setiap ucapan dan tindakan orang sering mempunyai makna tertentu.

c.       Untuk memahami interaksi sosial.
Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut. Dengan demikian akan dapat ditemukan pola-pola hubungan yang jelas.

d.      Memahami perasaan orang.
Perasaan orang sulit dimengerti kalau tidak diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, dan obervasi berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut.

e.       Untuk mengembangkan teori.
Metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapangan. Teori yang demikian dibangun melalui grounded research. Dengan metode kualitatif peneliti pada tahap awalnya melakukan penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam sehingga dapat ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala. Hipotesis tersebut selanjutnya diverifikasi dengan pengumpulan data yang lebih mendalam. Bila hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis atau teori.
f.       Untuk memastikan kebenaran data.
Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara triangulasi/gabungan (karena dengan teknik pengumpulan data tertentu dapat menemukan apa yang dituju, maka ganti teknik lain), maka kepastian data akan lebih terjamin. Selain itu dengan metode kualitatif, data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, dan penelitian berakhri setelah data itu jenuh, maka kepastian data akan dapat diperoleh.

g.      Meneliti sejarah perkembangan.
Sejarah perkembangan kehidupan seorang tokoh atau masyarakat akan dapat dilacak melalui metode kualitatif. Dengan menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam pada pelaku atau orang yang dipandang tahu, maka sejarah perkembangan kehidupan seseorang.



9.      Contoh Penelitian
Judul Penelitian
Rumusan Masalah
Implementasi Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Berbasis Alam di SD alam
1.Bagaimana kebijakan pemerintah daerah terhadap pendidikan karakter di SD alam?
2.Bagaimana nilai-nilai karakter yang ditanamkan di SD alam?
3.Bagaimana persiapan pelaksanaan pendidikan karakter di SD alam?
4.Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter di SD alam?
5.Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter di SD alam?

B.     PENELITIAN ETNOGRAFI
Etnografi berasal dari kata ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dan graphein yaitu tulisan atau uraian. Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan embrio dari antropologi. Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Etnografi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama.
Jadi suatu penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif  yang melakukan studi terhadap kehidupan suatu kelompok masyarakat secara alami untuk mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu kelompok tertentu dalam hal kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam kelompok itu. Tujuan utama penelitian ini adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan untuk mendapatkan pandangan mengenai hidupnya.

1.      Karakteristik Penelitian Etnografi
Dalam menjalankan penelitiannya seorang etnografer harus membangun hubungan yang dekat dengan partisipan dari objek komunitas penelitiannya. Penelitian etnografi meneliti suatu proses dan hasil akhir. Akhir dari penelitian adalah membuat tulisan yang kaya akan gambaran detail dan mendalam mengenai objek penelitan (thick description). Sebagai penelitian suatu proses, seorang etnografer melakukan participant observation, di mana seorang peneliti melakukan eksplorasi terhadap kegiatan hidup sehari-hari dari objek kelompoknya, melakukan pengamatan dan mewawancarai anggota kelompok dan terlibat di dalamnya. Participant obeservation juga berarti bahwa peneliti ikut terlibat dan ikut berperan dalam pengamatan. Untuk keperluan penelitian ini seorang etnografer memelukan seorang key informant atau gatekeeper yang bisa membantu menjelaskan dan masuk ke dalam kelompok tersebut. Selain itu seorang etnografer harus mempunyai sensitivitas tinggi terhadap partisipan yang sedang ditelitinya, karena bisa jadi peneliti belum familiar terhadap karakteristik mereka. Berikut ini aspek atau karakteristik etnografi yaitu :
a.       Berlatar alami bukan eksperimen di laboratorium
b.      Peneliti meneliti tema-tema budaya tentang peran dan kehidupan sehari-hari seseorang
c.       Interaksi yang dekat dan tatap muka dengan partisipan
d.      Mengambil data utama dari pengalaman di lapangan
e.       berbagai metode pengumpulan data seperti wawancara, pengamatan, dokumen, artifak dan material visual.
f.       Peneliti menggunakan deskripsi dan detail tingkat tinggi
g.      Peneliti menyajikan ceritanya secara informal seperti seorang pendongeng
h.      Menekankan untuk mengekplorasi fenomena sosial bukan untuk menguji hipotesis.
i.        Format keseluruhannya adalah deskriptif, analisis dan interpretasi

2.      Tipe-Tipe Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi memiliki beberapa tipe yang diantaranya sebagai berikut:
a.       Etnografi realis yaitu penulisan etnografi secara objektif dan ilmiah
b.      Etnografi konvensional yaitu laporan pengalaman penulis selama pengumpulan data.
c.       Riwayat hidup yaitu studi tentang seseorang dan kehidupannya dalam sutau konteks budaya
d.      Autoetnografi yaitu suatu refleksi diri seseorang dalam sutau konteks budaya.
e.       Mikroetnografi yaitu studi yang terfokus pada aspek khusus suatu kelompok budaya dan pola budaya
f.       Studi kasus etnografi yaitu analisis kasus seseorang, kejadian, aktivitas, atau proses dalam prespektif budaya.
g.      Ethnografi kritis (critical ethnography) yaitu studi tentang terhadap kelompok yang terpinggirkan disertai tujuan-tujuan hukum
h.      Etnografi feminis yaitu studi tentang kewanitaan dan praktik-praktik budayanya yang cenderung meremehkan posisi perempuan
i.        Etnografi postmodern yaitu etnografi yang membahas masalah-masalah di masyarakat modern
j.        Etnografi fiksi yaitu tulisan fiksi tentang aspek-aspek kebudayaan sekelompok orang.
Dari sekian tipe penelitian etnografi yang ada, namun dalam laporan ini yang berhubungan dengan metode penelitian pendidikan atau kebahasaan akan dibahas tiga tipe saja yang antara lain etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
a.       Etnografi Realis
Etnografi realis merupakan suatu pendekatan popular yang digunakan oleh para antropologi budaya. Dalam praktiknya sebuah etnografi adalah mengenai hitungan yang objektif terhadap situasi, tipe penulisan, wawancara yang objektif dari partisipan serta pelaporannya dari suatu lokasi. Dalam metode etnografi ini adalah
1.      Etnografi realis memaparkan penelitiannya dengan menggunakan sudut pandang orang ke-3 dan melaporkan hasil pengamatan meraka terhadap para partisipan beserta pandangan para partisipan.
2.      Peneliti melaporkan data dengan gaya pengukuran yang tidak terjangkit masalah pribadi, politik, dan hukum. Seorang etnografer boleh menggunakan maslah sehari-hari dalam kehidupan seseorang dan juga boleh mengunakan kategori standar dalam mendeskripsikan budaya. Seperti kehidupan keluarga, pekerjaan, hubungan social, dan system status.
3.      Seorang etnografer memberbolehkan kepada aertisipan untuk melihat dari awal sampai akhir serta menginterpretasikan dan menyajikan budayanya.

b.      Studi Kasus
Studi kasus merupakan jenis penelitian etnografi yang penting, meskipun dalam beberapa hal pentingnya studi kasus berbeda dari penelitian etnografi. Para peneliti studi kasus lebih memfokuskan diri kepada sebuah program, peristiwa, atau sebuah kegiatan yang melibatkan individu dibanding memfokuskan diri kepada kelompok itu sendiri. Studi kasus merupakan upaya mengumpulkan dan kemudian mengorganisasikan serta menganalisis data tentang kasus-kasus tertentu berkenaan dengan permasalahan-permasalahan yang menjadi perhatian peneliti untuk kemudian data-data tersebut dibandingkan atau dihubung-hubungkan satu dengan yang lainnya (dalam hal lebih dari satu kasus) dengan tetap berpegang pada prinsip holistik dan kontekstual. Di sini yang dianggap sebagai kasus mungkin adalah individu, keluarga, kelompok, organisasi, institusi, nilai atau corak budaya, atau bahkan wilayah. Selain bidang sosiologis atau antropologi, studi kasus juga dapat digunakan dalam masalah humaniora, misalnya studi kasus digunakan untuk melacak nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai bentuk naskah cerita.
Hal-hal penting dalam memahami studi kasus oleh para peneliti kualitatif:
1.      Kasus dapat berupa individu tunggal, beberapa individu yang berasal dari kelompok yang berbeda atau kelompok yang sama, sebuah program, peristiwa atau kegiatan
2.      Kasus dapat digambarkan sebagai sebuah proses yang terdiri dari serangkaian tahapan.
3.      Kasus intrinsik adalah kasus yang tak lazim namun sangat bermanfaat atau kasus sangat penting.
4.      Kasus instrumental adalah penelitian kualitatif beropa sebuah persoalan yang spesifik dengan menggunakan sebuah kasus untuk mengilustrasikan persoalan.
5.      Studi kasus kolektif adalah studi kasus yang melibatkan beberapa kasus, di mana beberapa kasus digambarkan kemudian dibandingkan guna mendapatkan pemahaman mengenai sebuah persoalan.
6.      Para peneliti berupaya untuk mengembangkan sebuah pemahaman yang mendalam terhadap kasus yang ditelitinya dengan mengumpulkan data dengan berbagai bentuk seperti gambar, kumpulan kliping rekaman video, dan pos-el.
7.      Para peneliti juga menempatkan “kasus” ataupun “kasus-kasus” ke dalam konteks ke dalam konteks dengan cakupan yang luas, seperti secara geografis, politis, sosial atau ekonomi.
Terakhir, pada hakikatnya studi kasus merupakan penelitian kualitatif, maka biasanya peneliti tidak bermaksud untk membuat preposisi-preposisi yang berlaku umum. Kemudian pembandingan yang mencoba mengetahui persamaan dan perbedaan yang ada di antara kasus-kasus yang diteliti dan menghubung-hubungkan satu dengan yang lainnya.
c.       Etnografi kristis
1.      Tema budaya
Para etnografer (ahli etnografi) biasanya mempelajari tema-tema kebudayaan dari ilmu antropologi, mereka tidak berspekulasi terhadap apa yang mereka lihat. Mereka lebih tertarik untuk menambah ilmu pengetahuan tentang kebudayaan dan mempelajari tema-tema budaya yang lebih spesifik. Tema budaya dalam etnografi adalah suatu posisi umum yang dikukuhkan atau terimplikasi, disepakati dan ditingkatkan dalam sutau kelompok masyarakat.
2.      Kelompok berbagi Budaya (Culture Sharing Group)
Culture Sharing group dalam etnografi adalah dua atau lebih individu yang berbagi kebiasaan, sikap, kepercayaan, dan bahasa. Seringkali para ethnografer mempelajari atau meneliti suatu kelompok yang masih asing bagi mereka, sehingga mereka mampu menilai kelompok tersebut dengan cara “segar” dan berbeda, dan kelompok tersebut menjadi tampak berbeda dan unik. Seseorang kadang membuat kesalahan dengan menganalogikan suatu kelompok budaya (cultural group) dengan kelompok etnis. Kelompok etnis merupakan individu-individu yang memiliki identitas sendiri dalam lingkup sosial politik dan mendapatkan pengakuan identitas tersebut dari public.

3.      Pola Berbagi Kebiasaan, Kepercayaan, dan Bahasa
Para peneliti etnogarfi mencari pola berbagi kebiasaan, kepercayaan dan bahasa yang diadopsi oleh suatu kelompok berbagi budaya (culture sharing group) dalam kurun waktu tertentu. Pola berbagai dalam etnografi merupakan interaksi sosial yang biasa dilakukan yang kemudian dikukuhkan sebagai peraturan dan ekspestasi yang tak diucapkan dalam kelompok tersebut. Kelompok tersebut berbagi salah satu atau kombinasi dari kebiasaan, kepercayaan dan bahasa. Semakin lama suatu kelompok bersama-sama, maka individu–individu dalam kelompok tersebut akan semakin banyak mengadopsi kebiasaan-kebiasaan dan jalan pikiran, dan hal ini pula yang akan mempermudah para etnografer atau peneliti untuk dapat melihat lebih dalam pola berbagi yang terjadi. Meski begitu, teknik penilaian harus tersedia untuk mengumpulkan data dengan cepat bagi kelompok yang berkumpul atau bersama-sama dalam waktu yang pendek.

4.      Penelitian Lapangan (Fieldwork)
Para etnografer mengumpulkan data dengan cara menghabiskan waktu di tempat para partisipan tinggal, bekerja, dan bermain. Untuk memahami dengan betul pola budaya kelompok mereka, seorang menghabiskan waktu yang memadai dengan kelompok tersebut. Pola-pola yang muncul tersebut dapat dilihat dengan mudah hanya melalui kuestioner atau pertemuan yang singkat. Oleh karena itu sang peneliti (etnografer) terjun langsung ke lapangan, tinggal bersama, atau berkunjung secara rutin terhadap orang –orang yang akan diteliti, dan perlahan mempelajari budaya mereka dan bagimana mereka bertindak dan berfikir. Data yang terkumpul meliputi:
a.       Data emik, adalah informasi yang diperoleh dari para partisipan selama penelitian
b.      Data etik, adalah informasi berupa interpretasi si etnografer terhadap pemahaman dan sudut pandang para partisipan
c.       Data negosiasi, adalah informasi yang disetujui oleh keduabelah pihak (peneliti dan partisipan).

3.      Etnografi dan etnometodologi
Etnografi merupakan salah satu model penelitian yang lebih banyak terkait dengan antropologi, yang mempelajari peristiwa kultural, yang menjadikan pandangan hidup subjek yang menjadi objek studi. Lebih jauh etnografi telah dikembangkan menjadi salah satu model penelitian ilmu-ilmu sosial yang menggunakan landasan filsafat fenomenologi. Studi etnoghraphi merupakan salah satu deskripsi tentang cara mereka berfikir, hidup, berperilaku.
Etnometodologi merupakan metodologi penenelitian yang mempelajari bagaimana perilaku sosial dapat dideskripsikan sebagaimana adanya. Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Model-model penelitian yang serumpun (yaitu sama-sama kualitatif dengan pendekatan fenomenologi) adalah model grounded research dengan tokoh utammanya Glaser dan Strauss, model paradigma naturalistik dengan tokoh utamanya Gubah dan Lincoln, dan model interaksi simbolik dengan tokoh utamanya Blumer dan Kuhn. Ketiga model tersebut bersama model etnografi - etnometodologi merupakan sampel utama perkembangan metodologi penelitian kualitatif.

4.      Modus Asumsi dan Sampel Penelitian Etnografi
Konseptualisasi metodologik model peneliti etnografi dapat dikerangkakan menjadi empat dimensi, yaitu:
a.       Induksi-Deduksi.
Dimensi deduktif induktif menunjuk kedudukan teori dalam studi penelitian; penelitian deduktif berharap data empirik dapat mendukung teori; sedangkan penelitian induktif berharap dapat menemukan teori yang dapat menjelaskan datanya.

b.      Generatif-verifikatif.
Dimensi generatif-verifikatif menunjuk kedudukan evidensi dalam studi penelitian; penelitian verifikatif berupaya mencari evidensi agar hipotesisnya dapat diaplikasikan lebih luas, dapat diperlakukan universal sedang penelitian generatif lebih mengarah ke penemuan konstruksi dan proposisi dengan menggunakan data sebagai evidensi.

c.       Konstruktif-Enumeratif.
Dimensi konstruktif-enumeratif menunjukan sebarapa jauh unit analisis suatu penelitian dirumuskan atau dijabarkan. Dalam penelitian dengan strategi konstruktif mengarahkan penelitiannya untuk menemukan konstruksi atau kategori lewat analisis dan proses mengabstraksi sedangkan strategi enumeratif dimulai dengan menjabarkan atau merumuskan  unit analisis.

d.      Subyektif-Obyektif.
Desain penelitian dapat pula dilihat pada dimensi kontinum antara subyekti dan obyektif. Yang dimaksud dengan subyektif disini adalah merekonstruksi penafsiran dan pemaknaan hasil penelitian berdasar konseptualisasi masyarakat yang kita jadikan obyek studi kita.

Penelitian etnografi cenderung mengarah ke kutub induktif, generatif, konstruktif dan subyektif. Goetz dan LeCompte mengemukakan bahwa ahli ilmu sosial yang menggunakan model penelitian apapun termasuk etnografi menekankan pembentukan teori berdasar data empirik, atau teori yang dikonstruksi dilapangan, sedangkan studi positivistik dan juga rasionalistik menggunakan teori yang disusun dari penelitian lain sebagai dasar penelitian baru.
Studi etnografi menetapkan sampel atas prinsip pragmatis atau teoritis (purposive), bukan atas prinsip acak berdasarkan probabilitas. Tujuan pengambilan sampel tersebut agar hasil penelitian memiliki komparabilitas (dapat diperbandingkan dan transabilitas (dapat diterjemahkan) pada kasus-kasus hasil penelitian lainnya. Adanya kesamaan tertentu, misal satuan sosialnya, metodenya analisisnya dan lain-lain dapat membantu kita untuk membuat perbandingan atau menerjemahkannya dalam konteks lain tetapi mirip.
Peneliti etnografi dituntut untuk memahami secara mendalam konteks yang diteliti, tanpa membawa prakonsep atau praduga atau teori yang dimilikinya. Peneliti etnografi untuk mengkonstruksi konsepnya berdasar proses induktif atas emperi, dikonstruksi sesuai dengan cara memandang atau pola perilaku masyarakat yang menjadi objek penelitiannya, bukan dikonstruksikan menurut teori peneliti itu sendiri. Peneliti etnografi berupaya memasuki kawasan tak dikenalnya tanpa membuat generalisasi berdasarkan pengalamannya sendiri.
Peneliti etnografi mempelajari fenomena sebagai kejadian sebenarnya, berbeda dengan penelitian eksperimental ataupun quasi eksperimental yang menguji hubungan akibat dari perlakuan khusus. Studi etnografi menekankan tentang peran timbal-balik antar sejumlah variabel yang berada dalam situasi wajar dan dalam konteks yang tidak dimanipulasikan. Prosedur kerja dalam pengumpulan data dan analisis etnografi bersifat elektik; menggunakan banyak teknik  pengumpulan data yang fungsinya dapat dipakai untuk uji silang antar data. Etnografi menyebutnya bukan membuat konvergensi metodologik. Kegandaan sumber data dan cara untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi merupakan ciri khas studi etnografi.
Dalam upaya menjangkau komparabilitas dan transabilitas studi etnografi memilih pragmatis atau teoritis atau purposive sampling. Para ahli etnografi lebih suka menggunakan istilah creation-based selection bagi penetapan sampel, menggantikan istilah purposive sampling, karena sampel acakpun tetap purposive.
Seleksi berdasar kriteria merupakan proses memilih unit-unit data yang memiliki sejumlah keragaman. Goetz dan LeCompte dalam Muhadjir (1996) mengetengahkan lima cara seleksi penetapan sampel berdasar kriteria, yaitu:
a.       seleksi sederhana, menggunakan kriteria tunggal
b.      seleksi komprehensif, berlandaskan pada kasus, tahap dan unsur relevan.
c.       seleksi kuota, digunakan untuk populasi besar
d.      seleksi menggunakan jaringan, berdasar informasi dari warga masyarakat obyek penelitian
e.       seleksi berdasar perbandingan antar kasus.

5.      Desain Penelitian Etnografi            
Ada dua macam desain penelitian etnografi yaitu:
1.      Desain studi kasus
Desain studi kasus merupakan pengujian yang mendalam dan merinci dari satu konteks, dari satu subjek, dari satu kumpulan dokumen, atau dari satu kejadian khusus. Ada sejumlah tipe studi kasus dalam penelitian kualitatif, yaitu studi kasus tentang sejarah perkembangan organisasi  yang dimaksudkan untuk mengungkap bagaimana pemikiran orang kebanyakan dalam perkembangan sejarah. Umumnya orang berpendapat studi  kasus hanyalah studi deskripsi saja. Meskipun cenderung deskriptif, ada ragam tujuan dan bentuk yang dapat dipilih, apakah mau menampilkan yang teoritik, yang abstrak ataukah yang sangat konkret operasional. Bila peneliti menggunakan dua atau tiga subjek atau kasus disebut multi case studies.

2.      Desain multiple site and subject studies.
Dalam penelitian kualitatif ada desain lain yaitu multiple site studies. Logika yang digunakan untuk desain ini  berbeda dari multi case studies, orientasinya lebih diarahkan pengembangan teori, dan biasanya memerlukan banyak lokasi dan subyek daripada hanya dua atau tiga. Untuk mengerjakan multiple site studies lebih dituntut pengalaman berfikir teoritik dan kecakapan menghimpun data untuk mendukung konsepnya. Ada beberapa pendekatan yang digunakan, dua diantaranya induksi analitik dan constant comparative method. Induksi analitik merupakan suatu pendekatan untuk mengumpulkan dan menganalisis data baik untuk mengembangkan maupun untuk menguji teori. Selain itu prosedur penelitian ethnometodologik membahas tentang ragam subjek atau ragam lain, tetapi tidak membahas tentang proporsi. Metode pengambilan sampel pada pendekatan induksi analitik adalah purposeful sampling.
Pendekatan kedua bagi multi side studies adalah metode komparasi konstan yang mencari data dengan mengamati langsung kegiatan yang dilakukan (misalnya penelitian tentang guru) membuat peneliti mengamati langsung guru yang menjadi subjek penelitiannya untuk mendapatkan data tidak hanya dari hasil kegiatanya akan tetapi semua orang yang berhubungan dengan guru tersebut diminta pendapatnya tentang obyek penelitiannya tersebut dan terus berupaya untuk memperluas dimensi dari teorinya tentang semua orang yang berbicara.

6.      Prosedur Penelitian Etnografi
Secara umum prosedur penelitian etnografi adalah sebagai berikut:
a.       Menentukan apakah masalah penelitian ini adalah paling cocok didekati dengan studi etnogafi. Seperti telah kita bahas di atas bahwa etnografi menggambarkan suatu kelompok budaya dengan mengekloprasi kepercayaan, bahasa dan  perilaku (etnografi realis) atau juga mengkritisi isu-isu mengenai kekuasaan, perlawanan dan dominansi (etnografi kritis).
b.      Mengidentifikasi dan menentukan lokasi dari kelompok budaya yang akan diteliti. Kelompok sebaiknya gabungan orang-orang yang telah bersama dalam waktu yang panjang karena disini yang akan diteliti adalah pola perilaku, pikiran dan kepercayaan yang dianut secara bersama.
c.       Pilihlah tema kultural atau isu yang yang akan dipelajari dari suatu kelompok. Hal ini melibatkan analisis dari kelompok budaya.
d.      Tentukan tipe etnografi yang cocok digunakan untuk memlajari konsep budaya tersebut. Apakah etnografi realis ataukah etnografi kritis.
e.       Kumpulkan informasi dari lapangan mengenai kehidupan kelompok tersebut. Data yang dikumpulkan bisa berupa pengamatan, pengukuran, survei, wawancara, analisa konten, audiovisual, pemetaan dan penelitian jaringan. Setelah data terkumpul data tersebut dipilah-pilah dan dianalisa.
f.       Yang terahir tentunya tulisan tentang gambaran atau potret menyeluruh dari kelompok budaya tersebut baik dari sudut pandang partisipan maupun dari sudut pandang peneliti itu sendiri.
Penelitian ini berusaha memaparkan kisah kehidupan keseharian orang-orang dalam kerangka menjelaskan fenomena budaya, mereka menjadi bagian integral, lainnya. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan untuk mengembangkan teori perilaku cultural. Dalam penelitian etnografi peneliti secara actual hidup atau menjadi dari setting budaya dalam tatanan untuk mengumpulkan data secara sistematis. Melalui penelitian ini perbedaan-perbedaan budaya dijelaskan untuk menambahpemahaman atas dampak budaya pada perilaku kesehatan manusia

7.      Contoh Penelitian
Judul penelitian
Rumusan masalah
Karakteristik Budaya  Sekolah Berkarakter
1.      Bagaimana gambaran atau deskripsi yang lengkap tentang latar penelitian terkait dengan aspek geografis?
2.      Bagaimana tradisi akademis sekolah sesuai dengan fokus yang telah ditentukan?
3.      Bagaimana tradisi sosial sekolah sesuai dengan fokus yang telah ditentukan?
4.      Bagaimana budaya sekolah terkait dengan tradisi akademis dan sosial yang dirumuskan dalam bentuk model dan proses?


BAB III
KESIMPULAN

            Berdasarkan pembahasan tentang penelitian kualitatif dan penelitan etnografi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Penelitian kualitatif mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peritiwa, aktivitas, pemikiran individu maupun kelompok yang mengarah pada penyimpulan.
2.      Metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, studi dokumen dan diskusi kelompok terarah. Analisis data berurutan dari reduksi data, penyajian data hingga verifikasi.
3.      Penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif  yang melakukan studi terhadap kehidupan suatu kelompok masyarakat secara alami untuk mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu kelompok tertentu dalam hal kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam kelompok tertentu.
4.      Etnometodologi merupakan metodologi penenelitian yang mempelajari bagaimana perilaku sosial dapat dideskripsikan sebagaimana adanya. Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri.
5.      Desain penelitian etnografi dengan studi kasus dan multiple site and subject studies.



Penelitian Kualitatif dan Penelitian Etnografi Penelitian Kualitatif dan Penelitian Etnografi Reviewed by asarisolid on 6:45 PM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.