BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam
kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju-mundurnya suatu
bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu. Mengingat
sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan
sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.
Untuk itu, ilmu guru pembimbing memegang peranan yang sangat penting
dan merupakan ilmu yang mempersiapkan tenaga ke pendidikan yang profesional,
sebab kemampuan profesional bagi guru dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar merupakan syarat utama dalam pendidikan.
Bimbingan dan konseling merupakan
bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan
profesional, kegiatan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara
sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh,
yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Oleh karena itu, dalam upaya
memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi
para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan beberapa hal yang
berhubungan dengan bimbingan dan konseling.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
makna dari Bimbingan dan Konseling ?
2. Apa
saja tujuan, prinsip, fungsi, dan Asas Bimbingan Konseling ?
3. Bagaimana
cara pendekatan strategi di Bimbingan Konseling ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
makna Bimbingan Konseling.
2. Mengetahui
tujuan, prinsip, fungsi, dan Asas BK.
3. Mengetahui
strategi yang harus di gunakan dalam Bimbingan Konseling.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. MAKNA BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Konsep Dasar Bimbingan
Kebutuhan akan layanan bimbingan di MI/SD muncul dari
karakteristrik dan masalah-masalah perkembangan murid. Pendekatan perkembangan
dalam bimbingan merupakan
pendekatan yang tepat digunakan di MI/SD karena pendekatan ini lebih
berorientasi pada pengembangan ekologi perkembangan murid. Guru yang
menggunakan pendekatan perkembangan melakukan identifikasi keterampilan dan
pengalaman yang diperlukan murid .
Dalam konteks perkembangan anak, dapat diartikan
sebagai sesuatu upaya mengoptimalkan perkembangan anak (usia 6-13 tahun) melalui
penyediaan perlakuan dan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak serta pengembangan berbagai kemampuan dan keterampilan hidup
yang diperlukan anak.
Bimbingan merupakan sebuah istilah yang sudah umum
digunakan dalam dunia pendidikan. Bimbingan pada dasarnya merupakan upaya
bantuan untuk membantu individu untuk mencapai perkembangan yang optimal.
Selain itu bimbingan yang lebih luas dikemukakan oleh Good (Thantawi, 1995 :
25) yang menjabarkan bahwa bimbingan adalah :[1]
a. Suatu
proses hibungan pribadi yang bersifat dinamis, yang dimaksudkan untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.
b. Suatu
bentuk yang sistematis (selain mengajar) kepada murid, atau orang lain untuk
menolong, menilai kemampuan dan kecenderungan mereka dan menggunakan informasi
itu secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.
c. Perbuatan
atau teknik yang dilakukan untuk menuntun murid terhadap suatu tujuan yang
diinginkan untuk menciptakan suatu kondisi lingkungan yang membuat dirinya
sadar tentang kebutuhan dasar, mengenal kebutuhan itu,dan mengambil
langkah-langkah untuk memuaskan dirinya.
Sementara
itu, Supriadi (2004 : 207) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan
oleh konselor atau pembimbing kepada konseling agar konselir dapat :[2]
a. Memahami
dirinya
b. Mengarahkan
dirinya
c. Memecahkan
masalah-masalah yang sedang dihadapinya
d. Menyesuaikan
diri dengan lingkungannya (keluarga, sekolah, dan masyarakat).
e. Mengambil
manfaat dari peluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri
sesuai dengan potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakat.
Bimbingan
dan konseling yang berkembang pada saat ini adalah bimbingan dan konseling
perkembangan. Bimbingan dan konseling perkembangan bagi murid upaya memberi
bantuan kepada murid yang dilakukan secara berkeseimbangan, supaya mereka dapat
memahami dirinya sehingga mereka sanggup bertindak secara wajar sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan, keluarga, dan masyarakat. Serta kehidupan pada
umumnya. Bimbingan membantu mereka mencapai tugas perkembangan secara optimal sebagai
makhluk Tuhan, sosial dan pribadi (Nurihsan
& Sudinto, 2005 : 9).
Bimbingan
merupakan bagian dari integral pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan
merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
nasional adalah menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan
dengan jelas dalam UU No.2 tentang sistem pendidikan nasional dan GBHN 2003,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, kreaktif, terampil jasmani dan rohani, berjiwa
patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiskawanan,
sosial,kesadaran pada sejarah bangasa , mengahargai jasa para pahlawaan, dan
berorientasi pada masa depan.[3]
Dari
pengertian-pengertian diatas, didapatkan kunci dari bimbingan itu sendiri
sebagai berikut:
a. bimbingan merupakan
upaya membantu dengan memberikan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
murid sebagai objek bimbingan.
b. bimbingan dilakukan
dengan cara menuntun dan mengarahkan seorang untuk dapat mengambil keputusan
yang tepat untuk tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan.
c. bimbingan diberiakan kepada satu
orang atau lebih melalui tatap muka langsung.
Bertolak dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa bimbingan dan konseling perkembangan adalah upaya pemberi bantuan yang
dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang
berkaitan dengan tahapan perkembangan anak dan merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program
pendidikan.
2. Asumsi BK Perkembangan
Model bimbingan perkembangan memungkinkan konselor
untuk memfokuskan tidak sekedar terhadap gangguan emosional klien (murid),
melainkan lebih mengupayakan pencapaian tujuan dalam kaitan penguasaan
tugas-tugas perkembangan, menjembatani tugas-tugas yang muncul pada saat tertentu,
dan meningkatkan sumberdaya dan kompetensi dalam memberikan bantuan terhadap
pola perkembangan yang optimal dari klien (murid) (Blocher, 1974:79).
Pendekatan ini juga memiliki asumsi bahwa potensi
murid merupakan aset yang berharga bagi kemanusiaan. Dorongan dari dalam ini memerlukan
kesepakatan dengan kekuatan dalam lingkungan. Pengembangan kemanusiaan merupakan
interaksi individual dimana ia berpijak dengan peraturan, perundangan, dan
nilai-nilai yang saling melengkapi.
Menurut
Blocher (1974:5) asumsi dasar bimbingan perkembangan, yaitu perkembangan
individu akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara individu dalam
lingkungannya. Asumsi ini membawa dua implikasi pokok bagi pelaksanaan
bimbingan disekolah:[4]
1. Perkembangan
adalah tujuan bimbingan, oleh karena itu guru sebagai petugas bimbingan
disekolah perlu memiliki suatu krangka pikir konseptual untuk memahami
perkembangan murid sebagai dasar perumusan isi dan tujuan bimbingan.
2. Interaksi
yang sehat merupakan suatu iklim perkembangan yang harus dikembangkan oleh guru
sebagai petugas bimbingan. Oleh karna itu, guru sebagai petugas bimbingan perlu
menguasai pengetahuan dan keterampilan khusus untuk mengembangkan interaksi
yang sehat sebagai pendukung sistem peluncuran bimbingan di sekolah (Sunaryo
Kartadinata, 1996: 10).
Rambu-rambu
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dijalur pendidikan formal mengemukakan
dengan lebih jelas, bahkan layanan bimbingan konseling didasarkan pada asumsi:
1. Program
bimbingan dan konseling merupakan suatu kebutuhan yang mencakup berbagai
dimensi terkait dan dilaksanakan secara terpadu, kerjasama personel bimbingan
dan konseling dengan personel lain, keluarga dan masyarakat.
2. Layanan
dan bimbingan konseling ditujukan untuk seluruh peserta didik (murid), menggunakan
berbagai strategi (pengambangan pribadi dan dukungan sistem), meliputi ragam
dimensi (masalah, setting, metode, dan lama waktu layanan).
3. Layanan
bimbingan dan konseling bertujuan untuk pengambangan seluruh potensi peserta
didik (murid) secara optimal, mencegah terhadap timbulnya masalah peserta didik
(murid).
Dalam
konsep layanan bimbingan dan konseling, murid dipandang sebagai suatu kesatuan.
Pengaruh terhadap satu aspek pada
seorang murid akan mempengaruhi keseluruhan pribadinya. Dalam diri setiap murid
terdapat energi yang mendorongnya tumbuh dan berkembang secara positif ke arah
yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki murid tersebut.
Bimbingan konseling didasarkan pada kebutuhan dan masalah murid, pengalaman
nyata, dan bersifat pengembangaan yang komprehensif.
B. TUJUAN, PRINSIP, FUNGSI DAN AZAS BIMBINGAN KONSELING
1. Tujuan Bimbingan dan Konseling di MI/SD
Pemahaman terhadap tugas-tugas
perkembangan murid MI/SD sangat berguna bagi guru. Dalam kacamata bimbingan,
pemahaman tugas-tugas perkembangan murid MI/SD sangat berguna bagi pengembangan
program bimbingan dan konseling, karena sangat membantu dalam:
a. Menemukan
dan menentukan tujuan program bimbingan dan konseling MI/SD,
b. Menentukan
kapan waktu upaya bimbingan dapat dilakukan.
Guru memiliki tugas untuk mengembangkan
potensi dan keunikan murid secara optimal dalam perubahan masyarakat yang
global. Dalam program bimbingan yang komprehensif murid diharapkan memperoleh
keterampilan yang penting memberikan kontribusi terhadap masyarakat yang
memiliki aneka budaya. Mengkaji tugas-tugas perkembangan merupakan hal yang
penting dan menjadi dasar bagi pengembangan dan peningkatan mutu layanan
bimbingan.
Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling
ialah agar murid dapat:
a. Merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang
akan datang.
b. Mengembangkan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
c. Menyesuaikan
diri dengan ligkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan
kerjanya.
d. Mengatasi
hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.
Untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut, murid harus mendapatkan kesempatan untuk:
a. Mengenal
dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.
b. Mengenal
dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya.
c. Mengenal
dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan
tersebut.
d. Memahami
dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
e. Menggunakan
kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan
masyarakat.
f. Menyesuaikan
diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
g. Mengembangkan
segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.
Pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan memiliki tujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada murid
untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah (UUSPN, dan PP No.28 tahun 1990).
Secara operasional tugas-tugas
perkembangan murid MI/SD adalah pencapaian perilaku yang seharusnya ditampilkan
murid MI/SD yang meliputi:
a. Sikap
dan kebiasaan dalam beriman dan bertaqwa,
b. Pengembangan
kata hati-moral dan nilai-nilai,
c. Pengembangan
keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan menghitung,
d. Pengembangan
konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari, Belajar bergaul dan
bekerja dalam kelompok sebaya,
e. Belajar
menjadi pribadi yang mandiri,
f. Mempelajari
keterampilan fisik sederhana, Membina hidup sehat,
g. Belajar
menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin,
h. Pengembangan
sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial.
Secara khusus, layanan bimbingan di
MI/SD bertujuan untuk membantu murid agar dapat mencapai tugas-tugas
perkembangan yang meliputi aspek pribadi sosial, belajar/pendidikan dan karier
sesuai dengan tuntutan lingkungan (Depdikbub, 1994).
Terdapat beberapa ide pokok menyangkut
hakikat dan tujuan bimbingan untuk murid MI/SD yg dikemukakan oleh Solehuddin
(2005), yaitu sebagai berikut:[5]
Pertama, bimbingan pada hakikatnya
merupakan aktivitas yang terarah ke optimalisasi perkembangan murid.
Kedua, tercapainya perkembangan murid
yang optimal adalah sasaran akhir dari bimbingan yang sekaligus juga dapat
merupakan sasaran akhir dari proses pendidikan secara keseluruhan.
Ketiga, dalam konteks bimbingan, upaya
dalam membantu murid dalam meraih keberhasilan perkembangan murid dilakukan melalui
tiga aktivitas pokok sebagai berikut:
a. Menyerasikan
perlakuan dan lingkungan pendidikan dengan kebutuhan perkembangan murid serta
dengan mempertimbangkan tuntutan nilai-nilai keagamaan dan kultural yang
dianut.
b. Menyelenggarakan
layanan untuk mengembangkan berbagai kemampuan dalam keterampilan
pribadi-sosial, belajar dan karir murid yang diperlukan untuk keperluan
perkembangan dan belajarnya seperti keterampilan belajar, bergaul,
menyelesaikan konflik dan sejenisnya.
c. Menyelenggarakan
layanan intervensi khusus bagi murid yang memerlukan perhatian dan bantuan
khusus.
2.
Prinsip
Bimbingan dan Konseling di MI/SD
Menurut Paryitno (1998 : 27) prinsip
pelaksanaan bimbingan dan konseling berkaitan dengan :[6]
a. Prinsip
bimbingan yang berkaitan dengan layanan, yaitu:
1) Bimbingan
melayani semua individu (murid) tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku,
agama, dan status sosial ekonomi.
2) Bimbingan
berurusan dengan pribadi dan tingkah laku yang unik dan dinamis.
3) Bimbingan
memberikan perhatian sepenuhnya tahapan dan aspek perkembangan individu
(murid).
4) Bimbingan
memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu (murid) yang menjadi
orientasi pokok pelayanan.
b. Prinsip
bimbingan yang berkaitan dengan permasalahan individu (murid), yaitu :
1) Bimbingan
berkaitan dengan sesuatu yang menyangkut pengaruh kondisi mental/ sehat
individu terhadap penyesuaian dirinya baik dirumah, sekolah serta dalam
kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, juga pengaruh sebaliknya,
lingkungan terhadap mental dan fisik individu (murid).
2) Kesenjangan
sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada
individu (murid) yang kesemuanya menjadi perhatian dalam pelayanan bimbingan
dan konseling.
c. Prinsip
bimbingan berkaitan dengan program layanan, yaitu:
1) Bimbingan
merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu
(murid). Oleh karena itu, program bimbingan harus diselaraskan dan dipadukan
dengan program pendidikan serta pengembangan murid.
2) Program
bimbingan harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu (murid),
masyarakat dan kondisi lembaga.
3) Program
bimbingan disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah
sampai tertinggi.
4) Terhadap
isi dan pelaksanaan program bimbingan perlu diadakan penilaian yang teratur dan
terendah.
d. Prinsip
bimbingan yang berkaitan dengan tujuan dan pelaksanaan layanan yaitu :
1) Bimbingan
dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu (murid) yang pada
ahirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya.
2) Dalam
proses bimbingan keputusan yang diambil dan akan dilakukan individu (murid)
hendaknya atas kemauan individu (murid) itu sendiri, bukan karna kemauan atau
desakan dari pembimbing (guru) pihak lain.
3) Permasalahan
individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permsalahan
yang dihadapi.
4) Kerja
sama antara guru pembimbing, guru bidang studi, staf sekolah dan orang tua amat
menentukan hasil pelayanan bimbingan.
5) Pengembangan
program bimbingan ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil
pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan
dan program bimbingan itu sendiri.
Menurut Muro dan Kottman (1995:50-53)
bimbingan dan konseling perkembangan adalah program bimbingan yang didalamnya
mengandung prinsip-prinsip :[7]
1. Bimbingan
dan konseling diperlukan oleh seluruh murid.
Dalam program perkembangan kegiatan bimbingan dan
konseling diasumsikan diperlukan oleh seluruh murid, termasuk didalamnya murid
yang memiliki kesulitan.
2. Bimbingan
dan konseling perkembangan memfokuskan pada pembelajaran murid.
3. Konselor
dan guru merupakan fungsionaris bersama dalam program bimbingan perkembangan.
4. Kurikulum
yang diorganisasikan dan direncanakan merupakan bagian penting dalam bimbingan
perkembangan.
5. Program
bimbingan perkembangan peduli dengan penerimaan diri, pemahaman diri, dan
pengayaan diri (self-enhancement).
6.
Bimbingan dan
konseling perkembangan memfokuskan pada proses mendorong perkembangan (encouragement).
7. Bimbingan
perkembangan mengaku pengembangan yang terarah ketimbang akhir perkembangan yang
defintif.
8. Bimbingan
perkembangan sebagai –tim oriented- menuntut pelayanan dari konselor
professional.
9. Bimbingan
perkembangan peduli dengan identifikasi awal akan kebutuhan khusus dari murid.
10. Bimbingan
perkembangan peduli dengan penerapan psikologi.
11. Bimbingan
perkembangan memiliki kerangka dasar dari psikologi anak, psikologi
perkembangan dan teori-teori pembelajaran.
12. Bimbingan
perkembangan mempunyai sifat mengikuti urutan dan lentur.
Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
menurut rambu-rambu penyelenggaraan Bimbingan konseling pada jalur pendidikan
formal. Terdapat beberapa prinsip dasar yang di pandang sebagai fondasi atau
landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari
konsep-konsep filosofi tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian
pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di MI/SD maupun di luar MI/SD.
Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:
1.
Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua peserta didik (murid).
2.
Bimbingan dan Konseling sebagai proses individuasi.
3.
Bimbingan menekankan hal yang positif.
4.
Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama.
5.
Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan
konseling.
6.
Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.
Beberapa faktor penting yang perlu di
perhatikan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di MI/SD menurut
Dinkmeyer dan Caldwell adalah:
a. Bimbingan
dan konseling di MI/SD lebih menekankan akan pentingnya peranan guru dalam
fungsi bimbingan. Dengan system guru kelas, guru lebih memiliki banyak waktu
untuk mengenal murid lebih mendalam, sehingga memiliki peluang untuk menjalin
hubungan yang lebih efektif.
b. Fokus
bimbingan dan konseling di MI/SD lebih menekankan pada pengembangan pemahaman
diri , pemecahan masalah, dan kemampuan berhubungan secara efektif dengan orang
lain.
c. Bimbingan
dan konseling di MI/SD lebih banyak melibatkan orang tua, mengingat pentingnya
pengaruh orang tua dalam kehidupan murid selama di MI/SD.
d. Bimbingan
dan konseling di MI/SD hendaknya memahami kehidupan murid secara unik.
e. Program
bimbingan dan konseling di MI/SD hendaknya peduli terhadap kebutuhan dasar
murid, seperti kebutuhan untuk matang dalam penerimaan dan pemahaman diri,
serta memahami keunggulan dan kelemahan dirinya.
f. Program
bimbingan dan konseling di MI/SD hendaknya meyakini bahwa masa usia sekolah
dasar merupakan tahapan yang amat penting dalam perkembangan murid.
Menurut Muro dan Kottman terdapat enam
perbedaan penting yang harus dipertimbangkan guru dalam mengembangkan program
bimbingan dan konseling di MI/SD, yaitu:
a. Guru
memandang bahwa murid belum memiliki keajegan. Oleh karena itu, guru belum
dapat menciptakan lingkungan belajar secara permanen.
b. Beberapa
jenis layanan bimbingan dan konseling tidak langsung kepada murid, melainkan
diluncurkan melalui guru, orang tua, dan orang dewasa lainnya.
c. Kesempatan
murid untuk melakukan pilihan masih terbatas.
d. Murid
MI/SD memiliki keterbatasan dalam menerima tanggung jawab dirinya (self
responsibility).
e. Pengembangan
program bimbingan dan konesling
hendaknya berawal dari konsep dasar bimbingan dan konseling, terutama
kepedulian untuk memberikan bantuan kepada murid sebagai pelajar.
f. Layanan
bimbingan dan konseling diMI/SD kurang menekankan pada penyimpanan data,
testig, perencanaan pendidikan, pendekatan yang berorientasi pada pemecahan
masalah, dan konseling atau terapi individual.
3.
Fungsi
Bimbingan dan Konseling di MI/SD
Bimbingan
mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan
bimbingan dan konseling dalam setting sekolah. Ada beberapa fungsibimbingan
yang dikembangkan oleh Aquino dan Alviar (Thanyawi, 1995 : 39) yaitu pencegahan
(preventif), perbaikan (kuratif), pengembangan (development) dan satu fungsi
lagi yang dikemukakan oleh Prayitno dalam Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling Kurikulum 1994 (1998 : 25) yaitu fungsi pemahaman (informatif).
Penjabaran keempat fungsi itu adalah sebagai
berikut :[8]
a. Fungsi pemahaman,
b. Fungsi preventif,
c. Fungsi development,
d. Fungsi kuratif,
Guru MI/SD sebagai
guru kelas yang mengajarkan mata pelajaran, pada dasarnya mempunyai peran
sebagai pembimbing. Dalam SK Menpan No.83/1993 ditegaskan bahwa selain tugas
utama mengajar, guru SD ditambah dengan melaksanakan program bimbingan dan
konseling dikelas yang menjadi tanggung jawabnya. Bahkan Murro dan Kottman
(1995:69) menempatkan posisi guru sebagai unsur yang sangat kritis dalam
implementasi program bimbingan dan konseling perkembangan. Guru merupakan
gelandang terdepan dalam mengidentifikasi kebutuhan murid, penasehat utama bagi
murid, dan perekayasa nuansa belajar yang mempribadi. Guru yang memonitor murid
dalam belajar, dan bekerja sama dengan orang tua untuk keberhasilan murid.
Fungsi Bimbingan
Konseling menurut Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Jalur
Pendidikan Formal adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Pemahaman,
2. Fungsi Preventif,
3. Fungsi pengembangan,
4. Fungsi Penyembuhan,
5. Fungsi Penyaluran,
6. Fungsi Adaptasi,
7. Fungsi Penyesuaian,
Rochman Natawidjaja,
(1987:78-80) merekomendasikan fenomena prilaku guru dalam bimbingan dalam
rangka kegiatan pembelajaran, yaitu :[9]
a. Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari
ketegangan dan yang bersuasana membantu perkembangan murid.
b. Memberikan pengarahan atau orientasi dalam
rangka belajar yang efektif.
c. Mempelajari dan menelaah murid untuk menemukan
kekuatan, kelemahan, kebiasaan dan kesulitan yang dihadapinya.
d. Memberikan konseling kepada murid yang
mengalami kesulitan, terutama kesulitan yang berhubungan dengan bidang studi
yang diajarkan.
e. Menyajikan informasi tentang masalah
pendidikan dan jabatan.
f. Mendorong dan meningkatkan pertumbuhan pribadi
dan sosial murid.
g. Melakukan pelayanan rujukan referral.
h. Melaksanakan bimbingan kelompok dikelas.
Peran guru sebagai
guru pembimbing, sesungguhnya akan tumbuh subur jika guru menguasai rumpun
model mengajar pribadi.
4.
Azas Bimbingan dan Konseling di MI/SD
Syamsu Yusuf dalam pendidikan formalnya.
Mengemukakan bahwa terlaksa dan keberhasilan layanan Bimbingan dan Konseling
sangat ditentukan oleh terwujudnya asas-asas berikut :
1. Asas
kerahasiaan, asas ini menuntut kerahasiaannya segenap data dan keterangan
tentang peserta didik.
2. Asas
kesukarelaan, yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta
didik mengikuti / menjalani pelayanan / yang diperlukan baginya.
3. Asas
keterbukaan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didiknya bersifat terbuka
dan tidak berpura-pura.
4. Asas
kegiatan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik berpartisipasi secara
aktif didalam penyelengaraan kegiatan bimbingan.
5. Asas
kekinian, ialah permasalahan peserta didik (murid) dalam kondisinya sekarang.
Selain dari kesembilan asas-asas di atas
tadi masih ada asas-asas yang lain yaitu asas keahlian, asas kemandirian, asas kedinamisan,
asas keterpaduan, asas keharmonisan, dan asas alih tangan kasus. Begitu
pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu
merupakan jiwa dan nafas dari seluruh proses kegiatan pelayanan BK. Apabila
asas-asas tersebut tidak dilakukan dengan baik maka pelayanan BK akan
tersendat-sendat atau bahkan terhenti.
C.
PENDEKATAN-STRATEGI
BIMBINGAN DAN KONSELING
1.
Pendekatan
krisis
Dalam pendekatan ini, guru menunggu
munculnya suatu krisis, baru kemudian dia bertindak membantu muid yang
menghadapi krisis itu. Strategi yang digunakan dalam pedekatan ini adalah
teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis itu. Contoh: seorang
murid datang mengadu kepada guru sambil menangis karena didorong temannya
sehingga tersungkur ke lantai. Guru yang menggunakan pendekatan krisis akan
meminta murid tersebut untuk membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman
yang mendorongnya ke lantai. Bahkan mungkin guru tersebut memanggil teman murid
tersebut untuk datang ke ruang guru untuk membicarakan penyelesaian masalah
tersebut sampai tuntas.
2.
Pendekatan
remedial
Dalam pendekatan ini, guru akan
memfokuskan bantuannya pada upaya menyembuhkan atau memperbaiki
kelemahan-kelemahan murid yang tampak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini ialah
menghindarkan dari krisis yang mungkin terjadi.
Strategi yang digunakan, seperti
mengajarkan kepada murid keterampilan belajar (membaca, merangkum, menyimak
dll) keterampilan sosial dan sejenisnya yang belum dimiliki murid sebelumnya.
Dalam contoh kasus diatas, dengan menggunakan pendekatan remedial guru dapat
mengambil tindakan mengajarkan keterampilan berdamai.
3.
Pendekatan
preventif
Dalam pendekatan ini guru mencoba
mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu.
Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan,
merokok, dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada
murid secara umum. Model preventif ini didasarkan pada pemikiran bahwa jika
guru dapat mendidik murid untuk menyadari bahaya dari berbagai kegiatan yang menguasai
metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka guru akan dapat mencegah
murid dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan itu.
Strategi yang dapat digunakan dalam
pendekatan ini termasuk mengajar dan memberikan informasi. Dalam contoh kasus
diatas, jika guru menggunakan pendekatan ini dia akan mengajari murid-muridnya
secara klasikal untuk bersikap toleran dan memahami orang lain sehingga dapat
mencegah munculnya perilaku agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih
dahulu.
4.
Pendekatan perkembangan
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang lebih
mutakhir dan lebih proaktif dibandingkan dengan ketiga pendekatan sebelumnya.
Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang
keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan
disekolah dan di dalam kehidupan secara lebih luas di masyarakat. Pendekatan
perkembangan ini dipandang sebagai pendekatan yang tepat digunakan dalam
tatanan pendidikan sekolah karena pendekatan ini memberikan perhatian pada
tahap-tahap perkembangan murid, kebutuhan dan minat, serta membantu murid
mempelajari keterampilan hidup (Robert Myrick, 1989).
Strategi yang dapat digunakan dalam
pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih,
tutorial, dan konseling. Dalam contoh diatas, jika guru menggunakan pendekatan
perkembangan, guru tersebut sebaiknya menangani murid tadi sejak tahun-tahun
pertama masuk sekolah mengajar dan mmenyediakan pengalaman belajar bagi murid
itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antarpribadiyang diperlukan
untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh karena itu,
dalam pendekatan perkembangan, keterampilan dan pengalaman belajar yang menjadi
kebutuhan murid akan dirumuskan kedalam suatu kurikulum bimbingan atau
dirumuskan sebagai layanan dasar umum.
Ada pola umum dalam proses
perkembangan murid. Oleh karena itu, perkembangan berlangsung dalam tata urutan
tertentu. Tugas perkembngan diartikan sebagai
perangkat perilaku yang harus dikuasai murid dalam periode kehidupan
tertentu, dimana keberhasilan menguasai perangkat perilaku dalam periode
berikutnya; sedangkan kegagalan munguasai perangkat perilaku dalam periode
kehidupan sebelumnya akan membawa murid kedalam kekecewaan, penolakan
masyarakat, dan kesulitan didalam menguasai perangkat perilaku pada proses
kehidupan berikutnya.
Dalam
suatu lingkungan perkembangan akan mengandung unsur-unsur berikut :
Pertama, unsur peluang. Unsur ini
berkaitan dengan topik yang disajikan yang memungkinkan murid mempelajari
perilaku perilaku baru. Kedua, unsur
pendukung. Unsur ini berkaitan dengan proses pengembangan interaksi yang dapat
menumbuhkan kemampuan murid untuk mempelajari perilaku baru baik secara
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Ketiga,
unsur penghargaan. Esensi unsur ini terletak pada penelitian dan pemberian
balikan yang dapat memperkuat pembentukan perilaku baru.
BAB III
KESIMPULAN
Bimbingan adalah arahan, tuntunan, pertolongan, yang diberikan
kepada individu atau kelompok individu dalam menghindari atau mengatasi
kesulitan hidupnya sesuai dengan perkembangan pribadinya agar supaya
menyesuaikan dirinya untuk kesejahteraan hidupnya.
Konseling adalah bantuan pertolongan, tuntunan yang di berikan
kepada seseorang untuk mengatasi kesulitan atau masalah secara langsung
berhadapan muka atau face to face relation untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Asas-asas di dalam bimbingan dan konseling, yaitu: asas
kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian,
kedinamisan, keterpaduan, keharmonisan, keahlian, dan alih tangan kasus.
Tujuan
bimbingan dan konseling
1)
Merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang.
2)
Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin.
3)
Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
4)
Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi
dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan kerja.
5)
Memiliki kemampuan menginternalisasi
nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus
dikuasainya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiamin,
Amin dan Setiawati, 2009, Bimbingan
Konseling, Jakarta : Departemen Agama RI.
Makna, Prinsip, Fungsi, Asas, dan Strategi Bimbingan Konseling
Reviewed by asarisolid
on
5:24 PM
Rating:
No comments: