BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Aqidah ilmu kalam membahas ajaran-ajaran
dasar dari suatu Negara. Setiap seseorang yang ingin mengetahui agamanya secara
mendalam, perlu mempelajari aqidah yang terdapat dalam agamanya. Mempelajari
aqidah akan memberikan seseorang keyakinan-keyakinan pada landasan yang kuat,
yang tidak mudah diombang ambingkan oleh peredaran zaman.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa saja yang dimaksud dengan aqidah ?
2. Siapakah Rasulullah SAW itu?
3. Siapakah Khulafaur Rasyidin itu ?
4. Bagaimana perkembangan aqidah pada zaman
Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin ?
5. Apakah terdapat penyimpangan pada zaman
tersebut ?
C.
Manfaat Penulisan Makalah
Dengan adanya pembuatan makalah ini kita
dapat mengetahui perkembangan aqidah
pada zaman Rasulullah SAW maupun pada zaman Khulafaur Rasyidin. Selain
itu kita dapat mengambil beberapa hikmah yang salah satunya adalah menambah
rasa keimanan ataupun rasa kepercayaan kita terhadap Allah SWT dan kepada
Rasulullah SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Aqidah
Aqidah (kepercayaan) adalah segi
teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk
dipercaya dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh syak wasangka
dan tidak dipengaruhi oleh keraguan-keraguan. Dan sebagian sifat-sifat
kepercayaan itu ialah bantu-membantunya teks-teks ayat-ayat Al-Quran yang jelas
dalam menetapkan kepercayaan itu dan sepakatnya kaum muslimin untuk mengakuinya
sejak hai pertama bermulanya dakwah islamiyah, berikut sejak sesuatu
perselisihan yang terjadi diantara mereka sesudah itu mengenai kepercayaan
tersebut.
Dan kepercayaan itu adalah sesuatu hal
yang pertama-tama yang diserahkan oleh Rasululloh dan yang dituntutnya dari
manusia untuk dipercayai dalam tahapan pertama daripada tahapa-tahapan dakwah
islamiyah dan yang merupakan pula seruan setiap Rasul yang diutus oleh Allah,
sebagaimana yang dinyatakan oleh Al-Quran dalam pembacaannya mengenai Nabi-nabi
dan para Rasul.
B.
Pengertian Rasulullah SAW
Rasululloh SAW adalah lelaki agung.
Ahlaknya luhur, peranginya lembut, hatinya amat berbelas kasih dan penyayang. Allah
menggambakan semua itu dalam Al-Quran,” Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung. “ (Al-Qalam) : 4.
Menyelami kehidupannya seperti menyelami
samudra luas tak bertepi. Ketika kita paparkan hal-hal yang mengharuskan untuk
mencintai dan mengagungkammya, kita tidak akan mampu memenuhi haknya.[1]
Setiap langkahnya adalah teladan dan
panutan bagi umat. Kasih sayangnya tegambar jelas dalam interaksinya dengan
masyarakat, baik itu orang tua, anak laki-laki maupun anak perempuan.[2]
C.
Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khalifah
dalam bahasa Indonesia dapat diartikan pengganti atau orang yang berada di
belsakang seseorang. Khalifah adalah bentuk tunggal, bentuk jamaknya adalah
khulafa’, sedangkan al-Rasydin dalam bahasa Indonesia berarti benar, pintar,
atau lurus.[3]
Dalam
sejarah Islam Khulafaur Rasyidin diartikan : pengganti Rasul yang benar dan
lurus, dan diterima oleh seluruh umat. Empat khalifah yang mendapatkan julukan
khulafaur rasyidin adalah empat khalifah awal yang berturut-turut menggantikan
Rasulullah,mereka adalah :
1. Khalif Abubakar
Khalif
Abubakar mangkat pada tanggal 23 Jumadil-Ahir tahun 13 H bertepatan dangan
bulan Agustus 634 M,dalam usia 63 tahun.
Proses pemilihan Khalif Abubakar menjadi khalifah yaitu ketika wafatnya
Rasulullah yang menggemparkan umat islam karena berita ini dianggap untuk
mengacaukan umat muslim ketika itulah Khalif Abubakar mengumandangkan ayat
Al-Quran, surat Al Imronayat 144. Dengan ayat itu semua kaum muslimin sadar
bahwa Rasulullah telah wafat.[4]
2. Umar Bin Khattab
Umar
Bin Khattab diangkat menjadi khalifah pada tahun 13-23 H/ 634-644 M. Proses
pemilihan Umar Bin Khattab ketika Abu Bakar merasa sudah tua lalu beliau
meminta pendapat kepada para sahabat tentang penggantinya kelak dan mengusulkan
Umar Bin Khattab sebagai penggantinya.Setelah memperoleh persetujuan maka Umar
Bin Khattab diangkat menjadi khalifah setelah Abu Bakar.[5]
3. Usman Bin Affan
Usman
lahir pada tahun 576 M, yaitu 6 tahun sesudah peristiwa Gajah (al-Fail).Ia
menabat khalifah pada usia 70 tahun, dan berkuasa selama 12 tahun 23-25
H./644-656 M. Pemilihan terhadap dirinya itu berlangsung pada pengujung bulan
Zulhijah tahun 23 H./644 dan diresmikan pada awal Muharram 24 H./644 M.[6]
4. Ali Bin Abithalib
Ali
Bin Abithalib diangkat menjadi khalifah pada bulan Zulhijah tahun 35 H/656 M,
dan memerintah selama 4 tahun 9 bulan, menjelang pembunuhan terhadap dirinya
pada bulan Ramadan tahun 40 H/661 M.
D.
Perkembangan Aqidah pada
Zaman Rasululloh SAWdan
Khulafaur Rasyidin.
1. Pada Zaman Rasulullah
Pada
masa Nabi Muhammad SAW, dan para Khulafaur Rasyidin, umat islam bersatu, mereka
satu akidah, satu syariah dan satu akhlakul karimah. Jika mereka sedang
mengalami perselisihan pendapat selalu dapat diatasi oleh wahyu sehingga tidak
terjadi perselisihan diantara mereka.
Perkembangan
Aqidah pada zaman Rasulullah SAW pada saat itu aqidah bukan merupakan disiplin
ilmu tersendiri karena masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi
perbedaan-perbedaan atau faham-faham lainnya kalaupun terjadi langsung
diterangkan oleh beliau. Oleh sebab itu kita mendapatkan keterangan para
sahabat yang artinya berbunyi “Kita diberikan keimanan sebelum Al-Qur’an”.
Adapun
beberapa penyimpangan aqidah pada zaman Rasulullah adalah penyimpangan aqidah
orang-orang Arab terdahulu dan setiap orang yang menyimpang dari ajaran Nabi
Muhammad SAW adalah disebut orang jahiliyah. Pada umumnya pengetian jahiliyah
yang beredar dimasyarakat luas adalah keadaan orang-orang Arab sebelum islam,
karena mereka bodoh terhadap Tuhan,Rasul dan syari’at-Nya serta mereka
berbangga-bangga dengan keturunan, kesaran dsb. Beberapa penyimpangan aqidah
yang terjadi itu selalu ditangani nabi sendiri dengan pertolongan Allah yaitu
dengan memberikan pemahaman baik itu lewat sembunyi-sembunyi maupun secara
rerang-rerangan dengan mendahuklukan kerabat terdekat.
Dibawah
ini beberapa penyimpangan aqidah pada zaman Rasulullah :
a. Prasangka buruk juga termasuk
kejahiliyahan sebagaimana firman allah ketika kaum Musyrik menang pada Perang
Uhutd. Sebagian kaum muslimin menyangka bahwa mereka tidak ditolong oleh Allah
dan timbullah anggapan bahwa Islam telah berahir bersamaan dengan kalahnya kaum
Muslimin dari kaum Kuffar. Sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri
mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti
tuduhan ahiliyah.
b. Ketika orang-orang kafir menanamkan
dalam hati mereka kesombongan yaitu kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan
ketenangan pada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu’min dan Allah mewajibkan
kepada mereka kalimat takwa artinya mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan
patut memilikinya. Dan allah mengetahui segala sesuatu.
2. Pada Zaman Khulafaur Rasyidin
Sebagaimana
masa nabi, masa Khulafaur Rasyidin khususnya pada zaman pemerintahan Abu Bakar
(11-13 H),dan pemerintah Umar Bin Khattab (12-23 H), pembahasan tentang
masalah-masalah aqidah belum muncul. Mereka masih merumuskan ajaran akidah
sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW dan mereka juga melakukan pemahaman
ayat-ayat dengan makna apa adanya, tanpa memberikan peta.[7]
Oleh
sebab itu selama kurang lebih dua dekade ini, nyaris tidak ada
persoalan-persoalan serius dalam masalah akidah. Akan tetapi setelah khalifah
Usman Bin Affan (23-35 H), melakukan perubahan dalam sistem administrasi
pemerintahannya yang lebih cenderung nepotisme atau kekeluargaan, timbul
kekacauan politik, yang mencapai klimaks pada masa pemerintah Ali Bin Abi
Thalib, sehingga terjadi perang saudara dan mengakibatkan umat islam terpecah
belah. Perpecahan politik ini menimbulkan akibat munculny berbagai pemikiran
teologi, sehingga berkembang perdebatan-perdebatan panjang dan menimbulkan berbagai aliran dalam
ilmu kalam.
Dengan
demikian, pada masa nabi dan dua dekade dari masa pemerintahan Khulafaur
Rasyidin, corak akidah islam yang dianut masyarakat muslim saat itu masih tetap
sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW. Munculnya perdebatan pandangan dan rumusan pemikiran teologi terjadi diakhir
pemerintah Ali Bin Abi Thalib, dengan munculnya aliran khawarij, yang disusul
kemudian munculnya murji”ah,mu” tazilah dan ahlusunnah wal jamaah.
Penyimpangan
aqidah pada zaman para sahabat asal mulanya adalah perselisihan, hal ini dipicu
oleh Abdullah bin Saba’ (seorang yahudi ) pada pemerintahan khalifah Usman Bin
Affan dan berlanjut pada masa khalifah Ali. Dan awal mula adanya gejala
timbulnya aliran-aliran adalah sejak kekhalifahan Usman Bin Affan (Khalifah
ke-3 setelah wafatnya Rasulullah). Pada masa itu dilatar belakangi oleh
kepentingan kelompok, yang mengarah terjadinya perselisihan sampai terbunuhnya
khalifah Usman Bin Affan. Kemudian terbunuhnyas khalifah Usman Bin Affan.
Kemudian digantikan oleh Ali Bin Abithalib. Pada saat itu perpecahan di tubuh
umat islamterus berlanjut. Umat islam pada masa itu ada yang pro terhadap
kekhalifahan Ali Bin Abithalib yang menanamkabn dirinya kelompok khawarij.
Akhirnya perpecahan memuncak kemudian terjadilah peang antara Ali dengan Aisyah
dan perang siffin yaitu perang antara Ali dengan mu’awiyah. Bermula dari itulah
ahirnya timbul berbagai aliran dikalangann umat islam, masing-masing kelompok juga
tepecah belah, ahirnya jumlah aliran dikalangan menjadi banyak, seperti aliran
syi’ah’ khawarij/ murji’ah, abariyah,mu’tazilah dan lain-lain.
D.
Penyimpangan yang
Terjadi pada
Zaman Rasululloh SAW dan
Khulafaur Rasyidin.
1. Perasaan berbangga-bangga dengan
keturunan,kebesaran dsb.
2. Berprasangka buruk
3. Tertanam dalam hati mereka kesombongan
4. Perselisihan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Aqidah (kepercayaan) adalah
segi teoritis yang di tuntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk
di percaya dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh syak wasangka
dan tidak di pengaruhi oleh keraguan-keraguan.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
aqidah pada zaman Rasulullah SAW dan
Khulafaur Rasyidin seluruh umat islam bersatu dalam satu aqidah, satu syari’ah,
dan satu akhlakul karimah. Meskipun terdapat penyimpangan aqidah tetapi
penyimpangan itu dapat ditangani oleh Nabi Muhammad SAW dengan pertolongan
Allah SWT.
[1]Sirjani, As raghib. 2008. inilah rasul sang penyayang. Solo; AQWAM.
hal. 5
[3]zahim wahid. wordpress.com/2011/12/18/khulafaurrasyidin/ diakses pada tanggal
21 September 2014 pukul 10.00 WIB
[4]Yatim, Badri. 2007. Sejarah Peradaban Islam “Dirasah Islamiyah”.
Jakarta: PT Grapindo Persada. hal.127
[7]www. academia. edu/6463607/khulafaur_rasyidin diakses tanggal 20 September
2014 pukul 10.30 WIB
Akidah, Rosulallah SAW, Khulafaur Rasyidin
Reviewed by asarisolid
on
6:12 PM
Rating:
No comments: