Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran IPS di SD/MI

BAB I
PENDAHULUAN


A.                Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu dalam interaksi untuk memperoleh perubahan tingkah laku dari yang tidak mengerti menjadi mengerti agar mendapatakan suatu ilmu. Menuntut ilmu sangatlah penting bagi setiapmanusia, hal ini disebabkan ilmu akan mengangkat derajat manusia kedalam kehidupan yang lebih baik. Allah berfirman dalam surat Al-Mujaadilah: 11
يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
Artinya: “niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaranya kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan[1]
           
Ayat ini menyatakan bahwa antara iman, ilmu, dan amal merupakan sestematik dalam struktur kehidupan setiap muslim yang akan mengantarkan mereka pada tingkat derajat yang tinggi.

Ilmu yang dimaksud dalam ayat adalah ilmu yang dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain dan tidak merugikan siapapun dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cabang ilmu yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari adalah ilmu pendidikan sosial (IPS). IPS merupakan salah satu cabang ilmu yang wajib bagi setiap orang kuasai. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah atau Sekolah Dasar adalah IPS dimana IPS merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam hidup kita. Banyak hal di sekitar kita yang selalu berhubungan dengan IPS.

B.                 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “ Apa saja Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran IPS di SD/MI "

C.                Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui: “Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran IPS di SD/MI “

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
Belajar pada hakikanya adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat interaksi individu dengan lingkungan. Dalam proses belajar secara umum berlaku prinsip kesiapan, prinsip motivasi, prinsip persepsi, prinsip tujuan, prinsip perbedaan individual, prinsip transfer, prinsip belajar kognitif, prinsip belajar efektif, prinsip belajar psikomotor, serta prinsip evaluasi.
Terdapat perbedaan sudut pandang dan paradigma yang dipergunakan oleh para ahli dalam mendeskripsikan konsep belajar. Namun pada makalah ini tidak akan membahas perbedaan konsep tenatang belajar, tetapi akan membahas tentang belajar yang disebut dengan prinsip-prinsip belajar.[2]
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikakn guru adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip belajar dan asas-asas pembelajaran. Pemahaman dan keterampilan menerapkan prinsip-prinsip belajar akan membantu gutu untuk mampu mengelola proses pembelajaran secara tepat, sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam proses pmbelajaran guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya mendorong untuk terwujudanya perkembangan potensi peserta didik tersebut tentunya merupakan suatu proses panjang yang tidak dapat diukur dalam periode tertentu, apalgi dalam waktu yang sangat singkat. Meskipun demikian, indikator terjadinya perubahan kearah perkembangan pada peserta didik dapat dicermati melalui instrumen-instrumen pembelajaran yang dapat digunakan guru. Oleh karena itu seluruh proses dan tahapan pembelajaran harus mengarah pada upaya mencapai perkembangan potensi-potensi anak tersebut.[3]
Seperti apakah ucapan Rosulullah SAW ketika menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada umatnya ? bahasa adalah alat komunikasi antar manusia. Dan kita telah menemukan bahwa terdapat perbedaan dalam cara-cara orang berbicara. Ada yang berbicara panjang lebar, adalah informasi yang didpatkan sedikit saja, sementara ada yang memiliki pengetahuan yang banyak tetapi ia membutuhkan kekuatan ungkapan untuk menyampaikan pengtahuan itu. Bahkan ada yang memperpanjang pembicaraan, sementara dia mengetahui bahwa hal itu bisa diiringkas tanpa enghilangkan sedikitpun inti pembicaraanya.
Apa yang kita sebutkan tadi tidak lain merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang kita hadapi. Jika demikian, berarti kita mesti mencari cara terbaik sekaligus benar untuk berkomunikasi dengan siswa. Cara-cara tersebut ternyata ita temukan pada diri Rosulallah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh sayyidina Aisyah :
“Rosulallah SAW tidak berbicara dengan sambung menyambung (nyerocos) seperti yang kalian lakukan ini. Akan tetapi pembicaraan rosulullah terpisah-pisah dengan jeda. Jika seseorang menghitung kata-katanya, tentu ia dapat menghitungnya. Sedangkan jika rosulallah mengucapkan satu kalimat, dia mengulanginya sebanyak tiga kali agar dapat diingat.[4]
Diriwayatkan dari umar bin abi salamah R.a, dia berkata, “waktu ecil aku berada dalam perawatan Rosulullah, ketika itu tanganku memegang-megang makanan dalam wadah, maka rosulullah SAW., berkata, Nak... sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, makanlah apa yang ada di hadapanmu.
Setelah terjadi futuh mekah (pembukaan kota mekkah), maka rosulullah memerintahkan Bilal bin Rabah.r.a. naik ke atas ka’bah untuk mengumandangkan adzan. Kemudian bilal pun mengundangkan adzan untuk pertama kalinya.namun dalam waktu yang bersamaan orang-orang musyrik quraisy mengolok-olokan suara bilal bin rabah dengan penuh kebencian, di anata mereka adalah abu muhdzurah, dan ternyata, dia memang memiliki suara yang lebih bagus. Hal itu diketahui ketika abu madzhurah mengangka suaranya untuk maksud mengolok-olok. Karena rosulallah pun mendengarnya, maka disuruhlah dia utuk adzan, dan abu madzhurah pun melaksanakan hal itu. Dia mengira bahwa drinya akan dibunuh, tapi ternyata rosulallah malah mengusap bagian atas kepala dan dadanya dengan kedua tangan beliau. Mengetahui hal tersebut diluar dugaanya itu abu madzhurah yang pada saat itu baru berusia 16 tahun pun berkata, “hatiku dipenhi iman dan keyakinan, sejak saat itulah aku mengetahui sesungguhnya dialah utusan Allah.” Maka Rosulallah SAW pun mengajarkan azan kepadanya, kemudian menyuruh dia untuk mengumandangkan adzan bagi pennduduk mekah.
Sabda rosulallah SAW., “Allah akan memberikan rahmat kepada orangtua yang membantu anaknya berbuat baik kepadanya. Yakni orang tua yang tidak menyuruh anaknya berbuat sesuatu yang sekiranya anak itu tidak mampu mengerjakan.”
Dari Abu Hurairah r.a., Rosulullah SAW bersabda : “barang siapa berkata kepada seorang anak kecil : kemarilah dan ambilah, tetapi kemudian tidak diberikannya apa-apa, maka ia telah berdusta “ (H.R. Ahmad)
Sekarang mari kita perhatikan uraian hadits di atas. Terdapat beberapa prinsip yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita dari tindakan Rosulallah dalam menanamkan rasa keimanan dan akhlak kepada anak, yaiu :
a.       Motivasi segala ucapan rosulullah mempunyai kekuatan yang dapat menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan. Kebutuhan akan pengakuan sosial mendorong seseorang untuk melakukan bebagai kegiatan sosial. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalan dan dari luar individu.
b.      Fokus, ucapannya ringkas, langsung pada inti pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah diahami.
c.       Pembicaraanya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya.
d.      Repetisi, senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat atau dihafal.
e.       Analogi langsung, seperti pada contoh perumpamaan orang beriman dengan pohon kurma, sehingga dapat memberikan motivasi, hasrat ingin tahu, memuji atau mencela, dan mengasah otak untuk menggerakkan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung dan tafakkur.
f.       Memperhatikan keragaman anak sehingga dapat melahirkan pemahaman yang berbeda dan tidak terbatas satu pemahaman saja, dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar tanpa dihinggapi perasaan jemu.
g.      Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu : kognitif, emosional dan kinetik.
h.      Doa, setiap perbuatan diawali dan diakhiri dengan menyebut asma Allah.
i.        Teladan, salah satu antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah.[5]

B.                 PROSEDUR PEMBELAJARAN
Perekayasaan proses pembelajaran dapat didesain oleh guru sedemikian rupa. Idealnya kegiatan untuk siswa pandai harus berbeda dengan siswa yang sedang atau kurang, walaupun untuk memahami satu jenis konsep yang sama karena seiap siswa mempunyai keunikan masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman terhadap pendekatan, metode, dan tehnik pembelajaran tidak bisa diabaikan.
Istilah pendekatan, metode dan tehnik bukanlah hal yang asing dalam pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat dan belajar mengajar. Metode adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan tehnik adalah kegiatan yang diimplikasikan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang dipilih. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan bersifat aksiomatis, metode bersifat prosedural, dan teknik bersifat operasional.
Pengembangan kegiatan belajar mengajar harus diorientasikan pada fitrah manusia yang terdiri dari beberapa dimensi yaitu jasad, akal dan ruh, ketiga dimensi dalam diri manusia tersebut haruslah dipelihara agar terwujud keterseimbangan (tawazun) untuk mewujudkan keseimbangan tersebut diperlukan ketepatan dalam menentuka pendekatan, metode dan teknik yang digunakan. Pemilihan ketiga hal tersebut diorientasikan pada pembiasaan, pelatihan dan, perenungan yang dibantu oleh seseorang guru / pembimbing.
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya pinangkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang betolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :[6]
1.      Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2.      Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi  dalam kecepatan belajar.
3.      Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
4.      Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5.      Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar siswa dapat berperan aktif didalam proses pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran. Sementara bag siswa prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.



C.                IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Berikut ini diuraikan beberap prinsip belajar yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran.
1.      Prinsip perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar pada umunya menigkat jika anak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar.
Motivasi meurpakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi sebagai suatu kekuatan yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi terikat erat dengan kebutuhan. Semakin besa kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencappainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama teman-temannya yang lain.
Dalam kegiatan belajar, peran guru sangat penting di dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Menyadai bahwa motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Maka tugas guru adalah meyakinkan para siswa agar tujuan belajar yang ingn diwujudkan menjadi suatu kebutuhan bagi setiap siswa. Guru hendaknya dapat meyakinkan siswa bahwa hasil belajar yang baik adalah sesuatu kebutuhan guna mencapai sukses yang dicita-citakan. Perilaku atau sikap terpuni adalah kebutuhan, karena yang dicita-citakan. Perilaku atau sikap yang terpuji adalah kebutuhan, karena seseorang kelak tidak mungkin dapat hidup harmonis dan diterima lingkungan sosial masyarakat bilamana ia tidak dapat menunjukan sikap atau perlaku yang baik. Keterampilan tertentu adalah kebutuhan, karena setiap pekerjaan membutuhkan keterampilan. Bilamana guru dapat merubah tujuan-tujuan belajar ini menjadi kebutuhan, maka siswa akan lebih mudah untuk terdorong melakukan aktivitas belajar.

2.      Prinsip Transfer dan Retensi
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa
prinsip yaitu,
a.       Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi
b.      Babhan yang bermakna bagi pelajar dapat di serap lebih baik
c.       Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu terjadi.
d.      Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.
e.       Penelaahan bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi.
f.       Proses belajar cenderung terjafi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan
g.      Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.
h.      pengetahuan tentang konsep, pnnsip dan seneralisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dengan membenkan ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
i.        Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dapat diciptakan.
j.        Tahap akhir proses belajar seyogyanya mamasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

3.      Prinsip keaktifan
Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penung dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran. Demikian pula berani harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal. baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan.
Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah mahluk yang aktif. Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak sccara kodrati itu akan dapat berkembang kearah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh subumya keaktifan itu. Keadaan ini menyebabkan setiap guru perlu menggali potensi-potensi keberagaman siswa melalui keaktifan yang mereka aktualisasikan dan selanjutnya mengarahkan aktifitas mereka kearah tujuan positif atau tujuan pembelajaran. Hal ini pula yang mendasar pemikiran bahwa kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan dan mendorong seluas-luasnya keaktifan. Ketidaktepatan pemilihan pendekatan pembelajaran sangat memungkinkan keaktifan siswa menjadi tidak umbuh subur, bahkan mungkin justru menjadi kehilangan keaktifannya Menurut teori belajar Kognitif belajar.

D.                PRINSIP-PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN IPS MI
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran IPS MI dalam kegiatan pembelajaran IPS MI lebih identik dengan kegiatan demonstrasi, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : [7]
a.)    Integrated (Terpadu)
Istilah integrated identik dengan integrasi atau keterpaduan, dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan berdasarkan topik yang terkait, misalnya kegiatan ekonomi penduduk dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup dalam disiplin geografi.
b.)   Interaksi
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan sesamanya. Sejak dilahirkan dan sepanjang hidupnya manusia selalu melakukan interaksi, yang di dalamnya interaksi itu semakin lama semakin bertambah sejalan dengan semakin luasnya pergaulan dan bertambahnya usia seseorang. Interaksi merupakan hubungan timbal-balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok Timbulnya interaksi disebabkan oleh dorongan saling membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik itu kepuasan, ingin diperhatikan, dan ingin mendapat kasih sayang. Manusia sebagai makhluk sosial ingin hidup berkelompok konsekuensinya saling membutuhkan, manusia sebagai anggota masyarakat (kelompok) selalu bekerja sama dalam melakukan pekerjaan, memecahkan masalah sosial, dan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama. Kerjasama saling menuntut kompromi atas keinginan pribadi bagi kepentingan kelompok. Kerja sama sering berkaitan dengan pembagian kerja kelompok yang sering di sebut gotong royong

c.)    Kesinambungan dan Perubahan
Manusia di dalam kehidupan masyarakat terikat dengan adat dan tradisi dalam masyarakat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sejalan dengan perkembangan zaman bisa saja peraturan ini berubah, tetapi adat tradisi itu diteruskan secara berkesinambungan. Misalnya, kesinambungan kehidupan suatu masyarakat terjadi karena lembaga perkawinan. Dengan perkawinan menyebabkan manusia dilahirkan. Lebih jelasnya, setelah (wanita) menikah, akan punya anak (melahirkan), selanjutnya setelah anak ini dewasa dan menikah, juga akan melahirkan anak. Demikian seterusnya, sehingga manusia berkembang secara berkesinambungan. Individu, kelompok, dan masyarakat seiring dengan berjalanya waktu serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semua mengalami perubahan. Tidak ada individu, kelompok, dan masyarakat berhenti berproses. Misalnya apabila kebudayaan suatu masyarakat dalam perjalanan waktu berubah, baik besar maupun kecil, kelompok dan masyarakatpun akan mengalami perubahan Perubahan sosial biasanya terjadi disebabkan oleh politik, ekonom, ataupun kemajuan teknologi dengan skala perubahan relative berbeda beda tiap masyarakat.

d.)   Kooperatif
Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative leaming merupakan system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa-siswi dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembalajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok.
Menurut Sanjaya (2007) pembelajaran kooperatif memiliki empat prinsip dasar sebagai berikut :
Prinsip ketergantungan positif (positive interpendence)
Kerja kelompok adalah kerja tim, artinya keberhasilan kelompok sangat tergantung dari keberhasilan semua individu dalam kelompok sehingga setiap anggota dalam kelompok sangat tergantung dengan anggota-anggota yang lain. Ketergantungan antar anggota dalam kelompok akan efektif apabila setiap anggota dalam kelompok mengetahui dengan baik tugas masing-masing sesuai dengan kemampuannya berdasarkan pada job description. Inilah hakikat ketergantungn positif,artinya  tugas kelompok tidak mungkin bisa dianggap sukses manakala ada anggota lain yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, sehingga semua anggota dalam kelompok ada unsur saling ketergantungan.
Tanggung jawab perseorangan (Individual accountablit)
Keberhasilan dalam kerja kelompok merupakan keberhasilan setiap individu. Jadi, setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya masing-masing. Setiap anggota harus memberikan kontribusi yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Implikasinya dalam evaluasi, guru harus memberikan penilaian terhadap individu disamping penilaian terhadap kelompok.
Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
Implementasi pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk kerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda, sehingga proses memperkaya antar kelompok akan terwujud.
Partisipasi dan komunikasi (particlpation communication)
Di antara tujuan pembelajaran kooperatif adalah melatih setiap peserta didik untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, peserta didik perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya, dalam mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, cara menyatakan setuju dan cara menyanggah pendapat temannya harus dengan cara santun dan tidak memojokkan teman yang lain. Keterampilan berkomunikasi butuh waktu lama dalam melatih peserta didik, seharusnya guru di samping selalu melatihkan juga harus menjadi tauladan dalam komunikasi yang baik.

e.)    Konstekstual
Prinsip dasar pembelajaran kontekstual, harus memperhatikan beberap dalam penerapannya, di antaranya: Menekankan pentingnya pemecahan masalah/ problem, Mengakui perlunya pembelajaran dilakukan dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja, Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa-siswi, agar dapat belajar sendiri dan mandiri, Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa siswi yang berbeda-beda. Mendorong siswa-siswi belajar dari sesama teman dan belajar bersama. Menggunakan penilaian autentik (authentic assessment).
f).  Problem solving
Pembelajaran berbasis problem adalah melibatkan siswa-siswi meneliti informasi yang spesifik untuk sampai pada kesimpulan yang belum ditetapkan sebelumnya.
Dalam pendekatan berbasis problem peserta diminta untuk
a.         menarik pengetahuan dari satu wilayah disiplin ilmu tertentu
b.         Menggunakan pengetahuanya sendiri secara tepat
c.         Menerapkan pengetahuan ini dalam serangkaian tantangan
d.         secara tepat terhadap problem yang muncul
e.         Mencapai solusi yang telah dipertimbangkan dengan berdasar kepada alasan yang dibenarkan

g).  Inkuiri
Inkuiri diartikan sebagai pertanyaan, penyelidikan penelitian, atau pengungkapan, suatu persoalan dalam mencari jawaban atas suatu persoalan. Tujuan inkuiri ini adalah merangsang kemauan dan kemampuan bertanya, menyelidiki, meneliti, untuk mengembangkan berfikir kritis dalam mencari alternatif pemecahan dalam suatu masalah atau persoalan. Bertitik tolak dari persoalan-persoalan itu, siswa-siswi dirangsang untuk bertanya, menyelidiki atau meneliti. Melalui cara ini peserta didik dirangsang untuk berfikir dan mengembangkan kemampuan berfikirnya.

h.) Keterampilan Sosial
Pengembangan keterampilan lebih menitik beratkan pada ranah psikomotorik. Keterampilan merupakan modal dalam melaksanakan segala kegiatan. Untuk dapat melaksanakan komunikasi dengan pihak lain, tiap orang dituntut keterampilan berhubungan atau melakukan pendekatan, keterampilan bertutur kata dengan baik dan benar guna menambah dan memperkaya pengetahuan termasuk kedalamnya membina konsep. Dalam arti masing-masing dituntut keterampilan mencari nara sumber, masyarakat sebagai sumber maupun sumber-sumber tertulis. Jadi prinsipnya mampu untuk melaksanakan kegiatan secara wajar dalam segala hal sangat dituntut keterampilan.
Pelaksanaan jenis-jenis keterampilan di antaranya :
a.         Keterampilan motorik (motor skil)
Hal ini berhubungan dengan memanfaatkan kemampuan tangan kaki, pendengaran, penglihatan dan penciuman. Pekerja kasar dan para atlit banyak menggunakan keterampilan motorik. Keterampilan ini dalam mengembangkanya menuntut latihan yang teratur.
b.         Keterampilan intelektual
adalah bentuk keterampilan yang banyak menggunakan akal, pikiran, dan penalaran, yang termasuk didalam ini ialah keterampilan menanggapi suatu masalah (krisis), kecepatan mencari alternatif pemecahan masalah, mengambil keputusan, keterampilan intelektual ini banyak dilatih melalui pokok atau sub pokok masalah sosial yang dihadapi sehari-hari.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu dalam interaksi untuk memperoleh perubahan tingkah laku dari yang tidak mengerti menjadi mengerti agar mendapatakan suatu ilmu. Menuntut ilmu sangatlah penting bagi setiapmanusia, hal ini disebabkan ilmu akan mengangkat derajat manusia kedalam kehidupan yang lebih baik.
Ilmu yang dimaksud dalam ayat adalah ilmu yang dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain dan tidak merugikan siapapun dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cabang ilmu yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari adalah ilmu pendidikan sosial (IPS).
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran IPS MI dalam kegiatan pembelajaran IPS MI lebih identik dengan kegiatan demonstrasi, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Integrated (terpadu), 2. Interaksi, 3. Kesinambungan dan perubahan, 4. Kooperatif, 5. Konstekstual, 6. Problem solving, 7. Inkuiri, 8. Keterampilan sosial.


[1] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah(Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006) h. 793
[2] H.Karwono dan Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, Jakarta, PT Raja Grafido Persada, 2012, Hal 32
[3] Anunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, 2013, Hal 113
[4] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran ( Mengembangkan Standar Kompetensi Guru), Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2013, Hal 130
[5] Ibid., Hal 132
[6] Anunurrahman, Belajar dan Pembelajaran., Hal 113
[7] Jurnal Pendidikan eprints.radenfatah.ac.id/ di akses pada tanggal 07 Maret 2017 pada pukul 10.30 WIB
Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran IPS di SD/MI Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran IPS di SD/MI Reviewed by asarisolid on 6:33 PM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.