Permasalahan Lingkungan Global

BAB I
PENDAHULUAN



A.           Latar Belakang Masalah
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain.[1]

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka pemakalah merumuskan masalah tentang : “ Permasalahan Lingkungan Global "
C.           Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa saja Permasalahan Lingkungan Global yang Terjadi


BAB II
PEMBAHASAN

A.           PENGERTIAN GLOBALISASI
Kata “globalisasi” di ambil dari kata global yang maknanya ialah universal. Sebagai fenomena baru, globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar defini kerja (working definition) sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negaradi dunia makin terikat satu sama lain. Mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyinggirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat.
Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globlisasi akan membuat seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global.
Anggapan atau jalan pikiran di atas tersebut tidak sepenuhnya benar. Kemajuan teknologi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang tak berguna. John Naisbitt (1988) dalam bukunya yang berjudul Global Paradox ini memperlihatkan hal yang justru bersifat paradoks dari fenomenaglobalisasi. Diamping itua ia mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradoks, yaitu semakin kita menjadi universal, tindakan kita semakin kesukuan, dan berpikir lokal, bertindak global. Hal ini dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan kepaa hal-hal yang bersifat etnis, yang hanya dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia internsional.
Disisi lain ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya nya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-ngara kecil makin tidak berdaya karna tidak mampu bersaing.[2]

B.            CIRI GLOBALISASI
Berikut ini ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
1.    Berubahan dalam konsep ruang dan waktu.perkembangan barang-barang seperti telpon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dan budaya berbeda.
2.    Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantungsebagai akibat dari pertumbuhan perdangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multisional dan dominasi organisasi semacam World Trde Organization (WTO).
3.    Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media masa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olahraga internasional) saat ini kita dapat mengkonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal nyang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
4.    Meningkatkan masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional , inflasi regional, dan lain-lain
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Guidness menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenernya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidak pastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial. Setiap beberapa ratus tahun dalam sejarah manusia, transformasi hebat terjadi dalam beberapa dekade saja, masyarakat telah berubah kembali baik dalam pandangan mengenai dunia, nilai-nilai dasar, struktur politik dan sosial, maupun seni. Lima puluh tahun kemudian muncullah sebuah dunia baru.

C.           TEORI GLOBALISASI
Cochrane dan Pain menegskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoriritis yang dapat dilihat, yaitu:
1.    Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimanaorang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. Meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai kosekuensi terhadap proses tersebut.
a)    Globalisasi positif dan optimisme menanggapi dengan baik perkembang semacam itu menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
b)   Globalisasi psimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenernya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
2.    Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mito semata, atau jika memang ada, terlalu besar-besarkan. Mereka merunjuk bahwa kapitalisme telah menjadi nsebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi , dari produksi dan perdangan kapital.
3.    Para transformasionalis berada diantara para globalisasi dan tradisionalis mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis


D.           SEJARAH GLOBALISASI
Banyak sejarahwan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional . padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa dinunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditulusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai menengenal perdagangan anatara negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagangan dari cina dan india mulai menulusuri negeri lain baik melalui jalan darat. (seperti misalnya, jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di asia dan afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Cina, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia. Membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial, dan budaya Arab kewarga dunia.

E.            GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Globalisasi mempengaruhi hampir semu aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantara aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun prepsi yang dimiliki oleh oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun presepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologi yaitu apa yang terterdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku  seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan.  Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dan kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebabnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia, (sehingga menjadi budaya dunia atau word culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan dari penjelajah Eropa Baat ke berbagai tempat dunia ini (Lucian W. Pye, 1996).
Ciri-ciri perkembangan globalisasi kebudayaan yaitu:
1.      Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional;
2.      Penyebaran prinsip multikebudayaan dan kemudahan akses satu individu terhadap kebudayaan lain diluar kebudayaannya;
3.      Berkembangnya turisme dan pariwisata;
4.      Semakin banyak imigrasi dan suatu negara ke negara laian;
5.      Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain-lain;
6.      Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti piala dunia FIFA.

F.            REAKSI MASYARAKAT
1.    Gerakan Pro-globalisasi
Penduduk globalisasi sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarkat dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling mngutungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah alah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesusai dengan keunggulan kompratif yang dimilikinya. Mislnya Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk camera digital  (mampu mencetak lebih efisien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki keunggulan memiliki komparatif pada produk lainnya.
2.    Gerakan Antiglobalisasi
Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Antiglobalisasi dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencangkup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya. Namun, orang-orang yang dicap “antiglobalisasi” sering menolak istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari senua Gerakan, atau sjumlah istilah lainnya.

G.           GLOBALISASI PEREKONOMIAN
Globalisasi perekonomin merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdangan, dimana negara-negara diseluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi peerekonomian  disatu pihak akan membuka peluang pasar produk dan dalam negeri kepasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar dosmetik.
Thomsom mencatat bahwa kaum globalis mengklaim bahwa saat ini telah terjadi sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dan perekonomian global yang elite dengan adanya kekuasaan pasar dunia.[3]
  
H.           KEBAIKAN GLOBALISASI EKONOMI
1.    Produksi global dapat ditingkatkan
Pandangan ini sesuai dengan teori keuntungan Komperatif dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efisien, output dunia bertambah, dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
2.    Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara
Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dan berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
3.    Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.
4.    Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
5.    Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi melalui invstasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahan domestik ini sering kali memerlukan modal dan bank atau pasar saham. Dana dari luar negeri terutama dan negara-negara maju yang yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
  
1.                  KEBURUKAN GLOBALISASI EKONOMI
1.    Menghambat pertumbuhan sektor industri
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang lebih tinggi untuk memberikan potensi kepada industri yang baru berkembang (infont industru). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
2.    Memperburuk neraca pembayaran
Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara negara tidak mampu bersaing maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globalisasi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.
3.    Sektor keuangan semakin tidak stabil
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah baik dan nialai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kesatabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
4.    Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Apabila hal-hal yang dinyatakan diatas berlaku dalam suatu negara maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk “kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.[4]

J.                  DAMPAK GLOBALISASI PADA EKONOMI DI INDONESIA
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dan globalisasi ekonomi yang terjadi di Indonesia antara lain dalam bentuk seperti berikut:
1.      Globalisasi Produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, insfraktruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
2.      Globalisasi pembiayaan, perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk porfolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (Build-Operate-Transfer) bersama mitra usaha dari manca negara.
3.      Globalisasi tenaga kerja, perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti pengunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas.
4.      Globalisasi jaringan informasi, masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV, radio, media cetak, dan lain-lain. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar keberbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh: KFC, celana jeans levi’s atau hamburger melanda pasar di mana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia baik yang berdomisili di kota ataupun di desa menjadi menuju pada selera global.
5.      Globalisasi perdagangan, hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyerangan tarif serta penghapusan berbagai hambtan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.

K.                ANTIGLOBALISASI
Gerakan antiglobalisasi berkembang pada akhir abad ke-20 untuk melawan globalisasi aktivitas ekonomi korprasi dan perdagangan bebas dengan negara-negara berkembang yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas,tersebut. Para anggota gerakan anti-globalisasi ini biasanya mendukung alternatif-alternatif sosialis atau sosial demokrat terhadap ekonomi kapitalis, dan berusaha melindungi penduduk dunia dan lingkungan hidup dan apa yang mereka yakini sebagai dampak globalisasi yang merusak. Dukungan untuk LSM hak asasi manusia adalah batu penjuru yang lain dan agenda gerakan anti-globalisasi. Mereka mendukung hak-hak buruh, gerakan untuk pelestarian lingkungan hidup, feminisme, kebebasan untuk migrasi, pelestarian budaya masyarakat adat, keanekaragaman hayati, keanekaragaman budaya, keamanan makanan, dan mengakhiri atau memperbaharui kapitalisme. Banyak dari para penentang anti-globalisasi ini adalah veteran dalam kampanye-kampanye dengan tema tunggal, termasuk aktivis anti penebangan liar, upah yang layak, mengorganisasi serikat buruh, dan kampanye anti-pabrik garmen biaya rendah. Meskipun kebanyakan anggota gerakan menganggap kebanyakan atau semua tujuan yang disebut di atas saling melengkapi yang lainnya, sejumlah masalah (dan kadang-kadang masalah yang kontradiktif) telah membangkitkan kritik bahwa gerakan ini tidak memiliki tema perjuangan yang konsisten, utuh atau realistik.
Meskipun para pendukung gerakan ini sering bekerja bersama-sama, gerakan itu sendiri heterogen. Ia mencakup pemahaman yang berbeda-beda dan kadang-kadang malah saling berlawanan tentang proses globalisasi, dan memadukan visi-visi, strategi, dan tatktik alternatif. Banyak dari kelompok dan organisasi ini yang dianggap sebagai bagian dari gerakan ini tidak dibentuk sebagai bagian dari gerakan ini tidak dibentuk sebagai anti-globalisasi, tetapi mempunyai akar dalam berbagai gerakan-gerakan sosial dan politik yang telah ada sebelumnya (kecuali mungkin ATTAC). Pendahulu gerakan anti-globalisasi ini adalah gerakan 1968 di Erofa dan potes melawan perang Vietnam di Amerika Serikat. Gerakan anti-globalisasi seperti yang dikenal sekarang berasal dari bertemunyan berbagai pengalaman politik ini ketika para anggotanya mulai melakukan unjuk rasa bersama pada pertemuan-pertemuan internasional seperti pertemuan WTO 1999 di Seattle atau Pertemuan Puncak Genoa.

L.                 ANTIGLOBALISASI SEBAGAI ANTINEOLIBELARISME
Banyak pihak melihat gerakan ini sebagai tanggapan kritis terhadap pengembangan neoliberalisme, yang secara luas dianggap telah dimulai oleh kebijakan Margaret Thatcher dan Ronald Reagen menuju kapitalisme Lissez Faire pada tingkat global dengan mengembangkan privatisasi ekonomi negara-negara dan melemahkan peraturan perdagangan dan bisnis. Para pengajur neoliberal berpendapat bahwa peningktan perdagangan bebas dan pengurangan sektor publik akan membawa manfaat bagi negara-negara miskin dan kepada orang-orang yang miskin di negara-negara kaya. Kebanyakan pendukung anti-globalissai sangat tidak sependapat, dan menambahkan bahwa kebijakan neoliberal dapat menyebabkan hilangnya kedaulatan lembaga-lembaga demokratis.[5]


M.               PENGARUH GERAKAN ANTIGLOBALISASI
Beberapa tulisan kritis yang berpengaruh telah menghilhami gerakan anti globalisasi. NoLogo, buku karangan wartawan Kanada, Naomi Klein, yang mengkritik praktek produksi perusahaan-perusahaan multinasional dan kehadiran pemasarannya yang didorong oleh merek di mana-mana dalam budaya populer, telah menjadi sebuah “manifesto” dari gerakan ini, menyajikan dalam cara yang sederhana tema-tema yang dengan lebih akurat telah dikembangkan dalam tulisan-tulisan yang lain. Di India, beberapa acuan intelektual dari gerakan ini dapat ditemukan pada tulisan-tulisan Vandhana Shiva, seorang ahli lingkungan hidup dan feminis, yang dalam bukunya Biopiracy mendokumentasikan bagaimana kapital alam masyarakat pribumi dan ecoregion telah diubah ke dalam bentuk-bentuk kapital intelektual, yang kemudian diakui sebagai properti komersial tanpa membagikan manfaat pribadi yang telah diperolehnya dengan asalnya. Penulis Arundhati Roy terkenal dengan aktivitas dan posisi anti nuklirnya menetang proyek bendungan pembangkit tenaga listrik raksasa di India yang disponsori oleh Bank Dunia. Di Perancis majalah bulanan terkenal Le Monde Diplomantique mendukung perjuangan anti-globalissai dan sebuah editorial yang ditulis oleh salah seorang direkturnya, Ignacio Ramonet menghasilkan dasar bagi pembentukan ATTAC.
Ekonomi Global dan Krisis Ekologi
Ada tiga aspek ekonomi global yang dicermati dalam kaitan dengan krisis ekologi. Pertama, persoalan utang luar negeri dalam arus utama globalisasi keuangan dewasa ini mempunyai dampak negatif yang serius bagi kondisi lingkungan hidup di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Kedua, kecenderungan belakangan ini malah semakin kuat mengarah pada digunakannya isu lingkungan hidup sebagai salah satu alat politik dalam interaksi ekonomi dan bisnis global. Ketiga, sepak terjang perusahaan multinasional yang banyak kali menerapkan standar ganda sekaligus menggunakan supertioritas ekonomi dan politik untuk melindungi kepentingan ekonomi dan bisnisnya di negara-negara sedang berkembang menjadi salah satu penyebab utama krisis lingkungan hidup di negara-negara sedang berkembang.

1.      Utang Luar Negeri dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Krisis ekologi yang dialami negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran utang luar negeri dalam keseluruhan pembangunan nasional negara-negara tersebut. Salah satu hal menarik dari fenomena utang luar negeri tersebut adalah bahwa semakin besar utang luar negeri sebuah negara, semakin negara tersebut dilanda krisis ekonomi. Dengan kata lain, semakin dibantu oleh lembaga-lembaga keuangan internasional semacam IMF, semakin parah krisis ekonomi negara tersebut.
2.      Globalisasi Perdagangan
Selain persoalan utang luar negeri, negara-negara sedang berkembang juga menghadapi sebuah persoalan berkaitan dengan globalisasi perdagangan. Saya sendiri tetap membela sistem ekonomi pasar sebagaimana dicetuskan oleh Adam Smith. Sejauh sistem ekonomi pasar berfungsi dengan segala perangkat moralnya sebagaimana dikehendaki oleh Adam Smith, sistem ekonomi pasar memberi peluang bagi negara-negara sedang berkembang untuk ikut mengembangkan dan memajukan ekonomi masing-masing.[6]

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
   Kata “globalisasi” di ambil dari kata global yang maknanya ialah universal. Sebagai fenomena baru, globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar defini kerja (working definition) sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negaradi dunia makin terikat satu sama lain. Mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyinggirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat.
  
DAFTAR PUSTAKA

Sudjoko MS ,Dkk, 2009, Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta : Universitas Terbuka,

Sudjoko, 2008, Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional,

A. Sonny Keraf, 2002, Etika Lingkungan, Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara,

http://libroncom.blogspot.co.id/2016/09/makalah-globalisasi-kata-pengantar.html di akses pada hari senin 03 April 2017 pukul 20.00 WIB



[1] http://libroncom.blogspot.co.id/2016/09/makalah-globalisasi-kata-pengantar.html di akses pada hari senin 03 April 2017 pukul 20.00 WIB
[2]Sudjoko, MS. Dkk, Pendidikan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) hal, 9.3- 9.5
[3]Ibid.,  hal 9.6-9.8
[4] Sudjoko, Pendidikan Lingkungan Hidup, (Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), cet.1. hal.9.13
[5]Ibid., hal. 9.17                        
[6]A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan, (Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara, 2002), cet.1. hal 225
Permasalahan Lingkungan Global Permasalahan Lingkungan Global Reviewed by asarisolid on 7:34 PM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.