BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Globalisasi
adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam
masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi
proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.
Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus
dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan
kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua
puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar
lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah
diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai
sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering
diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai
penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan
hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara
diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan
terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan
jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan
lain-lain.[1]
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah maka pemakalah merumuskan masalah tentang : “ Permasalahan
Lingkungan Global "
C.
Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk mengetahui apa saja Permasalahan Lingkungan Global yang
Terjadi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN GLOBALISASI
Kata
“globalisasi” di ambil dari kata global yang maknanya ialah universal. Sebagai
fenomena baru, globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar
defini kerja (working definition) sehingga tergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, proses sejarah,
atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negaradi dunia makin
terikat satu sama lain. Mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan
ko-eksistensi dengan menyinggirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya
masyarakat.
Mitos
yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globlisasi akan
membuat seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri.
Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau
kekuatan budaya global.
Anggapan
atau jalan pikiran di atas tersebut tidak sepenuhnya benar. Kemajuan teknologi
komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang tak
berguna. John Naisbitt (1988) dalam bukunya yang berjudul Global Paradox ini
memperlihatkan hal yang justru bersifat paradoks dari fenomenaglobalisasi.
Diamping itua ia mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradoks, yaitu
semakin kita menjadi universal, tindakan kita semakin kesukuan, dan berpikir
lokal, bertindak global. Hal ini dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan
kepaa hal-hal yang bersifat etnis, yang hanya dimiliki oleh kelompok atau
masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia internsional.
Disisi
lain ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau
curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah
kapitalisme dalam bentuknya nya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat
dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-ngara kecil makin
tidak berdaya karna tidak mampu bersaing.[2]
B.
CIRI GLOBALISASI
Berikut
ini ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
1.
Berubahan
dalam konsep ruang dan waktu.perkembangan barang-barang seperti telpon genggam,
televisi satelit, dan internet menunjukan bahwa komunikasi global terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dan budaya berbeda.
2.
Pasar
dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantungsebagai akibat dari pertumbuhan perdangan internasional, peningkatan
pengaruh perusahaan multisional dan dominasi organisasi semacam World Trde
Organization (WTO).
3.
Peningkatan
interaksi kultural melalui perkembangan media masa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olahraga internasional) saat ini kita dapat
mengkonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal nyang
melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan
makanan.
4.
Meningkatkan
masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional ,
inflasi regional, dan lain-lain
Kennedy
dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada
globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu.
Guidness menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenernya diri kita
turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang
ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan
ketidak pastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu,
Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial. Setiap
beberapa ratus tahun dalam sejarah manusia, transformasi hebat terjadi dalam
beberapa dekade saja, masyarakat telah berubah kembali baik dalam pandangan
mengenai dunia, nilai-nilai dasar, struktur politik dan sosial, maupun seni.
Lima puluh tahun kemudian muncullah sebuah dunia baru.
C.
TEORI GLOBALISASI
Cochrane
dan Pain menegskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga
posisi teoriritis yang dapat dilihat, yaitu:
1.
Para
globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi nyata terhadap bagaimanaorang dan lembaga di seluruh dunia
berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang
diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. Meskipun demikian, para
globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai kosekuensi terhadap proses
tersebut.
a)
Globalisasi
positif dan optimisme menanggapi dengan baik perkembang semacam itu menyatakan
bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan
bertanggung jawab.
b)
Globalisasi
psimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal
tersebut sebenernya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat)
yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat
sebagai sesuatu yang benar dipermukan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk
kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
2.
Para
tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka
berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mito semata, atau jika memang ada,
terlalu besar-besarkan. Mereka merunjuk bahwa kapitalisme telah menjadi nsebuah
fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat
ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi , dari produksi dan
perdangan kapital.
3.
Para
transformasionalis berada diantara para globalisasi dan tradisionalis mereka
setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para
globalis
D.
SEJARAH GLOBALISASI
Banyak
sejarahwan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang
dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional . padahal interaksi dan
globalisasi dalam hubungan antar bangsa dinunia telah ada sejak berabad-abad
yang lalu. Bila ditulusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia
mulai menengenal perdagangan anatara negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat
itu, para pedagangan dari cina dan india mulai menulusuri negeri lain baik
melalui jalan darat. (seperti misalnya, jalur sutera) maupun jalan laut untuk
berdagang.
Fase
selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di asia dan
afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi
Jepang, Cina, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia. Membentuk jaringan
dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama,
abjad, arsitek, nilai sosial, dan budaya Arab kewarga dunia.
E.
GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Globalisasi
mempengaruhi hampir semu aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantara aspek
budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut
oleh masyarakat ataupun prepsi yang dimiliki oleh oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun presepsi berkaitan dengan
aspek-aspek kejiwaan/psikologi yaitu apa yang terterdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat
dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan
penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dan kebudayaan.
Globalisasi
sebagai sebuah gejala tersebabnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh
dunia, (sehingga menjadi budaya dunia atau word culture) telah terlihat
semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri
dari perjalanan dari penjelajah Eropa Baat ke berbagai tempat dunia ini (Lucian
W. Pye, 1996).
Ciri-ciri
perkembangan globalisasi kebudayaan yaitu:
1.
Berkembangnya
pertukaran kebudayaan internasional;
2.
Penyebaran
prinsip multikebudayaan dan kemudahan akses satu individu terhadap kebudayaan
lain diluar kebudayaannya;
3.
Berkembangnya
turisme dan pariwisata;
4.
Semakin
banyak imigrasi dan suatu negara ke negara laian;
5.
Berkembangnya
mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain-lain;
6.
Bertambah
banyaknya event-event berskala global, seperti piala dunia FIFA.
F.
REAKSI MASYARAKAT
1.
Gerakan
Pro-globalisasi
Penduduk
globalisasi sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa
globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarkat
dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif. Teori ini menyatakan
bahwa suatu negara dengan dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling
mngutungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah alah satu
bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat
melakukan transaksi pertukaran sesusai dengan keunggulan kompratif yang
dimilikinya. Mislnya Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk camera
digital (mampu mencetak lebih efisien
dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki keunggulan memiliki komparatif
pada produk lainnya.
2.
Gerakan
Antiglobalisasi
Antiglobalisasi
adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis
orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan
lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO).
Antiglobalisasi
dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya
menganggapnya sebagai istilah umum yang mencangkup sejumlah gerakan sosial yang
berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan
terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka
mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan
banyak lagi penyebab-penyebab lainnya. Namun, orang-orang yang dicap
“antiglobalisasi” sering menolak istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut
diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari senua Gerakan, atau
sjumlah istilah lainnya.
G.
GLOBALISASI PEREKONOMIAN
Globalisasi
perekonomin merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdangan, dimana
negara-negara diseluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin
terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi
perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap
arus modal, barang dan jasa.
Ketika
globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan
keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan
semakin erat. Globalisasi peerekonomian
disatu pihak akan membuka peluang pasar produk dan dalam negeri kepasar
internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya
produk-produk global ke dalam pasar dosmetik.
Thomsom
mencatat bahwa kaum globalis mengklaim bahwa saat ini telah terjadi sebuah
intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional.
Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dan
perekonomian global yang elite dengan adanya kekuasaan pasar dunia.[3]
H.
KEBAIKAN GLOBALISASI EKONOMI
1.
Produksi
global dapat ditingkatkan
Pandangan ini
sesuai dengan teori keuntungan Komperatif dari David Ricardo. Melalui
spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan
dengan lebih efisien, output dunia bertambah, dan masyarakat akan memperoleh
keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang
meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
2.
Meningkatkan
kemakmuran masyarakat dalam suatu negara
Perdagangan
yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dan berbagai negara mengimpor lebih
banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan
barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
3.
Meluaskan
pasar untuk produk dalam negeri
Perdagangan
luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang
jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.
4.
Dapat
memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat
diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara
berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga
terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
5.
Menyediakan
dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Pembangunan
sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh
perusahaan asing, tetapi melalui invstasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta
domestik. Perusahan domestik ini sering kali memerlukan modal dan bank atau
pasar saham. Dana dari luar negeri terutama dan negara-negara maju yang yang
memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan
modal yang dibutuhkan tersebut.
1.
KEBURUKAN GLOBALISASI EKONOMI
1.
Menghambat
pertumbuhan sektor industri
Salah satu efek
dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih
bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi
menggunakan tarif yang lebih tinggi untuk memberikan potensi kepada industri
yang baru berkembang (infont industru). Dengan demikian, perdagangan luar
negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk
memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan
kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin
meningkat.
2.
Memperburuk
neraca pembayaran
Globalisasi
cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara
negara tidak mampu bersaing maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat
memburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globalisasi terhadap
neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar
negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak
menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri
semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap
neraca pembayaran.
3.
Sektor
keuangan semakin tidak stabil
Salah satu efek
penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang
semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke
pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk,
neraca pembayaran bertambah baik dan nialai uang akan bertambah baik.
Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri
akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk
dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini
dapat menimbulkan efek buruk kepada kesatabilan kegiatan ekonomi secara
keseluruhan.
4.
Memperburuk
prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Apabila hal-hal
yang dinyatakan diatas berlaku dalam suatu negara maka dalam jangka pendek
pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang yang seperti
ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan
kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran
tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila
globalisasi menimbulkan efek buruk “kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka
panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan
masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.[4]
J.
DAMPAK GLOBALISASI PADA EKONOMI DI INDONESIA
Menurut
Tanri Abeng, perwujudan nyata dan globalisasi ekonomi yang terjadi di Indonesia
antara lain dalam bentuk seperti berikut:
1.
Globalisasi
Produksi, di mana perusahaan berproduksi di
berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal
ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah,
insfraktruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang
kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
2.
Globalisasi
pembiayaan, perusahaan global mempunyai akses
untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk porfolio
ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam
memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas
jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (Build-Operate-Transfer)
bersama mitra usaha dari manca negara.
3.
Globalisasi
tenaga kerja, perusahaan
global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya,
seperti pengunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah
memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari
negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin
mudah dan bebas.
4.
Globalisasi
jaringan informasi, masyarakat
suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di
dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV, radio, media cetak,
dan lain-lain. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu
meluasnya pasar keberbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai
contoh: KFC, celana jeans levi’s atau hamburger melanda pasar di mana-mana. Akibatnya
selera masyarakat dunia baik yang berdomisili di kota ataupun di desa menjadi
menuju pada selera global.
5.
Globalisasi
perdagangan, hal ini
terwujud dalam bentuk penurunan dan penyerangan tarif serta penghapusan
berbagai hambtan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan
persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.
K.
ANTIGLOBALISASI
Gerakan
antiglobalisasi berkembang pada akhir abad ke-20 untuk melawan globalisasi
aktivitas ekonomi korprasi dan perdagangan bebas dengan negara-negara berkembang
yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas,tersebut. Para anggota gerakan
anti-globalisasi ini biasanya mendukung alternatif-alternatif sosialis atau
sosial demokrat terhadap ekonomi kapitalis, dan berusaha melindungi penduduk
dunia dan lingkungan hidup dan apa yang mereka yakini sebagai dampak
globalisasi yang merusak. Dukungan untuk LSM hak asasi manusia adalah batu
penjuru yang lain dan agenda gerakan anti-globalisasi. Mereka mendukung hak-hak
buruh, gerakan untuk pelestarian lingkungan hidup, feminisme, kebebasan untuk
migrasi, pelestarian budaya masyarakat adat, keanekaragaman hayati,
keanekaragaman budaya, keamanan makanan, dan mengakhiri atau memperbaharui
kapitalisme. Banyak dari para penentang anti-globalisasi ini adalah veteran
dalam kampanye-kampanye dengan tema tunggal, termasuk aktivis anti penebangan
liar, upah yang layak, mengorganisasi serikat buruh, dan kampanye anti-pabrik
garmen biaya rendah. Meskipun kebanyakan anggota gerakan menganggap kebanyakan
atau semua tujuan yang disebut di atas saling melengkapi yang lainnya, sejumlah
masalah (dan kadang-kadang masalah yang kontradiktif) telah membangkitkan
kritik bahwa gerakan ini tidak memiliki tema perjuangan yang konsisten, utuh
atau realistik.
Meskipun
para pendukung gerakan ini sering bekerja bersama-sama, gerakan itu sendiri
heterogen. Ia mencakup pemahaman yang berbeda-beda dan kadang-kadang malah
saling berlawanan tentang proses globalisasi, dan memadukan visi-visi,
strategi, dan tatktik alternatif. Banyak dari kelompok dan organisasi ini yang
dianggap sebagai bagian dari gerakan ini tidak dibentuk sebagai bagian dari
gerakan ini tidak dibentuk sebagai anti-globalisasi, tetapi mempunyai akar
dalam berbagai gerakan-gerakan sosial dan politik yang telah ada sebelumnya
(kecuali mungkin ATTAC). Pendahulu gerakan anti-globalisasi ini adalah gerakan
1968 di Erofa dan potes melawan perang Vietnam di Amerika Serikat. Gerakan
anti-globalisasi seperti yang dikenal sekarang berasal dari bertemunyan
berbagai pengalaman politik ini ketika para anggotanya mulai melakukan unjuk
rasa bersama pada pertemuan-pertemuan internasional seperti pertemuan WTO 1999
di Seattle atau Pertemuan Puncak Genoa.
L.
ANTIGLOBALISASI SEBAGAI ANTINEOLIBELARISME
Banyak
pihak melihat gerakan ini sebagai tanggapan kritis terhadap pengembangan
neoliberalisme, yang secara luas dianggap telah dimulai oleh kebijakan Margaret
Thatcher dan Ronald Reagen menuju kapitalisme Lissez Faire pada tingkat
global dengan mengembangkan privatisasi ekonomi negara-negara dan melemahkan
peraturan perdagangan dan bisnis. Para pengajur neoliberal berpendapat bahwa
peningktan perdagangan bebas dan pengurangan sektor publik akan membawa manfaat
bagi negara-negara miskin dan kepada orang-orang yang miskin di negara-negara
kaya. Kebanyakan pendukung anti-globalissai sangat tidak sependapat, dan
menambahkan bahwa kebijakan neoliberal dapat menyebabkan hilangnya kedaulatan
lembaga-lembaga demokratis.[5]
M.
PENGARUH GERAKAN ANTIGLOBALISASI
Beberapa
tulisan kritis yang berpengaruh telah menghilhami gerakan anti globalisasi. NoLogo,
buku karangan wartawan Kanada, Naomi Klein, yang mengkritik praktek produksi
perusahaan-perusahaan multinasional dan kehadiran pemasarannya yang didorong
oleh merek di mana-mana dalam budaya populer, telah menjadi sebuah “manifesto”
dari gerakan ini, menyajikan dalam cara yang sederhana tema-tema yang dengan
lebih akurat telah dikembangkan dalam tulisan-tulisan yang lain. Di India,
beberapa acuan intelektual dari gerakan ini dapat ditemukan pada
tulisan-tulisan Vandhana Shiva, seorang ahli lingkungan hidup dan feminis, yang
dalam bukunya Biopiracy mendokumentasikan bagaimana kapital alam
masyarakat pribumi dan ecoregion telah diubah ke dalam bentuk-bentuk
kapital intelektual, yang kemudian diakui sebagai properti komersial tanpa
membagikan manfaat pribadi yang telah diperolehnya dengan asalnya. Penulis
Arundhati Roy terkenal dengan aktivitas dan posisi anti nuklirnya menetang
proyek bendungan pembangkit tenaga listrik raksasa di India yang disponsori
oleh Bank Dunia. Di Perancis majalah bulanan terkenal Le Monde Diplomantique
mendukung perjuangan anti-globalissai dan sebuah editorial yang ditulis oleh
salah seorang direkturnya, Ignacio Ramonet menghasilkan dasar bagi pembentukan
ATTAC.
Ekonomi Global
dan Krisis Ekologi
Ada
tiga aspek ekonomi global yang dicermati dalam kaitan dengan krisis ekologi.
Pertama, persoalan utang luar negeri dalam arus utama globalisasi keuangan
dewasa ini mempunyai dampak negatif yang serius bagi kondisi lingkungan hidup
di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Kedua, kecenderungan
belakangan ini malah semakin kuat mengarah pada digunakannya isu lingkungan
hidup sebagai salah satu alat politik dalam interaksi ekonomi dan bisnis
global. Ketiga, sepak terjang perusahaan multinasional yang banyak kali
menerapkan standar ganda sekaligus menggunakan supertioritas ekonomi dan
politik untuk melindungi kepentingan ekonomi dan bisnisnya di negara-negara
sedang berkembang menjadi salah satu penyebab utama krisis lingkungan hidup di
negara-negara sedang berkembang.
1.
Utang
Luar Negeri dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Krisis ekologi yang dialami negara-negara sedang berkembang,
termasuk Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran utang luar negeri dalam
keseluruhan pembangunan nasional negara-negara tersebut. Salah satu hal menarik
dari fenomena utang luar negeri tersebut adalah bahwa semakin besar utang luar
negeri sebuah negara, semakin negara tersebut dilanda krisis ekonomi. Dengan
kata lain, semakin dibantu oleh lembaga-lembaga keuangan internasional semacam
IMF, semakin parah krisis ekonomi negara tersebut.
2.
Globalisasi
Perdagangan
Selain
persoalan utang luar negeri, negara-negara sedang berkembang juga menghadapi
sebuah persoalan berkaitan dengan globalisasi perdagangan. Saya sendiri tetap
membela sistem ekonomi pasar sebagaimana dicetuskan oleh Adam Smith. Sejauh
sistem ekonomi pasar berfungsi dengan segala perangkat moralnya sebagaimana
dikehendaki oleh Adam Smith, sistem ekonomi pasar memberi peluang bagi
negara-negara sedang berkembang untuk ikut mengembangkan dan memajukan ekonomi
masing-masing.[6]
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Kata
“globalisasi” di ambil dari kata global yang maknanya ialah universal. Sebagai
fenomena baru, globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar
defini kerja (working definition) sehingga tergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, proses sejarah,
atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negaradi dunia makin
terikat satu sama lain. Mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan
ko-eksistensi dengan menyinggirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya
masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudjoko MS ,Dkk, 2009, Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta :
Universitas Terbuka,
Sudjoko, 2008, Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional,
A. Sonny Keraf, 2002, Etika Lingkungan, Jakarta : PT. Kompas
Media Nusantara,
http://libroncom.blogspot.co.id/2016/09/makalah-globalisasi-kata-pengantar.html
di akses pada hari senin 03 April 2017 pukul 20.00 WIB
[1]
http://libroncom.blogspot.co.id/2016/09/makalah-globalisasi-kata-pengantar.html
di akses pada hari senin 03 April 2017 pukul 20.00 WIB
[2]Sudjoko, MS.
Dkk, Pendidikan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009)
hal, 9.3- 9.5
[3]Ibid., hal 9.6-9.8
[4] Sudjoko, Pendidikan
Lingkungan Hidup, (Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), cet.1.
hal.9.13
[6]A. Sonny Keraf,
Etika Lingkungan, (Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara, 2002), cet.1.
hal 225
Permasalahan Lingkungan Global
Reviewed by asarisolid
on
7:34 PM
Rating:
No comments: