BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Musik tradisional adalah
musik atau seni suara yang berasal dari berbagai daerah, dalam hal ini di
Indonesia. Musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di suatu
daerah tertentu dan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Musik ini menggunakan bahasa, gaya, dan tradisi khas
daerah setempat.
Musik daerah
atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah- daerah
di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini teletak pada isi lagu dan
instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yakni
syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Indonesia
adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua
hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya tersebut
lahir, tumbuh dan berkembang. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri,
media ekspresi dari masyarakat pendukungnya.
Hampir
diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas.
Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun
bentuk/organologi instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia
mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter
khas orang/masyarakat Indonesia, yaitu ramah dan sopan. Namun berhubung dengan
perjalanan waktu dan semakin ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut,
karekter kita semakin berubah dari sifat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kebersamaan menjadi individual/egoistis. begitu banyaknya seni tradisi yang
dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di
golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik
dan gesek.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah asal mulanya kota Riau?
2. Bagaimana
sejarah dan perkembangan alat musik tradisional di Riau ?
3. Apa
saja ciri khas dari berbagai kebudayaan Riau ?
4. Laporan
hasil aransemen beserta kendala dalam proses pembuatan aransemen tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui sejarah asal mulanya terbentuk Provinsi Riau.
2. Untuk
mengetahui sejarah dan perkembangan alat musik tradisional di Provinsi Riau.
3. Untuk
mengetahui berbagai ciri khas dari kebudayaan Riau.
4. Untuk
mengetahui hasil aransemen beserta kendala nya dalam proses pembuatan
aransemen.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Proses
Pembelajaran Pendidikan Seni dari Lingkungan
Lingkungan memberi pengaruh besar dalam mengembangkan pendidikan seni.
Lingkngan merupakan proses pembelajaran secara langsung dan nyata. Sistem
pembelajaran pendidikan seni ini dapat secara langsung mengetahui, memeahami,
menganalisa, dan menginterprestasikan bentuk-bentuk atau wujud-wujud dunia dan alam semesta.
Lingkungan merupakan salah satu pergaulan hidup manusia dalam mencari
pengetahuan. Manusia belajar dari lingkungan untuk mengenal karakter, sifat-sifat,
dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Lingkungan memberi pengetahuan yang
begitu luas dan tak terbatas. Pada dasarnya semua seni mendapatkan dan
mengambil inspirasi dari lingkungan. Lingkungan membawa pengaruh bagi kalangan
seniman dan public seni dalam meningkatkan kreatifitas dan ilmu pengetahuan
mereka dalam dunia seni.[1]
B.
Sejarah
Asal Mula Terbentuk Nya Provinsi Riau
Sejarah dan Budaya Asli Pekanbaru –
Kota Pekanbaru, siapa yang tak kenal dengan Pekanbaru saat ini? Pekanbaru
merupakan ibukota Provinsi Riau yang oleh masyarakat Indonesia dikenal dengan
hasil buminya yang melimpah dan daerah yang kental akan tradisi nilai-nilai
kemelayuannya. Keberadaan Kota Pekanbaru yang ramai dan maju inipun menyimpan
sejarah dan cerita tersendiri bagi masyarakat Riau. Ada dua versi mengenai
asal-mula kota ini yaitu versi sejarah dan versi cerita rakyat.[2]
Menurut versi sejarah, pada masa
silam kota ini hanya berupa dusun kecil yang dikenal dengan sebutan Dusun
Senapelan, yang dikepalai oleh seorang Batin (kepala dusun). Dalam
perkembangannya, Dusun Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang
kemudian disebut Dusun Payung Sekaki, yang terletak di tepi Muara Sungai Siak.
Perkembangan Dusun Senapelan ini erat kaitannya dengan perkembangan Kerajaan Siak
Sri Indrapura. Pada masa itu, raja Siak Sri Indrapura yang keempat, Sultan
Abdul Jalil Alamuddin Syah, bergelar Tengku Alam (1766-1780 M.), menetap di
Senapelan, yang kemudian membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan
Dusun Senapelan (di sekitar Mesjid Raya Pekanbaru sekarang). Tidak berapa lama
menetap di sana, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah kemudian membangun sebuah
pekan (pasar) di Senapelan, tetapi pekan itu tidak berkembang. Usaha yang telah
dirintisnya tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya, Raja Muda Muhammad Ali
di tempat baru yaitu di sekitar pelabuhan sekarang.
Selanjutnya, pada hari Selasa
tanggal 21 Rajab 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M., berdasarkan musyawarah
datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri
Senapelan diganti namanya menjadi Pekan Baharu. Sejak saat itu, setiap tanggal
23 Juni ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pekanbaru. Mulai saat itu pula,
sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer dengan sebutan Pekan
Baharu. Sejalan dengan perkembangannya, kini Pekan Baharu lebih populer disebut
dengan sebutan Kota Pekanbaru, dan oleh pemerintah daerah ditetapkan sebagai
ibukota Provinsi Riau.
Jauh sebelum Sultan Abdul Djalil
Alamuddin Syah, putra Sultan Abdul Djalil Rahmat Syah memindahkan pusat
pemerintahan Kerajaan Siak dari Sungai Mempura ke Senapelan pada 1763 Masehi,
Petapahan dan Teratak Buluh juga menjadi pusat perdagangan yang cukup ramai
pada saat itu. Kedua daerah ini tempat berkumpulnya para pedagang dari
pedalaman Sumatera membawa hasil pertanian, hasil hutan, dan hasil tambang.
Oleh para pedagang, hasil pertanian,
hasil hutan dan hasil tambang tersebut mereka bawa ke Singapura dan Malaka
mengunakan perahu. Untuk jalur perdagangan Sungai Kampar, pusat perdagangannya
terletak di Teratak Buluh. Sedangkan pusat perdagangan jalur Sungai Siak
terletak di Petapahan. Perdagangan jalur Sungai Kampar kondisinya kurang aman,
perahu pedagang sering hancur dan karam dihantam gelombang (Bono) di Kuala
Kampar dan sering juga terjadi perampokan yang dilakukan oleh para lanun.
Sedangkan Sungai Siak termasuk jalur perdagangan yang cukup aman.
Senapelan ketika itu hanya sebuah
dusun kecil yang letaknya di kuala Sungai Pelan, hanya dihuni oleh dua atau
tiga buah rumah saja (sekarang tepatnya di bawah Jembatan Siak I). Pada saat
itu di sepanjang Sungai Siak, mulai dari Kuala Tapung sampai ke Kuala Sungai
Siak (Sungai Apit) sudah ada kehidupan, hanya pada saat itu rumah-rumah
penduduk jaraknya sangat berjauhan dari satu rumah ke rumah lainnya. Ketika itu
belum ada tradisi dan kebudayaan, yang ada hanya bahasa, sebagai alat
komunikasi bagi orang-orang yang tinggal di pinggir Sungai Siak.
Bahasa sehari-hari yang mereka pakai
adalah bahasa Siak, bahasa Gasib, bahasa Perawang dan bahasa Tapung, karena
orang-orang inilah yang lalu-lalang melintasi Sungai Siak. Pada saat itu
pengaruh bahasa Minang, bahasa Pangkalan Kota Baru dan bahasa Kampar belum
masuk ke dalam bahasa orang-orang yang hidup di sepanjang Sungai Siak.
Setelah Sultan Abdul Djalil Alamuddin
Syah memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Siak dari Sungai Mempura ke
Senapelan, pembesar-pembesar kerajaan serta orang-orang dalam kerajaan serta
keluarganya ikut pindah ke Senapelan. Dan pada saat itulah tradisi serta
budaya, bahasa sehari-hari terbawa pindah ke Senapelan.
Di Senapelan, sultan membangun
istana (istana tersebut tidak terlihat lagi karena terbuat dari kayu). Sultan
juga membangun masjid, masjid tersebut berukuran kecil, terbuat dari kayu,
makanya masjid tersebut tidak bisa kita lihat lagi sekarang ini. Dari dasar
masjid inilah menjadi cikal bakal Masjid Raya Pekanbaru di Pasar Bawah sekarang
ini.
Sultan juga membangun jalan raya
tembus dari Senapelan ke Teratak Buluh. Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah
membangun pasar, yang aktivitasnya hanya sepekan sekali. Belum sempat Senapelan
berkembang, Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah wafat pada 1765 masehi dan
dimakamkan di samping Masjid Raya Pekanbaru, sekarang dengan gelar Marhum
Bukit.
Pasar pekan dilanjutkan oleh
putranya Raja Muda Muhammad Ali yang dibantu oleh ponakannya Said Ali (Anak
Said Usman). Di masa Raja Muda Muhammad Ali inilah Senapelan mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Pasar yang dibangun yang pelaksanaannya hanya sekali sepekan
melahirkan kata Pekanbaru. Pekan (berarti pasar sekali sepekan). Baru (baru
dibangun saat itu). Saat itulah nama Senapelan lama kelamaan semakin
menghilang, orang lebih banyak menyebut Pekanbaru.
Setelah Pekanbaru menjadi ramai maka
muncullah para pendatang dari pelosok negeri mulai dari Minang Kabau, Pangkalan
Kota baru, Kampar, Taluk Kuantan, Pasir Pengaraian, dan lain-lain. Awalnya
mereka berdagang, lama kelamaan mereka menetap. Dengan menetapnya para pedagang
tersebut di Pekanbaru lalu mereka melahirkan generasi (anak, cucu, cicit). Anak,
cucu, dan cicit tersebut menjadi orang Pekanbaru. Masing-masing pedagang yang
datang dan menetap di Pekanbaru membawa bahasa serta tradisi dari asal daerah
mereka masing-masing. Lalu mereka wariskan kepada anak cucu dan cicit mereka.
Dari situlah mulai kaburnya bahasa, tradisi asli Pekanbaru yang berasal dari
Kerajaan Siak.
Kalau ingin tahu lebih jelas lagi
mengenai sejarah, bahasa serta tradisi asli Pekanbaru, tanyakan kepada
orang-orang Pekanbaru yang nenek moyang mereka berasal dari Siak, atau nenek moyang
mereka orang-orang yang hidup di dalam lingkungan Kerajaan Siak. Mustahil para
pedagang yang datang dan menetap di Pekanbaru menceritakan kepada anak cucu
mereka tentang sejarah dan tradisi Pekanbaru.
Yang pasti mereka tanamkan ke dalam
pikiran anak cucu mereka bagaimana cara berdagang yang baik dan sukses. Dalam
hal ini peran Lembaga Adat Kota Pekanbaru sangat penting sekali, untuk
meluruskan dan menjelaskan sejarah dan tradisi asli Pekanbaru. Maka dari itu
pengurus Lembaga Adat Kota Pekanbaru mau tak mau harus tahu sejarah serta adat
istiadat asli Pekanbaru. Karena Lembaga Adat tempat orang minta petunjuk, minta
pendapat dan minta petuah.
C. Lagu Tradisional Beserta Alat Musik
Tradisional Provinsi Riau
Pendidikan seni disetiap daerah memiliki
kebudayaan dan ciri khas tersendiri, Pendidikan seni di lingkungan bersifat
alamiah, terbuka, bahan dan sumber yang dipelajari mencakup keseluruhan aspek
kehidupan dan semua sumber yang ada di lingkungan mereka.
Proses pembelajaran pendidikan seni dari
lingkungan menghasilkan karya seni beraneka ragam bentuk dan coraknya.[3]
Macam-macam
lagu dari riau:
1.
Lancang Kuning
2.
Langgam melayu
3.
Soleram
4.
Zapin laksmana raja di laut
5.
Zapin pantai solop
Kelompok kami memilih lagu soleram
dari bermacam-macam lagu diatas. Berikut ini merupakan lirik lagu Soleram
Soleram
soleram
Soleram anak yang manis
Anak manis janganlah dicium, sayang,
Kalau dicium merahlah pipinya
Soleram anak yang manis
Anak manis janganlah dicium, sayang,
Kalau dicium merahlah pipinya
Soleram
soleram
Soleram anak yang manis
Soleram anak yang manis
Anak
manis janganlah dicium, sayang,
Kalau dicium merahlah pipinya
Kalau dicium merahlah pipinya
Satu
dua tiga dan empat
Lima enam tujuh delapan
Kalau tuan punya kawan baru, sayang,
Kawan lama, dilupakan jangan
Lima enam tujuh delapan
Kalau tuan punya kawan baru, sayang,
Kawan lama, dilupakan jangan
Penggalan
lirik lagu Soleram yang mengamanatkan kepada anak-anak yang hendak tidur.
Amanat untuk menjaga kehormatannya. Amanat untuk menjaga harga dirinya. Amanat
untuk mempertahankan malu sebagai budayanya.[4]
Sebagaimana firman Allah SWT: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An-Nur: 30). Ayat di atas merupakan
antisipasi agar muda-mudi tidak terjerumus ke dalam paham-paham keduniaan yang
menghalalkan segala perbuatan tercela dan merusak pikiran generasi muda.
Selain membudayakan
malu, Soleram juga memiliki lirik yang mendidik untuk senantiasa menyambung
tali persaudaraan dan menghindari perpecahan. Agama Islam mengamini petuah
tersebut di dalam beberapa hadits: “Barang siapa yang ingin diluaskan
rezekinya atau dikenang bekasnya (perjuangan atau jasanya), maka hendaklah ia
menghubungkan silaturahmi.” (H. R. Muslim)
“Barang siapa yang senang dipanjangkan
umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka
hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi.” (HR
Imam Bazar, Imam Hakim)
1.
Gambus
Gambus adalah
salah satu alat musik tradisional dari Riau yang bentuknya mirip dengan gitar, namun memiliki
bentuk yang mirip dengan buah labu dibagi dua. Alat musik Gambus merupakan
jenis alat musik petik yang memilik jumlah senar antara 3- 12 buah.
Alat
musik petik dari Riau ini dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu melayu atau
timur tengah. Sebuah grup musik dengan alat musik gambus sebagai alat musik utama
sering dinamakan sebagai orkes gambus.Cara memakai alat musik gambus yaitu
dengan dipetik dan sama cara memakainya dengan alat musik gitar.
Orkes
gambus mengiringi tari Zapin yang seluruhnya dibawakan pria untuk tari
pergaulan. Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah. Sedangkan tema liriknya
adalah keagamaan.
2.
Rebana
Rebana adalah sebuah
alat musik pukul yang terbuat dari kayu dengan salah satu sisinya ditutup
menggunakan kulit kayu. Alat musik tradisional asal Riau ini
umumnya berbentuk bulat pipih dengan berbagai ukuran dari yang besar sampai
kecil. Rebana biasa digunakan untuk mengiringi nyanyian dan tarian rakyat. Alat
musik rebana ini sangat terkenal sejak zaman kerajaan Melayu Kuno yang sering
digunakan saat upacara pernikahan.
3.
Nafiri
Nafiri
adalah alat musik tiup yang berasal dari Provinsi Riau. Alat musik tiup yang
mirip dengan terompet ini memiliki fungsi sebagai berikut :
- Pengiring
tarian tradisional, tari Inai, tari Jinugroho dan tari Olang.
- Sebagai
alat musik yang utama di dalam musik robat yang merupakan musik yang
dimainkan di lingkungan masyarakat.
- Sebagai
melodi yang digunakan untuk menentukan gerakan-gerakan silat.
- Untuk
penobatan raja-raja ketika Riau masih berbentuk kerajaan-kerajaan serta
bangsawan.
- Tanda
terhadap terjadinya peperangan, bencana, dan kematian.
- Alat
yang digunakan sebagai penanda spiritual untuk memanggil dewa, roh, atau
arwah nenek moyang.
Selain
diperguankan sebagai alat musik tradisional, nafiri juga dipergunakan sebagai
alat komunikasi masyarakat melayu, terutama untuk memberitahukan tentang adanya
bencana, dan berita tentang kematian. Pada jaman kerajaan dahulu, bahkan nafiri
mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu dipakai pada acara penobatan raja.[5]
Terbuat
dari kayu yang berukuran 25 sampai 45 centimeter. Antara batang dengan dan
tempat tiupnya diberi batas yang terbuat dari tempurung kelapa. Nafiri
menggunakan semacam lidah yang terbelah dua terbuat dari daun kelapa yang muda
atau ruas bambu yang sudah kering. Lidah tersebutlah yang disebut dengan vibrator
yang akan mengeluarkan suara atau bunyi-bunyian. Lubang jari ada tiga buah yang
besarnya kira-kira sebesar biji jagung untuk mengatur tinggi rendahnya nada.
Pada bagian pangkalnya diberi sambungan berbentuk seperti bujur telur yang
terpotong dan berongga untuk membuat volume yang dikeluarkan lebih besar. Musik
yang dikeluarkan terdengar seperti meronta-ronta daripada melodi yang jelas
untuk didengar.
4. Marwas Dan
Gendang
Gendang
dan Marwas adalah instrumen musik dari Riau yang salah satu fungsi utamanya
mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu.
Ada
berbagai jenis Gendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut
gendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama gendang gedhe
biasa disebut gendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing
yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang
irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran,
ladrang irama tanggung.
Sedangkan
marwas sendiri merupakan alat musik tradisional yang lebih kecil dari gendang.
Terbuat dari kulit kembing, kayu cempedak atau kayu nangka dan rotan sebagai
pengikat. Marwas merupakan salah satu alat musik tradisional untuk mengiringi
tarian Zapin.
Demikian 4 alat musik tradisional dari Riau. Walaupun di masyarakat Riau
juga banyak dikenal alat-alat musik tradisional lainya seperti gong, kompang
dan kordeon, namun alat musik tradisional tersebut dapat dicari dalam artikel
alat musik tradisional dari provinsi lainnya.
D.
Pakaian Adat Tradisional Melayu Riau
1.
Pakaian
Harian
Pakaian harian merupakan sandang
yang dikenakan dalam aktivitas sehari-hari. Berdasarkan jenjang usia pemakai,
pakaian harian dapat dibedakan menjadi pakaian anak-anak, pakaian dewasa, dan
pakaian orang tua. Pakaian untuk anak laki-laki yang masih kecil disebut baju
monyet. Sedangkan bagi anak perempuan yang belum dewasa mengenakan baju kurung
yang selaras dengan kain bermotif bunga atau satu warna dengan kain tersebut. Baju
anak laki-laki dewasa disebut Baju Kurung Cekak Musang, yang dilengkapi dengan
samping berupa sarung perekat dan kopiah atau ikat kepala. Sedangkan perempuan
memakai Baju Kurung Laboh, Baju Kebaya Pendek, dan Baju Kurung Tulang Belut Pakaian
orang tua (laki-laki) setengah baya adalah Baju Kurung Teluk atau Baju Kurung
Cekak Musang, yang biasanya terbuat dari kain katun atau kain lejo.
2.
Pakaian
Resmi
Pakaian resmi untuk laki-laki adalah
Baju Kurung Cekak Musang lengkap dengan kopiah, kain samping yang terbuat
dari kain tenun Siak, Indragiri, Daik, dan daerah-daerah lainnya di Riau. Pakaian
resmi untuk perempuan dewasa adalah Kebaya Laboh dan Baju Kurung Cekak Musang.
3.
Pakaian
Upacara Perkawinan
Baju pengantin laki-laki Melayu Riau
adalah Baju Kurung Cekak Musang atau Baju Kurung Teluk Belanga. Selain Baju
Kurung Cekak Musang, busana pengantin laki-laki adalah kain samping bermotif
serupa dengan celana dan baju, distar berbentuk mahkota dipakai di kepala, sebai
warna kuning di bahu kiri, rantai panjang berbelit dua yang dikalungkan di
leher, canggai yang dipakai di kelingking, sepat runcing di bagian
depan, dan keris hulu burung serindit pendek yang diselipkan di sebela kiri.
Sementara busana yang dikenakan
perempuan berbeda-beda, tergantung pada jenis upacara adatnya. Pengantin
perempuan dalam upacara Malam Berinai memakai Baju Kurung Teluk Belanga.
Sedangkan pada upacara Barandam, pengantin perempuan memakai Baju Kurung Kebaya
atau Kebaya Pendek. Kepala hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan
bunga-bunga. Pakaian pengantin perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju
Kebaya Laboh atau Baju Kurung teluk. Kemudian, untuk pakaian pada waktu upacara
Bersanding adalah Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga.
E.
Rumah Adat
Tradisional Melayu Riau
1. Balai Salaso Jatuh (Rumah Adat Selaso Jatuh
Kembar)
Balai salaso jatuh disebut juga rumah adat Selaso Jatuh Kembar merupakan
bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan
untuk musyawarah atau rapat secara adat. Ciri - ciri Balai Salaso Jatuh
mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah,
karena itu dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunan baik rumah adat maupun balai
adat diberi hiasan terutama berupa ukiran.
Puncak atap selalu ada hiasan kayu yang mencuat keatas bersilangan dan
biasanya hiasan ini diberi ukiran yang disebut Salembayung atau Sulobuyung yang
mengandung makna pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Rumah Melayu Atap Limas Potong
Limas Potong adalah salah satu bentuk rumah tradisional masyarakat melayu
Riau Kepulauan. Rumah Limas Potong berbentuk rumah panggung, sebagaimana rumah
tradisional di Sumatra pada umumnya. Tingginya sekitar 1,5 meter dari atas
permukaan tanah. Dinding rumah terbuat dari susunan papan warna coklat,
sementara atapnya berupa seng warna merah. Kusen pintu, jendela serta pilar
anjungan depan rumah dicat minyak warna putih.
F.
Tarian
Provinsi Riau
1.
Tari Makan
Sirih
Tari Makan
Sirih biasanya disebut tari persembahan yang biasanya digunakan untuk menyambut
tamu atau pembukaan acara-acara tertentu. Tarian ini menggambarkan bahwa orang
melayu Riau menghargai hubungan persahabatan dan kekerabatan.
2.
Tari Zapin
Tari Zapin merupakan
makna adab sopan santuan, sikap hormat dan memuliakan orang lain. Tari Zapin
juga bermakna penutup atau penyudah dari sebuah persembahan yang disampaikan
pada setiap orang yang melihatnya.
G. Makanan Khas Provinsi Riau
1.
Kue Bangkit
Diberi nama kue bangkit karena ukuran dari kue ini setelah matang dan
dikeluarkan dari oven akan berukuran dua kali lipat dari ukuran adonan semula.
Warna kue bangkit ini putih kekuningan dan kadang dipercantik dengan diberi
noktah berwarna merah di atasnya. Tekstur kue bangkit yang sangat halus dan
gampang remuk. Kue bangkit akan lumer di dalam mulut dan mempunyai rasa yang
renyah ketika dikunyah. Rasanya yang manis ini menjadi daya tarik bagi anak - anak.
2.
Mie Sagu
Mie sagu adalah kuliner selingan makanan khas masyarakat di Riau khususnya
masyarakat Selatpanjang, di Pulau Tebing Tinggi dan sekitarnya, Kab. Kepulauan
Meranti (pecahan Kab. Bengkalis), Provinsi Riau, Indonesia.
3.
Es Laksamana Mengamuk
Es Laksamana Mengamuk merupakan minuman dingin yang menggunakan buah
kuini sebagai bahan utama. Konon, keberadaan minuman ini berawal dari
mengamuknya seorang laksamana di kebun kuini. Laksamana tersebut mengamuk
lantaran istrinya dibawa lari oleh pemilik kebun kuini tersebut. Sang laksamana
menebas-nebaskan pedangnya ke seluruh penjuru, hingga puluhan buah kuini hancur
karena kemarahannya ini. Usai sang laksamana menuntaskan kemarahannya dan
pulang, orang-orang di sekitar kebun kuini mengambil puluhan buah kuini yang
sudah tercincang dan terhampar di rumput. Pada awalnya, orang-orang tersebut
bingung, akan diapakan buah kuini yang telah terpotong-potong tersebut. Hingga
salah seorang wantia, mencampurkan potongan-potongan buah kuini itu dengan air
santan dan gula merah. Jadilah minuman segar, yang pada waktu itu, langsung
dinikmati oleh orang sekampung.
H.
Laporan
Hasil Proses Pembuatan Arasemen Lagu Soleram
1. Alat-Alat
yang Digunakan dalam Mengarasemen Lagu Soleram
1) Galon
2) Kardus
3) Stik Drum
4) Botol Aqua
5) 3 Botol
Sirup
6) Tutup Botol
7) Kayu
8) Tamborin
bekas
2. Alasan
Menggunnakan alat-alat tersebut
1) Galon,
kardus, Karena mudah untuk mengaransemennya dan mudah untuk mengabungkannya
dengan lagu soleram
2) Tamborin
bekas, kelompok kami menggunakan alat ini karena dapat menghasilkan suara yang
lebih keras dibanding tutup botol
3. Langkah-Langkah
dalam Mengarasemen
1) Botol aqua
diisi dengan sedikit beras. Dimainkan dengan cara digoyang-goyangkan.
2) Botol sirup
diisi dengan air, botol 1 kosong, botol 2 diisi ¼ air, botol 3 diisi ½ air.
Dimainkan dengan cara dipukul.
3) Tutup botol
dipipihkan menggunakan palu, lalu dipaku pada kayu. Dimainkan dengan cara
dipukul menggunakan tangan.
4) Galon
dimainkan dengan cara dimainkan dengan tangan.
5) Kardus
dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik drum.
4. Kendala
dalam Proses Mengarasemen
1) Beberapa
anggota tidak disiplin dalam menghargai waktu.
2) Susah dalam
mengeksplor instrumen salah satu alat musik (botol).
3) Susah dalam
mengatur tempo arasemen musik.
4) Musik melayu
susah dalam cengkok nya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pekanbaru
merupakan ibukota Provinsi Riau yang oleh masyarakat Indonesia dikenal dengan
hasil buminya yang melimpah dan daerah yang kental akan tradisi nilai-nilai
kemelayuannya. Riau memiliki banyak khas diantaranya; Lagu dan Alat musiknya,
Pakaian Adat, Rumah Adat, Tari, dan Makanan. Makna lagu soleram merupakan salah
satunya yang mengamanatkan kepada anak-anak yang hendak tidur.
Amanat untuk menjaga kehormatannya. Amanat untuk menjaga harga dirinya. Amanat
untuk mempertahankan malu sebagai budayanya. Selain membudayakan malu, Soleram
juga memiliki lirik yang mendidik untuk senantiasa menyambung tali persaudaraan
dan menghindari perpecahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Bambang, Made. Ilmu Seni Teori dan Praktik.2010:Jakarta Timur:Inti
Prima
https://faisalperwiraa.wordpress.com/sejarah-kebudayaan-melayu-riau/
(diakses pada hari senin tanggal 16 November pukul 08 :15)
http://www.tradisikita.my.id/2014/11/4-alat-musik-tradisional-dari-riau.html (diakses pada hari senin tanggal 16 November pukul
10 : 00)
http://www.dakwatuna.com/2014/12/02/60984/soleram-pesan-moral-terpendam/#axzz3nfOIxffd (diakses pada hari senin tanggal 16 November pukul
11 :15)
Musik Tradisional dari Riau
Reviewed by asarisolid
on
6:07 PM
Rating:
No comments: