Pengertian, Jenis, dan Implikasi Landasan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan belajarnya manusia merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti.
Anak-anak menerima pendidikan dari orangtuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, parasiswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Dalam pendidikan tentunya ada istilah mengajar dan mendidik. Untuk melakukan kedua hal tersebut tentunya diperlukan acuan supaya proses mengajar dan mendidik dapat berjalan sebagai mana mestinya. Acuan tersebut dikenal dengan istilah landasan pendidikan. Landasan pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung di negara kita ini mempunyai pondasi atau  pijakan yang sangat kuat karena disetiap negara tidak sama. Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan  berupa landasan hukum, filsafat, historis, sosial budaya, psikologis, sosiologis dan antropologis. Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Landasan Pendidikan”.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan  pengertian landasan pendidikan?
2.      Apa saja jenis-jenis landasan pendidikan?
3.      Apa saja implikasi konsep pendidikan?
C.    Tujuan Makalah
1.      Mengetahui pengertian landasan pendidikan
2.      Mengetahui jenis-jenis landasan pendidikan
3.      Mengetahui beberapa implikasi konsep pendidikan

D.    Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan yakni studi literatur dan berdasarkan pada sumber-sumber lain dalam situs internet.
E.     Manfaat
Dapat memahami landasan pendidikan terutama mengenai pengertian, jenis-jenis, beserta implikasi konsep pendidikan.

  
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan dilihat dari beberapa batasan arti pendidikan, yaitu:
a.     Batasan dari segi filsafat pendidikan
Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf  insani.
b.         Batasan dari segi ilmu pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada kedewasaan anak atau lebih tepat membantu anak agar cakap melaksanakan tugasnya sendiri.
Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup dan tubuhnya anak-anak maksudnya pendidikan  itu menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
c.         Batasan dari segi sosial pendidikan
Pendidikan adalah proses membangun dan membawa.
Pendidikan adalah proses kontrol yang memperhatikan perubahan perilaku yang dihasilkan seseorang dan seseorang dalam kelompok.

B.     Pengertian Konsep Pendidikan
Dalam kamus Bahasa Indonesia konsep diartikan dengan
1.      Rancangan atau buram surat tersebut
2.      Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit
3.      Gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain.
Menurut UU sistem pendidikan nasional bab 1 ayat 1, adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
  
C. Pengertian Landasan pendidikan
Landasan, istilah landasan mengandung arti sebagai alas, dasar atau tumpuan.[1] Istilah landasan dikenal pula sebagai fondasi. Mengacu pada pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa landasan adalah alas atau dasar pijakan; suatu titik tumpu atau titik tolak; atau suatu fondasi tempat berdirinya sesuatu hal.
Menurut sifat wujudnya dapat dibedakan menjadi dua jenis landasan, yaitu:
1.      Landasan yang bersifat material
2.      Landasan yang bersifat konseptual
Landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam rangka pendidikan. Sebagaimana telah kita pahami,dalam pendidikan mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan.
Pemahaman landasan dan ketepatan wawasan akan memberi peluang yang luas dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang tepat.
Pendidikan dapat dipahami dari dua sudut pandang, yaitu studi pendidikan dan praktik pendidikan.
D.    Fungsi Landasan Pendidikan
Pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, artinya jelas dan tepat tujuannya, tepat pilihan isi kurikulumnya, efisien dan efektif cara-cara pendidikan yang dipilihnya. Dengan demikian landasan yang kokoh setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual yang dapat merugikan akan dapat dihindarkan sehingga praktek pendidikan diharapkan sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta dapat dipertanggungjawabkan.
E.     Kajian Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan terdiri dari beberapa landasan, yaitu landasan filosofis, psikologis, sosiologis, antropologis, ilmiah dan teknologi, hukum dan ekonomi. Pengkajian tentang landasan selalu diarahkan pada upaya dan permasalahan penerapannya.
F.     Implikasi Konsep Pendidikan
Sebagai implikasi dari landasan hukum pendidikan, maka pengembangan konsep pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.         Ada perbedaan yang jelas antara pendidikan akademik dan pendidikan profesional.
2.         Pendidikan profesional tidak cukup hanya menyiapkan ahli dalam menerapkan statu teori, tetapi juga mempelajari cara membina tenaga pembantu dan mengusahakan alat-alat bekerja.
3.         Sebagai konsekuensi dari beragamnya kemampuan dan minat siswa serta dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang banyak maka perlu diciptakan berbagai ragam sekolah kejuruan.
4.         Untuk merealisasikan terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya maka perlu perhatian yang sama terhadap pengembangan afeksi, kognisi, dan psikomotor pada semua tingkat pedidikan.
5.         Pendidikan humaniora perlu lebih menekankan pada pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari agar pembudayaan nilai-nilai Pancasila akan lebih mudah dicapai.
6.         Isi kurikulum mulok agar disesuaikan dengan norma-norma, alat, contoh dan keterampilan yang dibutuhkan di daerah setempat.
7.         Perlu diselenggarakan suatu kegiatan badan kerjasama antara sekolah masyarakat dan orangtua untuk menampung aspirasi, mengawasi pelaksanaan pendidikan, untuk kemajuan di bidang pendidikan.
G.    Jenis-jenis Landasan Pendidikan
Berdasarkan pada silabus dan MKDP 2007, kajian landasan pendidikan berkisar pada asumsi, konsep, prinsip dan teori. Dapun gambarannya sebagai berikut:
1.      Manusia dan pendidikan
Jenis landasan pendidikan manusia dan pendidikan memiliki hubungan dengan keberbudayaan, dimana kebudayaan adalah “Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.

2.      Pengertian Pendidikan
Dalam mengartikan pengertian pendidikan yang memadai memang kompleks, karena dalam pengertiannya dapat dilihat dari berbagai aspek serta disiplin ilmu. Tetapi yang terpenting dalam pengertian pendidikan adalah pendidikan yang tertuju pada upaya pengembangan sumber daya manusia.
3.      Pendidikan Sebagai Ilmu dan Seni
Dalam pembelajaran dikenal istilah Teaching Of Science and Teaching Of art. Gambaran mengajar dari segi ilmu yaitu pendidik diharapkan menguasai isi materi pembelajaran secara memadai artinya dari segi ilmu difokuskan kepada materi pembelajaran. Landasan pendidikan bahwa pentingnya status keilmuan, konsep, karateristik, serta pendidikan sebagai ilmi pengetahuan dan terarah dalam pelaksanaan studi dan praktinya.[2]
Gambaran lain disebutkan dalam hal seni bahwa mengajar adalah kegiatan mengajak pendidik piawai dalam menyampaikan isi materi pembelajaran sehingga para terdidik akan cepat tanggap memahami pembelajaran yang sedang kita bahas.
H.    Implikasi Terhadap Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi siswa. Oleh sebab itu,  sekolah hendaknya menekankan aktifitas-aktifitas intelektual, pertimbangan-pertimbangan moral, estetis,realisasi diri, kebebasan, tanggungjawab, dan pengendalian diri demi mencapai perkembangan pikiran dan diri pribadi. Dengan kata lain “pendidikan bertujuan untuk membantu pengembagan karakter serta mengembangkan bakat manusia dan kebijakan sosial”.
Maksudnya bahwa pendidikan di sekolah itu harusnya menjadi acuan bagi perkembangan pikiran, bakat, serta karakter yang dimiliki oleh peserta didik. Perkembangan moral serta karakter yang baik akan tumbuh dari lingkungan pendidikan di sekolah selain dari lingkungan yang lainnya.
I.       Konsepsi Belajar, Mengajar, dan Mendidik
Terdapat perbedaan yang mendasar antara yang mendidik dan mengajar, mengajar merupakan kegiatan teknis keseharian seseorang guru. Semua persiapan guru untuk mengajar bersifat teknis. Hasilnya juga dapat diukur dengan istrumen perubahan perilaku yang bersifat verbalitis. Tidak seluruh pendidikan adalah pembelajaran begitupun sebaliknya. Perbedaan antara mendidik dan mengajar adalah sangat tipis, secara sederhana dapat dikatakan mengajar yang baik adalah mendidik. Dengan kata lain mendidik dapat menggunakan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan.  
Mendidik lebih bersifat kegiatan jangka panjang. Hasil pendidikan tidak dapat dilihat secara instan. Pendidikan merupakan kegiatan integratif oleh fikir, oleh rasa, dan oleh karsa yang bersinergi dengan perkembangan tingkat penalaran peserta didik.
J.      Pendidikan Berlangsung Sepanjang Hayat
a.       Bagaimana pendidikan sepanjang hayat berlangsung?
Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu kehidupan yang optimal, kehidupan yang lebih baik secara optimal. Selama manusia berusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan atau keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus.
Pendidikan sepanjang hayatjauh ke depan, berusaha menghasilkan manusia dan masyarakat baru, pendidikan sepanjang hayat cocok bagi  orang-orang yang hidup di dalam dunia transformasi dan informasi, dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi, yaitu masyarakat modern. Manusia tersebut harus mampu menyesuaikan dirinya secara terus-menerus dengan situasi baru.[3]
Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung terus sampai anak meninggal.[4]
Pendidikan bukan hanya belangsung di sekolah, oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.


1)      Pendidikan dalam keluarga
Keluarga sebagai lembaga pendidikan, yang terdiri dari orang tua (ayah, ibu) yang bertindak sebagai pendidik, dan anak-anak yang belum berkeluarga sebagai peserta didik.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama dan paling utama. Pendidikan dalam keluarga nerlangsung secara wajar dan informal.
2)      Pendidikan di sekolah
Sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Sekolah merupakan tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, atau dengan kata lain, sekolah harus memiliki kehidupan masyarakat sekelilingnya.
Sekolah tidak boleh di pisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya.[5]
3)      Pendidikan di masyarakat
Pendidikan di masyarakat adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga dan sekolah. Pendidikan di sekolah diperlukan karena keluarga sudah tidak mampu memberikan pengetahuan dan kemampuan-kemampuan kepada anak sesuai dengan tuntunan pada masa modern ini. Namun, kenyataan perkembangan kehidupan manusia lebih cepat dari yang diperkirakan, sehingga sekolah pun sudah tidak mampu lagi dapat memenuhi tuntutan tersebut. Pendidikan di masyarakat merupakan suatu keharusan akan kehadirannya, terutama dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan khusus serta praktis, yang secara langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat.[6]
Jelaslah bahwa manusia selama hidupnya memerlukan pendidikan. Hal ini terjadi karena perkembangan dari manusia itu sendiri. Apabila tidak memperoleh pelayanan, perkembangan tersebut tidak akan mencapai sasaran yang optimal.[7]

K.    Proses Pendidikan
Pelajaran harus didasarkan atas fakta-fakta yang sudah diobservasi, dipahami, serta dibicarakan sebelumnya. Bahan pelajaran harus mengandung ide-ide yang dapat mengembangkan situasi untuk mencapai tujuan dan harus ada hubungannya dengan materi pelajaran. Pendidikan dalam setiap fase atau tingkatan harus memiliki kriteria untuk memanfaatkan kehidupan sosial, yang sangat fundamental dalam kehidupan masyarakat.
Bahan pelajaran apabila dikaitkan dengan demokrasi dalam pendidikan, adalah bahwa bahan pelajaran terdiri atas seperangkat tindakan untuk memberi isi kepada kehidupan sosial yang ada pada waktu itu.
Sekolah merupakan cara khusus untuk mengatur lingkungan, direncanakan, diorganisasi. Di sekolah, anak belajar apa yang ada dalam kehidupan. Sekolah harus merupakan tempat di mana kehidupan berlangsung. Dengan sekolah kita dapat menolong anak dalam menciptakan kehidupan yang baik, dan sekolah tidak dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri bukan persiapan untuk suatu kehidupan. Materi pelajaran harus berhubungan langsung dengan masalah yang dihadapi anak, dan masyarakat diperhatikan untuk memecahkan masalah tersebut.
Metode yang sebaiknya digunakan dalam pendidikan adalah metode disiplin, bukan dengan kekuasaan.[8] Kekuasaan tidak dapat dijadikan metode pendidikan karena merupakan suatu kekuatan yang datang dari luar, dan didasari oleh suatu asumsi bahwa da tujuan yang baik dan benar secara objektif, dan si anak dipaksa untuk mencapai tujuan tersebut. Kekuasaan tidak sesuai dengan kemauan dan minat anal, serta gurulah yang menentukan segala-galanya. Guru memaksakan bahan pelajaran kepada anak, dan guru pulalah yang berfikir untuk anak. Dengan cara demikian tidak mungkin anak akan mempunyai perhatian yang spontan atau minat langsung terhadap bahan pelajaran.
L.     Proses belajar mengajar
Konsep belajar mengajar eksistensialisme dapat diaplikasikan dari pandangan Marti Buber tentang “dialog”. Dialog merupakan percakapan antara pribadi dengan pribadi, dimana setiap pribadi merupakan subjek bagi yang lainnya, dan merupakan suatu percakapan antara “aku” dan “engkau” (Tuhan). Sedangkan lawan dari dialog adalah “paksaan”, dimana seseorang memaksakan kehendaknya kepada orang lain sebagai objek.[9]
Proses pendidikan merupakan paksaan. Anak dipaksa menyerah kepada kehendak guru, atau pada pengetahuan yang tidak fleksibel, dimana guru menjadi penguasanya.
Guru hendaknya tidak boleh disamakan dengan seorang instruktur. Jika guru disamakan dengan instruktur, maka ia hanya akan merupakan perantara yang sederhana antara materi pelajaran dengan siswa. Seandainya guru dianggap sebagai seorang instruktur, ia akan turun martabatnya, sehingga ia hanya dianggap sebagai alat untuk mentransfer pengetahuan, dan siswa akan menjadi hasil dari transfer tersebut. Pengetahuan akan menguasai manusia, sehingga manusia akan dapat alat dan produk dari pengetahuan tersebut.
Dalam proses belajar mengajar, pengetahuan tidak dilimpahkan, melainkan ditawarkan. Untuk menjadikan hubungan antara guru dengan siswa sebagai suatu dialog, maka pengetahuan yang akan diberikan kepada siswa harus menjadi bagian dari pengalaman pribadi guru itu sendiri, sehingga guru akan berjumpa dengan siswa sebagai pertemuan antara pribadi dengan pribadi. Pengetahuan yang ditawarkan guru tidak merupakan sesuatu yang diberikan kepada siswa yang tidak dikuasainya, melainkan merupakan suatu aspek yang telah menjadi miliknya sendiri.
M.   Prinsip-Prinsip Pendidikan
Secara umum terdapat beberapa prinsip pendidikan menurut pandangan progresivisme yaitu:
1)      Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup. Kehidupan yang baik adalah kehidupan intelegen, yaitu kehidupan yang mencakup interpretasi dan rekonstruksi pengalaman.[10]
2)      Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak, minat individu, yang dijadikan sebagai dasar motivasi belajar.
3)      Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presenden terhadap pemberian subjeck matter. Jadi, belajar harus dapat memecahkan masalah yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan anak.
4)      Peranan guru tidak langsung, melaikan memberi petunjuk kepada siswa. Kebutuhan dan minat siswa akan menentukan apa yang mereka pelajari.
5)      Sekolah harus memberi semangat bekerja sama, bukan mengembangkan persaingan. Manusia pada dasarnya sosial, dan keputusan yang paling besar pada manusia karena ia berkomunikasi dengan yang lain.
6)      Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan. Demokrasi, pertumbuhan, dan pendidikan saling berhubungan. Untuk mengajar demokrasi, sekolah sendiri harus demokratis. Sekolah harus meningkatkan “student government”, diskusi bebas tentang suatu masalah, partisipasi penuh dalam semua pengalaman pendidikan. Namun, sekolah tidak mengindoktrinasi siswa-siswi dengan tata sosial yang baru.


BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan adalah aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri dan belajar di bawah bimbingan pengajar. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya (pewarisan budaya dari 1 generasi ke generasi selanjutnya.)
Mengajar adalah perbuatan yng di lakukan pendidik pada anak didik, sehingga terjadi proses belajar. Mendidik adalah penggunaan proes mengajar sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Belajar adalah usaha anak didik untuk meningkatkan kemampuannya.
Landasan pendidikan yaitu asumsi-asumsi yang dijadikan dasar pijakan dalam studi pendidikan dan praktik pendidikan. Adapun jenis-jenis landasan pendidikan, yaitu:
1.      Manusia dan Pendidikan
2.      Pengertian Pendidikan
3.      Pendidikan sebagai ilmu dan seni
4.      Landasan filosofi pendidikan
5.      Landasan Psikologis Pendidikan
6.      Landasan Sosiologis dan Antropologis Pendidikan
7.      Landasan Historis Pendidikan
8.      Landasan Yuridis Pendidikan
Selain itu, landasan pendidikan mempunyai fungsi sebagai titik tolak atau acuan bagi para pendidik (guru) dalam rangka melaksanakan praktik pendidikan atau studi pendidikan.
Dengan adanya landasan pendidikan kita berharap ini bisa dilaksanakan sebaik-baiknya sebagai acuan atau pondasi dalam melakukan pembelajaran. Landasan pendidikan ini jangan sampai hanya sebagai acuan kontektual saja, namun terealisasikan dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, afif.(2010).Macam-macam Landasan Pendidikan.[Online]. Tersedia:http://infomaterikuliah.blogspot.com/2010/07/macam-macam-landasan-pendidikan.html?m+1[17 September 2013]
Rasyidin, Waini, dkk.(2013).Landasan Pendidikan.Bandung:UPI Press.
Robandi, Babang.(2005).Landasan Pendidikan.Bandung:UPI Press.
Meilani,Sri martini.2009. pengantar ilmu pendidikan. Jakarta : Universitas negeri jakarta.
Tirtarahardja, umar dan S.L.La Sulo.2005. pengantar pendidikan. Jakarta : rineka cipta.




[1] Drs. Teguh Wibawa dan Drs. Suyoto Kamus bahasa indonesia, (Surabaya:CV ANUGERAH,1995),hal560
[2]Oemar Mohammad Al-Toumy, landasan pendidikan (jakarta:Pustaka Al-Kautsar,2013). hal4
[3] Filsafat pendidikan, (Bandung;alfabeta,2010).hal62
[4] Ibid.
[5] Filsafat pendidikan, (bandung;alfabeta,2010).hal64
[6] ibid
[7] Ibid.,hal65
[8] Drs. Uyoh Sadulloh, pengantar filsafat pendidikan (Bandung:alfabeta,CV),hal130
[9] Ibid.,hal138
[10] Op.cit..,hal148
Pengertian, Jenis, dan Implikasi Landasan Pendidikan Pengertian, Jenis, dan Implikasi Landasan Pendidikan Reviewed by asarisolid on 5:08 AM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.