Musik Tradisional dari Riau

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Musik tradisional adalah musik atau seni suara yang berasal dari berbagai daerah, dalam hal ini di Indonesia. Musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Musik ini menggunakan bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat.
Musik daerah atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah- daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini teletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yakni syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan berkembang. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya.
Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia, yaitu ramah dan sopan. Namun berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut, karekter kita semakin berubah dari sifat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi individual/egoistis. begitu banyaknya seni tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik dan gesek.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah asal mulanya kota Riau?
2.      Bagaimana sejarah dan perkembangan alat musik tradisional di Riau ?
3.      Apa saja ciri khas dari berbagai kebudayaan Riau ?
4.      Laporan hasil aransemen beserta kendala dalam proses pembuatan aransemen tersebut?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah asal mulanya terbentuk Provinsi Riau.
2.      Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan alat musik tradisional di Provinsi Riau.
3.      Untuk mengetahui berbagai ciri khas dari kebudayaan Riau.
4.      Untuk mengetahui hasil aransemen beserta kendala nya dalam proses pembuatan aransemen.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Proses Pembelajaran Pendidikan Seni dari Lingkungan
Lingkungan memberi pengaruh besar dalam mengembangkan pendidikan seni. Lingkngan merupakan proses pembelajaran secara langsung dan nyata. Sistem pembelajaran pendidikan seni ini dapat secara langsung mengetahui, memeahami, menganalisa, dan menginterprestasikan bentuk-bentuk atau  wujud-wujud dunia dan alam semesta. Lingkungan merupakan salah satu pergaulan hidup manusia dalam mencari pengetahuan. Manusia belajar dari lingkungan untuk mengenal karakter, sifat-sifat, dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Lingkungan memberi pengetahuan yang begitu luas dan tak terbatas. Pada dasarnya semua seni mendapatkan dan mengambil inspirasi dari lingkungan. Lingkungan membawa pengaruh bagi kalangan seniman dan public seni dalam meningkatkan kreatifitas dan ilmu pengetahuan mereka dalam dunia seni.[1]

B.     Sejarah Asal Mula Terbentuk Nya Provinsi  Riau
2897_76813532079_674262079_1643515_7696646_n
Sejarah dan Budaya Asli Pekanbaru – Kota Pekanbaru, siapa yang tak kenal dengan Pekanbaru saat ini? Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang oleh masyarakat Indonesia dikenal dengan hasil buminya yang melimpah dan daerah yang kental akan tradisi nilai-nilai kemelayuannya. Keberadaan Kota Pekanbaru yang ramai dan maju inipun menyimpan sejarah dan cerita tersendiri bagi masyarakat Riau. Ada dua versi mengenai asal-mula kota ini yaitu versi sejarah dan versi cerita rakyat.[2]
Menurut versi sejarah, pada masa silam kota ini hanya berupa dusun kecil yang dikenal dengan sebutan Dusun Senapelan, yang dikepalai oleh seorang Batin (kepala dusun). Dalam perkembangannya, Dusun Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki, yang terletak di tepi Muara Sungai Siak. Perkembangan Dusun Senapelan ini erat kaitannya dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Pada masa itu, raja Siak Sri Indrapura yang keempat, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, bergelar Tengku Alam (1766-1780 M.), menetap di Senapelan, yang kemudian membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan Dusun Senapelan (di sekitar Mesjid Raya Pekanbaru sekarang). Tidak berapa lama menetap di sana, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah kemudian membangun sebuah pekan (pasar) di Senapelan, tetapi pekan itu tidak berkembang. Usaha yang telah dirintisnya tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya, Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu di sekitar pelabuhan sekarang.
Selanjutnya, pada hari Selasa tanggal 21 Rajab 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M., berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya menjadi Pekan Baharu. Sejak saat itu, setiap tanggal 23 Juni ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pekanbaru. Mulai saat itu pula, sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer dengan sebutan Pekan Baharu. Sejalan dengan perkembangannya, kini Pekan Baharu lebih populer disebut dengan sebutan Kota Pekanbaru, dan oleh pemerintah daerah ditetapkan sebagai ibukota Provinsi Riau.
Jauh sebelum Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah, putra Sultan Abdul Djalil Rahmat Syah memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Siak dari Sungai Mempura ke Senapelan pada 1763 Masehi, Petapahan dan Teratak Buluh juga menjadi pusat perdagangan yang cukup ramai pada saat itu. Kedua daerah ini tempat berkumpulnya para pedagang dari pedalaman Sumatera membawa hasil pertanian, hasil hutan, dan hasil tambang.
Oleh para pedagang, hasil pertanian, hasil hutan dan hasil tambang tersebut mereka bawa ke Singapura dan Malaka mengunakan perahu. Untuk jalur perdagangan Sungai Kampar, pusat perdagangannya terletak di Teratak Buluh. Sedangkan pusat perdagangan jalur Sungai Siak terletak di Petapahan. Perdagangan jalur Sungai Kampar kondisinya kurang aman, perahu pedagang sering hancur dan karam dihantam gelombang (Bono) di Kuala Kampar dan sering juga terjadi perampokan yang dilakukan oleh para lanun. Sedangkan Sungai Siak termasuk jalur perdagangan yang cukup aman.
Senapelan ketika itu hanya sebuah dusun kecil yang letaknya di kuala Sungai Pelan, hanya dihuni oleh dua atau tiga buah rumah saja (sekarang tepatnya di bawah Jembatan Siak I). Pada saat itu di sepanjang Sungai Siak, mulai dari Kuala Tapung sampai ke Kuala Sungai Siak (Sungai Apit) sudah ada kehidupan, hanya pada saat itu rumah-rumah penduduk jaraknya sangat berjauhan dari satu rumah ke rumah lainnya. Ketika itu belum ada tradisi dan kebudayaan, yang ada hanya bahasa, sebagai alat komunikasi bagi orang-orang yang tinggal di pinggir Sungai Siak.
Bahasa sehari-hari yang mereka pakai adalah bahasa Siak, bahasa Gasib, bahasa Perawang dan bahasa Tapung, karena orang-orang inilah yang lalu-lalang melintasi Sungai Siak. Pada saat itu pengaruh bahasa Minang, bahasa Pangkalan Kota Baru dan bahasa Kampar belum masuk ke dalam bahasa orang-orang yang hidup di sepanjang Sungai Siak.
Setelah Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Siak dari Sungai Mempura ke Senapelan, pembesar-pembesar kerajaan serta orang-orang dalam kerajaan serta keluarganya ikut pindah ke Senapelan. Dan pada saat itulah tradisi serta budaya, bahasa sehari-hari terbawa pindah ke Senapelan.
Di Senapelan, sultan membangun istana (istana tersebut tidak terlihat lagi karena terbuat dari kayu). Sultan juga membangun masjid, masjid tersebut berukuran kecil, terbuat dari kayu, makanya masjid tersebut tidak bisa kita lihat lagi sekarang ini. Dari dasar masjid inilah menjadi cikal bakal Masjid Raya Pekanbaru di Pasar Bawah sekarang ini.
Sultan juga membangun jalan raya tembus dari Senapelan ke Teratak Buluh. Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah membangun pasar, yang aktivitasnya hanya sepekan sekali. Belum sempat Senapelan berkembang, Sultan Abdul Djalil Alamuddin Syah wafat pada 1765 masehi dan dimakamkan di samping Masjid Raya Pekanbaru, sekarang dengan gelar Marhum Bukit.
Pasar pekan dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali yang dibantu oleh ponakannya Said Ali (Anak Said Usman). Di masa Raja Muda Muhammad Ali inilah Senapelan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pasar yang dibangun yang pelaksanaannya hanya sekali sepekan melahirkan kata Pekanbaru. Pekan (berarti pasar sekali sepekan). Baru (baru dibangun saat itu). Saat itulah nama Senapelan lama kelamaan semakin menghilang, orang lebih banyak menyebut Pekanbaru.
Setelah Pekanbaru menjadi ramai maka muncullah para pendatang dari pelosok negeri mulai dari Minang Kabau, Pangkalan Kota baru, Kampar, Taluk Kuantan, Pasir Pengaraian, dan lain-lain. Awalnya mereka berdagang, lama kelamaan mereka menetap. Dengan menetapnya para pedagang tersebut di Pekanbaru lalu mereka melahirkan generasi (anak, cucu, cicit). Anak, cucu, dan cicit tersebut menjadi orang Pekanbaru. Masing-masing pedagang yang datang dan menetap di Pekanbaru membawa bahasa serta tradisi dari asal daerah mereka masing-masing. Lalu mereka wariskan kepada anak cucu dan cicit mereka. Dari situlah mulai kaburnya bahasa, tradisi asli Pekanbaru yang berasal dari Kerajaan Siak.
Kalau ingin tahu lebih jelas lagi mengenai sejarah, bahasa serta tradisi asli Pekanbaru, tanyakan kepada orang-orang Pekanbaru yang nenek moyang mereka berasal dari Siak, atau nenek moyang mereka orang-orang yang hidup di dalam lingkungan Kerajaan Siak. Mustahil para pedagang yang datang dan menetap di Pekanbaru menceritakan kepada anak cucu mereka tentang sejarah dan tradisi Pekanbaru.
Yang pasti mereka tanamkan ke dalam pikiran anak cucu mereka bagaimana cara berdagang yang baik dan sukses. Dalam hal ini peran Lembaga Adat Kota Pekanbaru sangat penting sekali, untuk meluruskan dan menjelaskan sejarah dan tradisi asli Pekanbaru. Maka dari itu pengurus Lembaga Adat Kota Pekanbaru mau tak mau harus tahu sejarah serta adat istiadat asli Pekanbaru. Karena Lembaga Adat tempat orang minta petunjuk, minta pendapat dan minta petuah.
C.    Lagu Tradisional Beserta Alat Musik Tradisional Provinsi Riau
Pendidikan seni disetiap daerah memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri, Pendidikan seni di lingkungan bersifat alamiah, terbuka, bahan dan sumber yang dipelajari mencakup keseluruhan aspek kehidupan dan semua sumber yang ada di lingkungan mereka.
Proses pembelajaran pendidikan seni dari lingkungan menghasilkan karya seni beraneka ragam bentuk dan coraknya.[3]
Macam-macam lagu dari riau:
1.      Lancang Kuning
2.      Langgam melayu
3.      Soleram
4.      Zapin laksmana raja di laut
5.      Zapin pantai solop
Kelompok kami memilih lagu soleram dari bermacam-macam lagu diatas. Berikut ini merupakan lirik lagu Soleram
Soleram soleram
Soleram anak yang manis
Anak manis janganlah dicium, sayang,
Kalau dicium merahlah pipinya

Soleram soleram
Soleram anak yang manis
Anak manis janganlah dicium, sayang,
Kalau dicium merahlah pipinya

Satu dua tiga dan empat
Lima enam tujuh delapan
Kalau tuan punya kawan baru, sayang,
Kawan lama, dilupakan jangan
Penggalan lirik lagu Soleram yang mengamanatkan kepada anak-anak yang hendak tidur. Amanat untuk menjaga kehormatannya. Amanat untuk menjaga harga dirinya. Amanat untuk mempertahankan malu sebagai budayanya.[4] Sebagaimana firman Allah SWT: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An-Nur: 30). Ayat di atas merupakan antisipasi agar muda-mudi tidak terjerumus ke dalam paham-paham keduniaan yang menghalalkan segala perbuatan tercela dan merusak pikiran generasi muda.
Selain membudayakan malu, Soleram juga memiliki lirik yang mendidik untuk senantiasa menyambung tali persaudaraan dan menghindari perpecahan. Agama Islam mengamini petuah tersebut di dalam beberapa hadits: “Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau dikenang bekasnya (perjuangan atau jasanya), maka hendaklah ia menghubungkan silaturahmi.” (H. R. Muslim)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie0pwr6un2rRvzg6_5QM7ULzFsM2RRC366r7abCvJSP2f37ahbke6iv_R5aZYW88hXzTN3jI-l5s6nRdaC-WYJO_4Que5GkjMTDaFfo25oKCB1zd-uTJhLJ7qAnh66Beyeb3RZKiTLopR0/s1600/20112024-dambus.jpgBarang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi.” (HR Imam Bazar, Imam Hakim)
1.      Gambus



Gambus adalah salah satu alat musik tradisional dari Riau yang bentuknya mirip dengan gitar, namun memiliki bentuk yang mirip dengan buah labu dibagi dua. Alat musik Gambus merupakan jenis alat musik petik yang memilik jumlah senar antara 3- 12 buah.
Alat  musik petik dari Riau ini dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu melayu atau timur tengah. Sebuah grup musik dengan alat musik gambus sebagai alat musik utama sering dinamakan sebagai orkes gambus.Cara memakai alat musik gambus yaitu dengan dipetik dan sama cara memakainya dengan alat musik gitar.
Orkes gambus mengiringi tari Zapin yang seluruhnya dibawakan pria untuk tari pergaulan. Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah. Sedangkan tema liriknya adalah keagamaan.

2.      Rebana

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2Ug4QNvlt6KcjCOC35kTcJBYwQO1HqsEZnhRCCt_DE_M8wPd2ZqN_G7kVcQpM3p6kf4yWrIIxLsWv9Y5snrO6OQPQpHGM9TbEB2AYmfN66uOmUeI9HHgUqTL711KglBu8JaVl46RhYOoM/s1600/rebana-qasidah.jpg
Rebana adalah sebuah alat musik pukul yang terbuat dari kayu dengan salah satu sisinya ditutup menggunakan kulit kayu.  Alat musik tradisional asal  Riau ini umumnya berbentuk bulat pipih dengan berbagai ukuran dari yang besar sampai kecil. Rebana biasa digunakan untuk mengiringi nyanyian dan tarian rakyat. Alat musik rebana ini sangat terkenal sejak zaman kerajaan Melayu Kuno yang sering digunakan saat upacara pernikahan.

3.      Nafiri

nafiri alat musik tiup dari riau
Nafiri adalah alat musik tiup yang berasal dari Provinsi Riau. Alat musik tiup yang mirip dengan terompet ini  memiliki fungsi sebagai berikut :
  • Pengiring tarian tradisional, tari Inai, tari Jinugroho dan tari Olang.
  • Sebagai alat musik yang utama di dalam musik robat yang merupakan musik yang dimainkan di lingkungan masyarakat.
  • Sebagai melodi yang digunakan untuk menentukan gerakan-gerakan silat.
  • Untuk penobatan raja-raja ketika Riau masih berbentuk kerajaan-kerajaan serta bangsawan.
  • Tanda terhadap terjadinya peperangan, bencana, dan kematian.
  • Alat yang digunakan sebagai penanda spiritual untuk memanggil dewa, roh, atau arwah nenek moyang.
Selain diperguankan sebagai alat musik tradisional, nafiri juga dipergunakan sebagai alat komunikasi masyarakat melayu, terutama untuk memberitahukan tentang adanya bencana, dan berita tentang kematian. Pada jaman kerajaan dahulu, bahkan nafiri mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu dipakai pada acara penobatan raja.[5]
Terbuat dari kayu yang berukuran 25 sampai 45 centimeter. Antara batang dengan dan tempat tiupnya diberi batas yang terbuat dari tempurung kelapa. Nafiri menggunakan semacam lidah yang terbelah dua terbuat dari daun kelapa yang muda atau ruas bambu yang sudah kering. Lidah tersebutlah yang disebut dengan vibrator yang akan mengeluarkan suara atau bunyi-bunyian. Lubang jari ada tiga buah yang besarnya kira-kira sebesar biji jagung untuk mengatur tinggi rendahnya nada. Pada bagian pangkalnya diberi sambungan berbentuk seperti bujur telur yang terpotong dan berongga untuk membuat volume yang dikeluarkan lebih besar. Musik yang dikeluarkan terdengar seperti meronta-ronta daripada melodi yang jelas untuk didengar.

4.      Marwas Dan Gendang

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6kijpwLZGwkbCUexy0NMaIUhpyKbAzpCOGdT3dGdmEFZtMgRk5Ph7NLxKZAqtaKhHaLXHhl8bt3inw0h0K8ZmcHppNg2EKGxa5t9_ddGiwldMvAstPcUUhUD0AZMB824AA6wvX1Tya2A8/s1600/Gendang+Riau.png
Gendang dan Marwas adalah instrumen musik dari Riau yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu.
Ada berbagai jenis Gendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut gendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama gendang gedhe biasa disebut gendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran, ladrang irama tanggung.

            Sedangkan marwas sendiri merupakan alat musik tradisional yang lebih kecil dari gendang. Terbuat dari kulit kembing, kayu cempedak atau kayu nangka dan rotan sebagai pengikat. Marwas merupakan salah satu alat musik tradisional untuk mengiringi tarian Zapin.

            Demikian 4 alat musik tradisional dari Riau. Walaupun di masyarakat Riau juga banyak dikenal alat-alat musik tradisional lainya seperti gong, kompang dan kordeon, namun alat musik tradisional tersebut dapat dicari dalam artikel alat musik tradisional dari provinsi lainnya.



D.    Pakaian Adat Tradisional Melayu Riau
1.      Pakaian Harian
Pakaian Adat Riau 000.jpg
Pakaian harian merupakan sandang yang dikenakan dalam aktivitas sehari-hari. Berdasarkan jenjang usia pemakai, pakaian harian dapat dibedakan menjadi pakaian anak-anak, pakaian dewasa, dan pakaian orang tua. Pakaian untuk anak laki-laki yang masih kecil disebut baju monyet. Sedangkan bagi anak perempuan yang belum dewasa mengenakan baju kurung yang selaras dengan kain bermotif bunga atau satu warna dengan kain tersebut. Baju anak laki-laki dewasa disebut Baju Kurung Cekak Musang, yang dilengkapi dengan samping berupa sarung perekat dan kopiah atau ikat kepala. Sedangkan perempuan memakai Baju Kurung Laboh, Baju Kebaya Pendek, dan Baju Kurung Tulang Belut Pakaian orang tua (laki-laki) setengah baya adalah Baju Kurung Teluk atau Baju Kurung Cekak Musang, yang biasanya terbuat dari kain katun atau kain lejo.





2.      Pakaian Resmi
Pakaian Adat Riau
Pakaian resmi untuk laki-laki adalah Baju  Kurung Cekak Musang lengkap dengan kopiah, kain samping yang terbuat dari kain tenun Siak, Indragiri, Daik, dan daerah-daerah lainnya di Riau. Pakaian resmi untuk perempuan dewasa adalah Kebaya Laboh dan Baju Kurung Cekak Musang.
3.      Pakaian Upacara Perkawinan
Pakaian Adat Riau
Baju pengantin laki-laki Melayu Riau adalah Baju Kurung Cekak Musang atau Baju Kurung Teluk Belanga. Selain Baju Kurung Cekak Musang, busana pengantin laki-laki adalah kain samping bermotif serupa dengan celana dan baju, distar berbentuk mahkota dipakai di kepala, sebai warna kuning di bahu kiri, rantai panjang berbelit dua yang dikalungkan di leher, canggai yang dipakai di kelingking, sepat runcing di bagian depan, dan keris hulu burung serindit pendek yang diselipkan di sebela kiri.
Sementara busana yang dikenakan perempuan berbeda-beda, tergantung pada jenis upacara adatnya. Pengantin perempuan dalam upacara Malam Berinai memakai Baju Kurung Teluk Belanga. Sedangkan pada upacara Barandam, pengantin perempuan memakai Baju Kurung Kebaya atau Kebaya Pendek. Kepala hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga. Pakaian pengantin perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh atau Baju Kurung teluk. Kemudian, untuk pakaian pada waktu upacara Bersanding adalah Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga.
E.     Rumah Adat Tradisional  Melayu Riau
1.      Balai Salaso Jatuh (Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2sMGNKGKmNjngCna3Q3ICYLiC5_pnIYuxanQAMi778BIHRgnLTtbO90HIj9bDeUE-hf4AGHefmHPCjIXCsu7LRbKs9qQDzJ8kGaeuRevs2NDKjg8NcFEepgx4PQwGz-ND93DZr8yeeVs/s400/rumah+adat+riau+selaso+jatuh+kembar.jpg
Balai salaso jatuh disebut juga rumah adat Selaso Jatuh Kembar merupakan bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat. Ciri - ciri Balai Salaso Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah, karena itu dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunan baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama berupa ukiran.
Puncak atap selalu ada hiasan kayu yang mencuat keatas bersilangan dan biasanya hiasan ini diberi ukiran yang disebut Salembayung atau Sulobuyung yang mengandung makna pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2.      Rumah Melayu Atap Limas Potong
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd7H2B2ZzY4wRHQnniasWMPFkgviqf2idyf49RRsXyLWyXD8a7XIsI9zBU_3nSKBu6DTvQPg9m8mLBJFDjK-yVJsNxc01q1AicHxDGvMJdRvFbeX12JEoRdQ69FB47Pln2xTpQ4rvQdjo/s400/rumah-melayu+atap+limas+potong.jpg
Limas Potong adalah salah satu bentuk rumah tradisional masyarakat melayu Riau Kepulauan. Rumah Limas Potong berbentuk rumah panggung, sebagaimana rumah tradisional di Sumatra pada umumnya. Tingginya sekitar 1,5 meter dari atas permukaan tanah. Dinding rumah terbuat dari susunan papan warna coklat, sementara atapnya berupa seng warna merah. Kusen pintu, jendela serta pilar anjungan depan rumah dicat minyak warna putih.





F.     Tarian Provinsi Riau
1.      Tari Makan Sirih
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhniesCJ-JyDWRwYohYWnwLy1LTivnTh8eVngZ4b3E9ueI9VSX8c-oCIH9lDBmlT_sdQEhL3rhyw4GFzgt0abLVzbcCCXzdZPuWSOFeABsqN_DVRsLqW_QvjAwgStYf-Gdy5zDs4w_JmoA/s1600/tari+makan+sirih.jpg
Tari Makan Sirih biasanya disebut tari persembahan yang biasanya digunakan untuk menyambut tamu atau pembukaan acara-acara tertentu. Tarian ini menggambarkan bahwa orang melayu Riau menghargai hubungan persahabatan dan kekerabatan.
2.      Tari Zapin
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje74LOdiJo1PnB9HDZcmFCrWl4xrSxnYBjhgqkV4fApS7SLcNF6JhVHdUKhHltlNv0RwEwsfYbbeQkFuAsmh26q87M1AvcIF4kY4hihXCeT0_X4tm2PqG8oPuZ-suTIYH_hq-PXBOMxMzj/s320/Tari-Zapin.jpg
Tari Zapin merupakan makna adab sopan santuan, sikap hormat dan memuliakan orang lain. Tari Zapin juga bermakna penutup atau penyudah dari sebuah persembahan yang disampaikan pada setiap orang yang melihatnya.


G.    Makanan Khas Provinsi Riau
1.      Kue Bangkit
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjQk6RDnGwaKPTdymuMX25oltQNOjzYzn4eEwqK2fMTamGbWUlWvF1AXLCBFyDfJUtmVcAwmIkBBElM9nR9_fbCNu1D1W8la6PzrUcMX0HyezvfKyIUvc2v1J2tpNugMyiO0mhaaPlgfoU/s400/bangkit5.jpg
Diberi nama kue bangkit karena ukuran dari kue ini setelah matang dan dikeluarkan dari oven akan berukuran dua kali lipat dari ukuran adonan semula. Warna kue bangkit ini putih kekuningan dan kadang dipercantik dengan diberi noktah berwarna merah di atasnya. Tekstur kue bangkit yang sangat halus dan gampang remuk. Kue bangkit akan lumer di dalam mulut dan mempunyai rasa yang renyah ketika dikunyah. Rasanya yang manis ini menjadi daya tarik bagi anak - anak.
2.      Mie Sagu
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKivjQXP5d5i8wbggbbI1r1gq8_ikIVqKjywDpCOk8K_IoDNCcgRs2GVHKaCaR8EpMzbULLHF3KFKMkPK2uNdLcdPJJrfmezc1oFqmTEAB-f_mX6pO6bPsHijjAfA4YgSAk4yCPDWxVsGh/s400/mi_sagu151.jpg
Mie sagu adalah kuliner selingan makanan khas masyarakat di Riau khususnya masyarakat Selatpanjang, di Pulau Tebing Tinggi dan sekitarnya, Kab. Kepulauan Meranti (pecahan Kab. Bengkalis), Provinsi Riau, Indonesia.
3.      Es Laksamana Mengamuk
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMc2Ff_rzfQd2hUhdfvBoBN3mymtQHQEIJKnc6JKvroPBcSQ1JIQUMe1irNMWlu6wl2ie-2RFuOtBrl8jxTbYyQSe6fOAS0_myANCZaProhIpUXzuhRnSDVltIU6C1R3-7f_rKxhCVr3AR/s400/laksamana-mengamuk-4f9e495627f33.jpg
Es Laksamana Mengamuk merupakan minuman dingin yang menggunakan buah kuini sebagai bahan utama. Konon, keberadaan minuman ini berawal dari mengamuknya seorang laksamana di kebun kuini. Laksamana tersebut mengamuk lantaran istrinya dibawa lari oleh pemilik kebun kuini tersebut. Sang laksamana menebas-nebaskan pedangnya ke seluruh penjuru, hingga puluhan buah kuini hancur karena kemarahannya ini. Usai sang laksamana menuntaskan kemarahannya dan pulang, orang-orang di sekitar kebun kuini mengambil puluhan buah kuini yang sudah tercincang dan terhampar di rumput. Pada awalnya, orang-orang tersebut bingung, akan diapakan buah kuini yang telah terpotong-potong tersebut. Hingga salah seorang wantia, mencampurkan potongan-potongan buah kuini itu dengan air santan dan gula merah. Jadilah minuman segar, yang pada waktu itu, langsung dinikmati oleh orang sekampung.


H.    Laporan Hasil Proses Pembuatan Arasemen Lagu Soleram
1.      Alat-Alat yang Digunakan dalam Mengarasemen Lagu Soleram
1)      Galon
2)      Kardus
3)      Stik Drum
4)      Botol Aqua
5)      3 Botol Sirup
6)      Tutup Botol
7)      Kayu
8)      Tamborin bekas

2.      Alasan Menggunnakan alat-alat tersebut
1)      Galon, kardus, Karena mudah untuk mengaransemennya dan mudah untuk mengabungkannya dengan lagu soleram
2)      Tamborin bekas, kelompok kami menggunakan alat ini karena dapat menghasilkan suara yang lebih keras dibanding tutup botol
3.      Langkah-Langkah dalam Mengarasemen
1)      Botol aqua diisi dengan sedikit beras. Dimainkan dengan cara digoyang-goyangkan.
2)      Botol sirup diisi dengan air, botol 1 kosong, botol 2 diisi ¼ air, botol 3 diisi ½ air. Dimainkan dengan cara dipukul.
3)      Tutup botol dipipihkan menggunakan palu, lalu dipaku pada kayu. Dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan.
4)      Galon dimainkan dengan cara dimainkan dengan tangan.
5)      Kardus dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik drum.
4.      Kendala dalam Proses Mengarasemen
1)      Beberapa anggota tidak disiplin dalam menghargai waktu.
2)      Susah dalam mengeksplor instrumen salah satu alat musik (botol).
3)      Susah dalam mengatur tempo arasemen musik.
4)      Musik melayu susah dalam cengkok nya.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang oleh masyarakat Indonesia dikenal dengan hasil buminya yang melimpah dan daerah yang kental akan tradisi nilai-nilai kemelayuannya. Riau memiliki banyak khas diantaranya; Lagu dan Alat musiknya, Pakaian Adat, Rumah Adat, Tari, dan Makanan. Makna lagu soleram merupakan salah satunya yang mengamanatkan kepada anak-anak yang hendak tidur. Amanat untuk menjaga kehormatannya. Amanat untuk menjaga harga dirinya. Amanat untuk mempertahankan malu sebagai budayanya. Selain membudayakan malu, Soleram juga memiliki lirik yang mendidik untuk senantiasa menyambung tali persaudaraan dan menghindari perpecahan.



DAFTAR PUSTAKA
Bambang, Made. Ilmu Seni Teori dan Praktik.2010:Jakarta Timur:Inti Prima
https://faisalperwiraa.wordpress.com/sejarah-kebudayaan-melayu-riau/ (diakses pada hari senin tanggal 16 November pukul 08 :15)

http://www.tradisikita.my.id/2014/11/4-alat-musik-tradisional-dari-riau.html (diakses pada hari senin tanggal 16 November pukul 10 : 00)

http://www.dakwatuna.com/2014/12/02/60984/soleram-pesan-moral-terpendam/#axzz3nfOIxffd (diakses pada hari senin tanggal 16 November pukul 11 :15)





[1] Made bambang oka sudiro,2010,Ilmu Seni Teori dan Praktik.Jakarta Timur,Inti Prima., hal.15
[2] https://faisalperwiraa.wordpress.com/sejarah-kebudayaan-melayu-riau/
[3] Ibid; hal.16
Musik Tradisional dari Riau Musik Tradisional dari Riau Reviewed by asarisolid on 6:07 PM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.