Guru dan Murid dalam konsepsi islam


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG MASALAH
Di antara faktor pendidikan yang terpenting adalah faktor Guru dan Murid. Mereka adalah subjek dan objek pendidikan yang saling berinteraksi agar tujuan pendidikan yang diinginkan dapat terwujud. Guru secara profesional sangat besar peranannya  untuk menentukan ke mana arah potensi murid yang akan dikembangkan. Murid juga tidak hanya sekedar pasif, tetapi harus aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan Gurunya, sekaligus dalam upaya pengembangan keilmuannya. Idealnya dalam konsep pendidikan Islam, Guru dan Murid harus memili ki karakteristik sesuai dengan nuansa pendidikan Islam itu sendiri. Karakteristik ini akan membedakan konsep Guru dan Murid dalam pandangan pendidikan lainnya. Hal itu dapat  ditelusuri melalui berbagai aspek, salah satunya adalah bagaimana keadaan kehidupan seorang Guru juga Murid dalam proses perjalanan sejarah dunia pendidikan Islam sejak dahulu hingga sekarang, sejak masa Rasulullah hingga masa modern ini.

B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang di maksud dengan Guru dan Murid dalam konsepsi islam ?
2.      Apa sajakah karakteristik Guru dan Murid ?
3.      Bagaimana kehidupan Guru dan Murid ?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui arti guru dan muruid dalam konsepsi islam
2.      Mengetahui karakter yang harus di miliki Guru dan Murid
3.      Mengetahui sejarah kehidupan Guru dan Murid


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEHIDUPAN, GURU, DAN MURID
1. Pengertian Kehidupan
Pengertian secara nominal bahwa Kehidupan dari kata dasar ‘hidup’ mengandung banyak arti, antara lain :
a. masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya,
b. mengalami kehidupan dalam keadaan atau dengan cara tertentu,
c. memperoleh, mendapat rezeki dengan jalan sesuatu,
d. berlangsung ada kerena sesuatu,
e. tetap ada, tidak hilang,
f. masih tetap dipakai,
Kata hidup yang mendapat imbuhan ke-an, yang berarti “ cara, hal, atau keadaan hidup.” Dari makna kata hidup / kehidupan tersebut dapat dimaknai sebagai suatu keadaan sikap dan perilaku hidup manusia itu sendiri. Mencermati pengertian atau makna kata Kehidupan tersebut relevansi nya dengan pokok pembahasan makalah ini, maka penulis membatasi secara operasional bahwa, yang dimaksud Kehidupan Guru dan Murid Dalam Pendidikan Islam dimaksud ialah : menggambarkan secara singkat perihal karakteristik profesionalitas Guru dan Murid, Sosial ekonomi dan jaminan kesejahteraan  mereka dalam mengemban missi pendidikan Islam secara preodik, sejaka preode Nabi Muhammad Saw. hingga preode modern sekarang sesuai dengan tugas dan kewajiban serta tanggung jawab masing-masing.

B. PENGERTIAN GURU DAN KARAKTERISTIKNYA
1.  Pengertian Guru
Istilah guru / pendidik dalam bahasa arab biasa di pakai kata “al-murobbi” atau kadang-kadang di pakai kata “al-mu’addib” (pendidik khusus). Sedangkan untuk istilah guru, dalam bahasa arab biasa di pakai kata “al-mu’allim” atau “al-mudarris”.
Pendidik adalah salah satu faktor dalam proses pendidikan yang memegang peranan penting. Pendidik atau guru inilah yang bertanggung jawab dalam pengoperan nilai-nilai yang telah di tetapkan olehlembaga pendidikan untuk dimiliki oleh para terdidik atau peserta didik. Keberhasilan aktifitas pendidikan banyak tergantung pada keberhasilan para pendidikanya dalam mengemban misi kependidikannya. Itulah sebabnya islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang mau bertugas sebagai pendidik atau sebagai guru.[1]

2. Persyaratan Dasar dan Karakterristik Guru
Tugas sebagai pendidik adalah merupakan suatu tugas yang luhur dan berat. Di pundak para pendidiklah terletak nasib suatu bangsa. Maju atau mundurnya suatu bangsa di masa-masa mendatang banyak bergantung kepada keberhasilan atau tidaknya barisan para pendidik dalam mengemban misinya.[2]
Demikian pula dalam pendidikan islam, tugas sebagai pendidik tidaklah lebih ringan dari para pendidik pada umumnya. Sebab ia tidak hanya sekedar bertugas menyelamatkan nasib manusia dari bencana hidup di duni, namun jauh dari itu ia memikul amanat untuk menyelamatkan manusia dari siksa api neraka di akhirat. Berarti dia bertanggung jawab langsung kepada allah SWT. Oleh karena itu pendidik dalam pendidikan islam di samping harus memiliki syarat-syarat yang harus ada pada para pendidik pada umumnya, juga harus memiliki syarat-syarat lain yang bersifat khusus.[3]
Sudah banyak para ahli pendidikan islam yang mencoba merumuskan sifat-sifat atau syara-syarat yang harus dimiliki oleh setiap pendidik muslim. Misalnya Imam Ghozali, Athiyah Al-Abrosyi, An-Nahlawi dan masih banyak lagi. Dari berbagai pendapat tersebut, dapat di rumuskan bahwa seorang pendidik/guru dalam pendidikan Islam itu haruslah :
a.       Seorang pendidik bersifat zuhud, artinya melaksanakan tugasnya bukan bertujuan materi, melainkan mendidik untuk mencari keridhaan Allah.
b.      Seorang pendidik harus bersih lahir batin, jauh dari dosa dan kesalahan, sifat ria dengki, permusuhan, dan sifat – sifat tercela lainnya.
c.       Seorang pendidik harus ikhlas dalam menjalankan tugasnya dan memiliki sifat-sifat terpuji lainnya, seperti tawaddhu , jujur, lemah lembut, dsb.
d.      Seorang guru harus bersifat pemaaf, terhadap muridnya, ia mampu menahan diri  dan kemarahan, lapang hati, bersabar dan mempunyai harga diri.
e.       Seorang pendidik harus mencintai dan memeperhatikan muridnya seperti cinta dan perhatiannya terhadap anak-anaknya sendiri.
f.       Seorang pendidik harus mengetahui karakter, tabiat, sikap perilaku, potensi dan bakat setiap muridnya.
g.      Seorang pendidik harus menguasai materi pelajaran yang ia berikan kepada para muridnya. Dengan demikian tugas yang mesti diemban oleh Guru (pendidik) tidaklah mudah, sebab Islam menuntut pendidik (Guru) tersebut melakukan terlebih dahulu apa-apa yang akan ia ajarkan. Dengan begitu, pendidik akan mampu menjadi teladan (uswah) bagi peserta didiknya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh pendidik yang mulia, yaitu Nabi Muhammad SAW.

C. PENGERTIAN MURID DAN KARAKTERISTIKNYA
1.    Pengertian Murid
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kata murid ialah ”Orang atau anak yang sedang berguru, belajar, bersekolah.” Murid adalah orang atau anak yang memeperoleh pendidikan dasar dari satu lembaga pendidikan.” Murid atau siswa adalah anak yang dinamis yang secara alami ingin belajar apabila mereka tidak merasa putus asa dalam pelajarannya yang di terima dari orang yang berwenang atau dewasa yang memaksakan kehendak dan tujuannya kepada mereka.[4]
Kata murid berasal dari bahasa Arab, yaitu ’arada, yu’ridu, iraadatan, muriidan yang berarti orang yang menginginkan Ini menjadi salah satu Sifat Allah yang berarti Maha Menghendaki. Istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan term student (siswa); yaitu tilmidh, (jamak talaamidh, talaamida) yang berarti murid, dan thaalib jamak thalaba, tullaab) yang berarti orang yang menuntut ilmu-ilmu (agama), pelajar atau mahasiswa.”[5] ”Dalam bahasa Arab, setidaknya ada tiga istilah yang menunjukkan makna peserta didik, yaitu murid, al-tilmīdz, dan al-thaalib. Murid berasal dari kata ‘arada, yuridu, iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan (the willer). Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang peserta didik adalah orang yang menghendaki ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh. Sedangkan al-tilmīdz tidak memiliki akar kata dan berarti pelajar. Kata ini digunakan untuk menunjuk kepada peserta didik yang belajar di madrasah. Sementara Al-thaalib berasal dari thalaba, yathlubu, thalaban, thaalibun, yang berarti orang yang mencari sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik adalah orang yang mencari ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya untuk bekal masa depannya agar bahagia dunia dan akhirat. Dalam penggunaan ketiga istilah tsb biasanya dibedakan berdasar kan tingkatan peserta didik. Al-tilmīdz untuk sekolah dasar dan menengah, dan al-thālib untuk perguruan tinggi. Namun, menurut Abuddin Nata, istilah yang lebih umum untuk menyebut peserta didik adalah al-muta’allim. Istilah yang terakhir ini mencakup makna semua orang yang menuntut ilmu pada semua tingkatan, mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi.
2.      Karekteristik Murid
Selain tugas dan kewajiban di atas, peserta didik juga mesti memiliki sifat-sifat terpuji dalam kepribadiannya. sifat-sifat ideal yang mesti dimiliki oleh setiap peserta didik sebagai berikut :
a.       Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub Ilallah.
b.      Mengurangi kecenderungan kehidupan duniawi dibanding ukhrawi.
c.       Bersikap tawadhu’ (rendah hati).
d.      Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan dari khilafiyah.
e.       Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum maupun agama.
f.       Belajar secara bertahap, berjenjang, dari yang mudah kepada yg sukar
g.      Mempelajari ilmu secara khusus dan tuntas, kemudian yang lain.
h.      Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
i.        Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
j.        Mengenal nilai-nilai ilmu pengetahuan, yg bermanfaat, membahagia kan, mensejahterakan didunia akhirat untuk dirinya dan orang lain.
Peserta didik (Murid) dalam perspektif pendidikan Islam tidak hanya menuntut dan menguasai ilmu tertentu secara teoritis, akan tetapi lebih dari itu ia harus berupaya untuk mensucikan dirinya sehingga ilmu yang akan ia peroleh memberi manfaat baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu sangat diutamakan akhlak seorang peserta didik, dengan niyat semata-mata karena Allah, dan menharap Ridha-Nya.

D. KEHIDUPAN GURU DAN MURID DALAM PENDIDIKAN ISLAM
1. Kehidupan guru dan murid priode modern (1250m -sekarang)
Pembaharuan Pendidikan Islam di Eropa bermula ketika Dinasti Turki Usmani (1299-1924M) oleh Usman bin Ortogal, yaitu ketika Sultan Alauddin II berkuasa. Begitu pula di Afrika. Pembaharuan Pendidikan Islam di Mesir oleh Muhammad Abduh (1848-1905M). Ia belajar dari Thanta kemudian ke al-Azhar, Dar Al-Ulum, dan ke Khedevi, Beliau Murid Jamaluddin Al-Afghani. Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan implikasinya dalam Pendidikan di dunia modern oleh Ismail Raji Al-Faruqi (lahir di Jaffa Palestina, 1921 alumni The American Universcity, Ia Guru besar Sejarah agama-Agama Islam di beberpa Negara, Syekh Muhammad Naquib Al-Attas, Abdul Hamid abu sulaiman, Sayed Husein Nasr, Fazlurrahman, dan Zainuddin Sardar. Implikasinya pada aspek Pendidik (Guru) adalah ditempatkan pada posisi yang selayaknya, artinya kompetensi dan profesionalitas yang mereka miliki dihargai sebagaimana mestinya. Menurut Al-Faruqi, tidak selayaknya para pendidik (Guru) mengajar dengan perinsip keikhlasan, tetapi pendidik harus diberikan honorarium sesuai dengan keahliannya. Aplagi bagi Guru (dosen) tamu, ia harus dihargai lebih tinggi dari Guru sendiri. Pendidik atau Guru di Era Modern . Pendidik diera (modrn) ini tidak banyak lagi yang mempersepsikan dirinya sebagai pengemban amanat yang suci dan mulia, mengembangkan nilai-nilai multi potensi anak didik (murid), tetapi mempersepsikan dirinya sebagai seorang petugas semata yang mendapatkan gaji baik dari negara, maupun organisasi swasta dan mempunyai tanggung jawab tertentu yang harus dilaksanakan.. Bahkan terkadang timbul muncul sifat egoisme ketia Guru akan melaksanakan tugasnya termotivasi oleh sifat materialis dan pragmatis yang tidak lagi dilandasi oleh rasa keikhlasan panggilan mengembangkan fitrahnya dan fitrah muridnya. Dan sebagai dampaknya, terbukti dari produktivitas pendidikan banyak melahirkan siswa (murid) dan sarjana cerdas dan trampil, tetapi juga masih banyak yang tawuran, perkelahian, pemerkosaan, sarjana berdasi yang korupsi, menindas, mencuri hak rakyat, meskipun tidak semuanya demikian. Di sisi lain, salah satu dampak kehidupan sosial Guru dan Murid, terlihat dan terasa komitmen Murid terhadap Guru sekarang memudar, bahkan tidak jelas lagi, (tidak seperti masa Al-Ma’mun), bahwa siapa sebenarnya yang menjadi Guru si Fulan. Kebanyakannya murid / mahasiswa sekarang hanya merasa dia telah lulus dari sekolah Anu, bukan merasa telah menguasai suatu Ilmu dari Guru / dosen tertentu. Dengan demikian untuk membangun kembali citra kehidupan sosial , hubungan Islamiyah dan tradisi keilmuan perlu dilakukan harmonisasi secara sinergi antara Guru/Dosen , Murid/Mahasiswa, dan lingkungan hidup dengan mengurangi motivasi material dalam melaksanakan tugas kependidikan dalam Islam.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Keadaan Kehidupan Guru dan Murid dalam arti karakter, semangat kerja, frofesionalisme, finansial, jaminan kehidupan, baik secara moril maupun material, sejak masa Kepemimpinan Rasulullah dengan para Sahabat sungguh suasana kehidupan yang sangat sederhana dan bersahaja, yang terpenting menjunjung perintah Allah dengan semangat jihad dan bimardhatillah. Demikian pula kehidupan Murid ( Sahabat dan umat ) saat itu, hingga pada masa Khulafaur Rasyidin, kehidupan mereka dalam mengajar dan belajar menuntut ilmu juga benar-benar karena menjungjung perintah Allah, hingga akhir Priode klasik ( ber akhirnya daulah Umaiyah sekitar 750 M). Pada zaman keemasan Islam masa Khalifah Abbasiyah, aspek pendidikan semakin mendapat prerhatian dari penguasa dan berbagai pihak. Kehidupan Guru dan Murid semakin mendapat perhatian baik finansial material, maupun jaminan sosial . Meski demikian, Guru dan Murid tetap mereka menganggap bahwa belajar mengajar hanyalah kewajiban setiap Muslim. Tetapi Penguasa ketika itu telah memperhatikan dan mengakomodirnya. Diera modern ini, keadaan kehidupan Guru dan Murid mengalami perubahan dalam arti relatif. Pada tataran material dan finasial bagi Guru telah diatur secara khusus oleh negara, sementara pihak Murid masih ada terbebani dengan berbagai dalih biaya ini dan biaya itu. Tetapi yang jelas tidak banyak lagi yang mempersepsikan dirinya sebagai pengemban amanat yang suci dan mulia, bahkan terkadang timbul sifat egoisme sebagian Guru ketika akan melaksanakan tugasnya termotivasi oleh sifat materialis dan  pragmatis yang tidak lagi dilandasi oleh rasa keikhlasan.


DAFTAR PUSTAKA

H. Abu Tauhied.Ms, 1990, Beberapa Aspek Pendidikan Islam. Yogyakarta, IAIN sunan kalijaga
Abd. Rachman Assegaf,2011, filsafat pendidikan islam. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada
Zakiah Daradjat, dkk, 1995, metode khusus pengajaran agama islam. Jakarta : Bumi Aksara
Abuddin nata, 2007, manajenen pendidikan. Jakarta : kencana prenada media group



[1] H. Abu Tauhied.Ms, 1990, Beberapa Aspek Pendidikan Islam. Yogyakarta, IAIN sunan kalijaga, hal. 39
[2] Ibid., h.44
[3] Ibid.
[4] Abd. Rachman Assegaf,2011, filsafat pendidikan islam. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, hal. 113
[5] H. Abu Tauhied.Ms, 1990, Beberapa Aspek Pendidikan Islam. Yogyakarta, IAIN sunan kalijaga, hal. 57
Guru dan Murid dalam konsepsi islam Guru dan Murid dalam konsepsi islam Reviewed by asarisolid on 10:38 AM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.