PRAKTIK BAIK PENDIDIK YANG BERPIHAK PADA ANAK DI SALAM (Sanggar Anak Alam.-Yogyakarta) 2. Sekolah Kembang Jakarta 3. SDN 01 Bongan, Kutai Barat.
PRAKTIK BAIK PENDIDIK YANG BERPIHAK PADA ANAK DI SALAM (Sanggar Anak Alam.-Yogyakarta) 2. Sekolah Kembang Jakarta 3. SDN 01 Bongan, Kutai Barat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha dasar untuk memberikan nilai-nilai kebatinan dan kebudayaan yang ada dalam hidup masyarakat yang memiliki kebudayaan pada setiap keturunan, tidak saja berupa “pemeliharaan” tetapi juga bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan kebudayaan (Dewantara, 2011: 344). Pendidikan berarti proses humanisasi atau lebih dikenal dengan istilah memanusiakan manusia, oleh karena itu seharusnya kita dapat menghormati hak asasi manusia. manusia. Dalam berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan untuk menghadapi tantangan persaingan global, diperlukan sistem pendidikan yang menekankan cipta, rasa dan karsa. Sistem pendidikan yang dimunculkan oleh Ki Hadjar Dewantara Hadjar Dewantara dapat menjadi sistem dan metode unggulan dalam menjadikan manusia Indonesia yang memiliki memiliki daya cipta, rasa, dan karsa serta sistem among dapat menjadi sistem yang unggul dan khas dalam menghadapi persaingan pendidikan lintas Negara (Wagid, 2009:2).
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak didik baik sebagai individu manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat tercapai kesempurnaan hidup. Proses pendidikan pada umumnya tidak akan lepas dari pengaruh lingkungan. lingkungan pergaulan yang dimaksud adalah alam keluarga, alam perguruan (sekolah), dan alam pergerakan pemuda (masyarakat). Kemajuan dunia pendidikan saat ini, tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh tokoh pendidikan sebagai sebagai actor utamanya. Menurut Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan dapat disebut sebagai usaha untuk menuntun segenap kekuatan kodrati atau dasar yang ada pada anak sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan dapat dijadikan sebagai media untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab bagi dirinya dan negaranya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini, yaitu:
Bagaimana pemikiran Ki Hadja Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang berpihak pada siswa?
Bagaimana karakteristik pembelajaran yang berpihak pada pada siswa?
Bagaimana strategi metode pembelajaran yang berpihak pada siswa?
Bagaimana implementasi pembelajaran yang berpihak pada siswa?
Bagaimana strategi mewujudkan pendidikan nasional?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan disusunnya makalah ini yaitu:
Mengetahui bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang berpihak pada siswa
Mengetahui karakteristik pembelajaran yang berpihak pada siswa
Mengetahui strategi metode pembelajaran yang berpihak pada siswa
Mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran yang berpihak pada pada siswa
Mengetahui strategi untuk mewujudkan pendidikan nasional Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan Yang Berpihak Pada Anak
Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anakanak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada yang ada namun tidak semua yang baru itu baik, jadi itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. belajar. KHD menjelaskan menjelaskan bahwa dasar pendidikan pendidikan anak berhubungan berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan berada, sedangkan kodrat zaman kodrat zaman berkaitan dengan berkaitan dengan isi dan isi dan irama. Artinya bahwa irama. Artinya bahwa setiap anak setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi atau mengaburkan sifat-sifat jeleknya. Hal terpenting terpenting yang harus dilakukan dilakukan seorang seorang guru adalah menghormati menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodo), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
Sistem Paguron menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara merupakan suatu sistem pendidikan nasional karena sistem pendidikan ini berorientasi pada nilai-nilai kultural, hidup kebangsaan serta kemasyarakatan Indonesia. Gagasan paguron mencakup pengertian bahwa Paguron sebagai tri pusat pendidikan, yaitu sebagai tempat guru, sebagai tempat belajar, dan sebagai tempat pendidikan dalam masyarakat, Berdasarkan pengamatan secara langsung dalam kehidupan masyarakat saat ini sebenarnya banyak menjumpai pendidikan pada pesantren-pesantren modern yang berkembang di kota-kota besar maupun di desa. Dipilihnya sistem paguron dari Ki Hadjar Dewantara karena sistem pondok yang dimaksudkan dimaksudkan Ki Hadjar Dewantara besar sekali faedahnya.
Pemikiran karya Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yaitu secara khusus mengenai pendidikan yang memerdekakan pemikirannya secara implisit sangat Filosofis, humanistis, sosialis. Pendidikan yang memerdekakan mencakup mencakup tiga pengertian, yaitu: tiga pengertian, yaitu:
Pendidikan yang menekankan kemandirian anak didi anak didik (kekuatan diri sendi tan diri sendiri, tidak bergantung pada orang lain).
Pendidikan yang menekankan kemerdekaan lahir dan batin.
Pendidikan yang menekankan keterlibatan subyek berkesadaran akan pentingnya pengetahuan teoritis dan praksis untuk diaplikasikan dalam kehidupan bersama demi membangun kehidupan sosial yang beradab.
B. Pendidikan yang Bepihak Pada Anak
Salah satu indikator keberhasilan terwujudnya merdeka belajar adalah proses pendidikan pendidikan yang berpihak berpihak pada murid. Filosofi Ki Filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD) Dewantara (KHD) banyak dipakai dipakai dalam proses pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang berpihak pada murid merupakan pendidikan pendidikan yang menitikberatkan peserta menitikberatkan peserta didik sebagai didik sebagai prioritas utama prioritas utama yang harus dilayani. harus dilayani. Setiap anak memiliki kemerdekaan untuk belajar sesuai dengan keinginan dan kemampuan alamiah yang terbentuk dalam diri anak. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan harus berpusat berpusat pada anak dengan memberikan memberikan kemerdekaan kemerdekaan kepada siswa untuk tumbuh dan berkembang. Untuk itu, guru dan orang tua harus terlibat terlibat dengan memperhatikan memperhatikan dan dukungan terhadap minat, bakat dan kemampuan masing-masing siswa. Pembelajaran yang berpihak pada siswa salah satunya dengan memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat. Kemudian memberi kebebasan membangun sendiri pengetahuannya, tidak selalu mengikuti keinginan gurunya. Siswa diberi kebebasan untuk memahami pelajaran sesuai dengan caranya.
C. Karakteristik Pendidikan yang Berpihak Pada Anak
Terdapat beberapa karakteristik dalam metode pembelajaran yang berpihak pada anak, yaitu:
Manusia Merdeka
Tujuan utama dari pendidikan adalah agar anak selam anak selamat dan bahagia baik sebagai individu maupun sosial. Menurut pemikiran KHD, adalah manusia merdeka sehingga pendidikan pendidikan harus berpihak berpihak pada murid agar anak selamat selamat dan bahagia bahagia baik sebagai sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Menurut KHD Manusia merdeka merupakan manusia yang hidupnya tidak bergantung pada orang lain baik secara lahir maupun batin, akan tetapi bersandar atas kekuatannya sendiri. Dalam proses pembelajaran pembelajaran di kelas anak harus belajar belajar dengan bebas tanpa adanya suatu tekanan, tekanan, tanpa takut tanpa takut disalahkan, bebas ahkan, bebas mengutarakan pendapat arakan pendapat serta bebas mengembang bebas mengembangkan kreativitas.
Mengembangkan Minat dan Bakat Siswa
Pendidikan yang berpihak pada anak adalah pendidikan yang memperhatikan minat, bakat dan kemampuan kemampuan yang dimiliki dimiliki masing-masing masing-masing anak. Bakat adalah kemampuan kemampuan bawaan bawaan dari lahir, sedangkan sedangkan minat terbentuk terbentuk selama proses tumbuh kembang kembang anak. Bakat yang dimiliki anak tidak selalu berhubungan dengan akademis maupun kemampuan kognitif. Namun bakat bisa jadi berhubungan dengan hal-hal yang bersifat sosial seperti kemampuan berkomunikasi dan sebagainya. Dalam pembelajaran, guru melakukan asesmen diagnostik untuk dapat lebih mengenal karakteristik anak dan mengembangkannya potensi berdasarkan bakat dan minat anak.
Kodrat Anak
Pendidikan yang berpihak pada murid merupakan pendidikan yang dielaborasi terkait kodrat alam dan kodrat zaman. KHD mengingatkan bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak supaya dapat mencapai kodratnya sesuai alam dan zamannya. Cara belajar belajar murid pada masa kini tentu sangat berbeda berbeda dengan murid zaman dahulu. dahulu. Salah satu yang terlihat menonjol yakni anak zaman sekarang lebih dapat menguasai teknologi dibandingkan orang tua. Untuk itu, sebagai pendidik harus bisa adaptif terhadap perkembangan zaman sehingga proses tumbuh kembang anak dapat optimal.
Agar dapat bersaing di era revolusi Industri 4.0, seorang pendidik dituntut untuk dapat memaksimalkan kemampuan anak keterampilan seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Pendidikan yang ikan yang berpihak pada murid pada murid menurut KHD terlihat dari semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Dalam proses pembelajaran, murid bertindak sebagai subjek dan guru merupakan fasilitator yang memberikan motivasi.
D. Strategi Metode Pembelajaran yang Berpihak Pada Anak
Pembelajaran Berdiferensiasi, Mewujudkan Pembelajaran yang Berpihak pada Murid. Banyak hal yang dikupas tentang hal ini. Hal-hal itu mulai dari persiapan yang harus dilakukan oleh guru sebelum mulai pembelajaran dengan melakukan asesmen diagnostik belajar, kemudian memetakan kebutuhan murid baik itu dilihat dari kesiapan belajar, minatnya maupun profil belajarnya. Belajar tentang Pembelajaran Berdiferensiasi menjadi bekal yang cukup penting sebagai bentuk upaya nyata untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid yang merupakan pengalaman luar biasa, karena dengan materi tersebut semakin jelas apa yang harus dilakukan untuk dapat menerapkan pembelajaran yang berpihak kepada murid. pembelajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, murid memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya. Hal itu penting dilakukan guru karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Melansir dari laman Ayo Guru Berbagi Kemendikbud, dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan masuk akal yang nantinya akan diambil.
Manfaat pembelajaran berdiferensiasi Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada murid. Perlu diketahui bahwa setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga tidak semua murid bisa diperlakukan sama. Jika tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan murid maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa maju dan berkembang belajarnya. Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain:
Setiap orang merasa disambut dengan baik
Murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai
Merasa aman Ada harapan bagi pertumbuhan
Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan
Ada keadilan dalam bentuk nyata
Guru dan murid berkolaborasi
Kebutuhan belajar murid terfasilitasi dan terlayani dengan baik.
Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal.
E. Cara Menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran diferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan perlakuan atau tindakan tindakan berbeda berbeda bagi setiap murid. Maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar. Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain:
Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, belajar, minat belajar, dan profil belajar belajar murid. Pemetaan bisa dilakukan dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dan lain-lain.
Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar).
Mengevaluasi dan refleksi pembelajaran yang berlangsung. Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok dalam menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang dibuat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar murid juga memerlukan data yang akurat baik dari murid, orangtua/wali, maupun dari lingkungannya.
Ciri pembelajaran berdiferensiasi Pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki ciri-ciri atau karakteristik tersendiri, yakni:
Lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.
Terdapat penilaian berkelanjutan
Guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid
Manajemen kelas efektif.
Guru yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum. Selain itu guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide yang disampaikan. Serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Sedangkan contoh kelas yang belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih memaksakan kehendaknya sendiri.
F. Implementasi Pembelajaran yang Berpihak Pada Anak
Implementasi pembelajaran yang berpihak pada anak sudah diterapkan di beberapa sekolah. Berikut penjelasan dari beberapa sekolah yang menerapkannya.
SANGGAR ANAK ALAM
SALAM adalah sekolah alternatif yang menjalankan proses pendidikan dari sudut pandang yang lebih humanistik dengan fokus pada minat dan bakat peserta peserta didik. Sekolah ini berusaha membangun proses pendidikan yang menghargai peserta belajar sebagai individu yang sedang tumbuh sedang tumbuh dalam lingkup alaminya. Pendidikan. Pendidikan alternatif bukan sekadar proses menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja agar mereka memperoleh pekerjaan yang bergelimang harta. Namun pendidikan digunakan sebagai alat untuk membangun manusia seutuhnya. Proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan yang holistik berbasis riset yang dirancang bersama dan disesuaikan dengan peristiwa, permasalahan, dan kebutuhan hidup di hidup di lingkungan sekitar. Guru-guru menyajikan materi ikan materi yang disesuaikan dengan konteks peristiwa yang ada di lingkungan sekitar, dan tetap mengakomodasi minat dan bakat peserta didik.
SALAM menggunakan metode riset dalam proses belajar para siswanya. Metode ini dikenalkan sejak jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dengan cara paling sederhana, yaitu melakukan pengamatan. Setelah anak naik ke tingkat selanjutnya barulah anak dikenalkan dengan metodologi penelitian yang lebih kompleks, sesuai dengan perkembangan kemampuan anak. Riset di SALAM dimaknai sebagai proses penyelidikan, pengamatan, atau pencarian pencarian yang seksama untuk memperoleh data, fakta serta informasi yang kemudian menjadi dasar untuk menyusun pengetahuan baru, dan diterapkan sesuai pemahaman barunya tersebut.
Terbangunnya jaringan hubungan yang demokratis antara guru, murid, orang tua dan lingkungan di sekitar sekolah. Guru tidak berlaku sebagai ‘Sang Segala Tahu’ yang memaksa memindahkan isi kepalanya ke wadah-wadah kosong bernama murid. Tugas utama mereka adalah merawat hasrat ingin tahu para pembelajaran dengan cara yang memampukan mereka mengalami sendiri proses penemuan pengetahuan. Tentu saja relasi semacam ini menuntut pembagian peran yang lebih egaliter. Sebagai sekolah yang memerdekakan, memanusiakan manusia, bentuk pengekangan lewat penyeragaman tidak diterapkan di SALAM. Misal; bebas mengenakan pakaian apa saja selama mematuhi kaidah kesopanan dan kerapian yang disepakati, dan dirasa nyaman oleh seluruh warga SALAM.
Selain meniadakan mata pelajaran yang seragam dan menggantinya dengan riset. Riset dipilih dan dirancang sendiri oleh anak-anak SALAM lewat fasilitasi para fasilitator SALAM. Selain riset, dengan meniadakan mata pelajaran di tiap jenjang pendidikan di SALAM, wadah-wadah baru sebagai sarana belajar diciptakan lewat kesepakatan bersama. Ada kunjungan keluarga, perjalanan pendek, dan proses live-in yang mesti dilakukan seluruh murid secara periodik sesuai kesepakatan. Selain itu, kegiatan makan kudapan di jam rehat dan makan siang bersama usai proses belajar juga dijadikan wadah belajar bersama-sama. Orang tua terlibat langsung dan menjadi salah satu kunci proses pembelajaran anak-anak di SALAM. Selain terlibat secara langsung dalam proses belajar sehari-hari, orang tua secara bergiliran juga wajib memberikan materi ketika kunjungan keluarga berlangsung.
Ketika SALAM kekurangan dana, orang tua berperan berperan aktif menginisiasi bermacam kegiatan untuk penggalangan dana. SALAM menerapkan pendidikan yang merdeka dan penuh kesetaraan. Murid menjadi subjek pendidikan, pun begitu dengan orang tua murid, dan fasilitator. Ketiadaan guru di SALAM diganti dengan fasilitator. Mereka adalah sukarelawan yang merasa cocok dan se-ideologi dengan apa yang sudah dipraktikkan selama ini di SALAM. Tak seperti guru yang dianggap serba tahu dan bisa memperlakukan murid sekehendaknya, fasilitator di SALAM berperan lebih kepada pendampingan terhadap anak-anak dalam proses belajar. Mereka menjadi rekan diskusi, rekan berkeluh-kesah, dan menjalin hubungan yang menuntut kesetaraan di antara seluruh warga belajar SALAM.
SEKOLAH KEMBANG
Anak terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Siswa ikut menentukan tujuan belajar, cara belajar, belajar, cara evaluasi belajar, sampai merefleksikan proses belajarnya. Sekolah dasar: anak mengikuti siklus belajar (bertanya sampai refleksi) Paud / Tk / kelompok bermain: anak mendapat ruang yang luas untuk bermain, untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya, membuat keputusan yang dihargai oleh guru dan orang tua. Perbedaan yang paling mendasar adalah perbedaan tingkat kedalaman materi yang dibahas. Selain perbedaan komposisi materi, perbedaan lain adalah cara memperlakukan anak-anak yang sesuai dengan tingkatan mereka. Di PG, anak-anak diberikan materi sebatas keterampilan bantu diri dan hal-hal yang paling mendasar. Misalnya ketika mempelajari benda langit, anak-anak PG hanya dikenalkan dengan hal yang mudah mereka lihat seperti bulan, bintang, dan matahari. Anak-anak di PG lebih banyak diberikan waktu untuk bermain.
Guru-guru di PG berfokus melatih PG berfokus melatih anak-anak ini anak-anak ini untuk mengembangkan keterampilan bantu diri mereka seperti makan sendiri, ganti baju sendiri, dan berbagi dengan teman-temannya. Anak-anak di TK mulai dikenalkan dengan ritual berdoa dan bernyanyi. Mereka mulai diberikan tanggung jawab petugas kelas, dan dituntut sudah mahir mengurus dirinya sendiri. Materi pelajaran di TK juga sudah mulai beragam, mulai dari Bahasa Inggris, perkenalan percakapan sederhana Bahasa Jepang, Musik, menulis, dan Matematika, meskipun hanya sebatas perkenalan. Anak-anak di TK sudah diajarkan untuk mematuhi peraturan yang mereka susun sendiri. Di TK, perkembangan motorik juga dilatih untuk persiapan belajar menulis dan membaca dengan lancar di SD nanti. Anak-anak SD dititik beratkan pada materi-materi pelajaran.
Untuk SD kelas 1-3, masih banyak perilaku belajar mereka yang dimaklumi. Seperti, belum bisa menulis dengan rapi, masih sering menanyakan pertanyaan yang sudah ditanyakan, sampai menolak mengerjakan sesuatu. Hal ini dilakukan karena kelas 1-3 merupakan masa-masa peralihan dari kehidupan yang penuh dengan bermain-main ke kehidupan untuk belajar. Anak-anak kelas 4-6 betul-betul diperdalam tingkat pemahamannya untuk persiapan ujian, dan lebih banyak diajak berdiskusi. Anak-anak di kelas 4-6 juga mulai dikenalkan tentang kehidupan remaja seperti pubertas dan bullying awareness. Anak-anak SD Kembang ditanamkan untuk mencari ilmu sebanyak mungkin dari berbagai media dan dari siapapun yang mereka kenal. Mereka dibentuk untuk tidak malu bertanya, dan tidak takut untuk salah selama belajar.
Disebutkan juga di dalam sebuah artikel bahwa SD Kembang Ajarkan Anak Menjadi Diri Sendiri dan Berani Berpendapat. Percaya bahwa tidak ada anak yang sama, SD Kembang ini memberikan pendampingan untuk memaksimalkan potensi setiap anak. Mereka juga berusaha mendengarkan suara anak dan menjadikan itu sebagai pegangan untuk menentukan setiap kegiatan belajar yang dilakukan. Bahkan proses mendaftar di SD Kembang tidak menggunakan tes calistung. Anak-anak yang mendaftar hanya akan diobservasi lewat kegiatan mengobrol bersama untuk melihat kematangan dan kesiapan mereka untuk masuk sekolah. Semua itu dikemas dalam bentuk kuesioner yang kemudian akan dikonsultasikan ke psikolog. Walau bukan calistung, tetapi anak diharapkan menguasai keahlian-keahlian dasar dan berkembang sesuai milestone nya. Proses pendaftaran justru akan lebih berat dan fokus pada orang tua. Setiap orang tua akan ditanya mengenai semua hal yang berkaitan dengan semua hal yang berkaitan dengan anak, mulai dari perkembangannya, keluarga, pola asuh yang kemudian akan mempengaruhi proses masuk anak.
Salah satu keunggulan SD Kembang adalah menerapkan pembelajaran berbasis proyek atau project based learning. Namun, metode proyek tersebut tidak dilakukan di akhir, seperti kebanyakan sekolah lainnya, melainkan sejak awal proses belajar. Untuk kurikulumnya memakai kurikulum 2013, tetapi hanya sebagai benang merah. Nantinya para guru akan mengembangkan tema sesuai literatur yang kemudian dirancang khusus sesuai kebutuhan anak. Untuk kelas kecil, tema akan dirumuskan oleh para guru. Namun, memasuki kelas besar maka uki kelas besar maka tema akan dirumuska tema oleh guru bersama anak. Tema akan dilempar ke anak-anak yang kemudian tiap anak memberikan ide-ide pelajaran yang akan dibahas. Setiap pendapat didengarkan dan diolah bersama hingga ditemukan tema utama yang akan dipelajari. Anak-anak tidak hanya dibebaskan untuk memilih tema yang akan dipelajari, melainkan juga dalam hal lainnya. Salah satunya adalah dengan tidak adanya penerapan seragam. Anak-anak tidak pakai seragam, gurunya pun tidak pakai seragam. Hal itu berangkat dari pendiri Sekolah Kembang, Ibu Yaya, yang ingin sekali anak-anak menjadi diri mereka sendiri dan tidak terkungkung dalam seragam yang membuat mereka sama dengan yang lain. Ada pula kelas keterampilan yang dibuat dan bisa diikuti oleh anak-anak sesuai dengan minat mereka. Kelas yang diberi nama Jumat Ceria itu dibuka setiap hari Jumat dan menghadirkan kelas keterampilan, mulai dari keterampilan rumah tangga, kelas memasak, bertukang, menjahit, dan lainnya.
SDN 01 BONGAN KUTAI BARAT
Sekolah dasar yang ingin mengembangkan siswa yang berakhlak mulia, berilmu, bermutu, berwawasan lingkungan yang dijiwai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Menyelenggarakan pembelajaran dan bimbingan yang bermutu dan berwawasan lingkungan secara efektif dan untuk mengoptimalkan potensi dan prestasi akademik siswa. Mendorong dan membantu siswa dalam mengenali dirinya dan upaya peningkatan prestasi non akademik. Mengembangkan sikap dan prilaku seluruh warga sekolah sebagai cermin budi pekerti yang luhur. Mengembangkan usaha untuk membudayakan kejujuran dalam rangka menciptakan akhlak mulia bagi seluruh warga sekolah. Penumbuhan, peningkatan, penghayatan, penghayatan dan pengamalan terhadap nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan sesuai dengan ajaran agama.
Menyelenggarakan kegiatan ektrakurikuler yang berorientasi pada pengelolaan lingkungan Sekolah memiliki program pada perangkat pembelajaran kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 untuk semua mata pelajaran yang terintegrasi dengan Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan sesuai ketentuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Peningkatan Gain Score Achievment (GSA) rata-rata Ujian Nasional 8,00. Memiliki 2 rombongan belajar untuk setiap jenjang kelas. Memiliki Green House yang representatif. Menjadi juara 1 dalam lomba siswa teladan tingkat SD se-Kabupaten Kutai Barat. Menjadi juara 1 dalam lomba mata pelajaran tingkat SD se-Kabupaten Kutai Barat. Memiliki tim bola voli putra/putri. Memiliki tim sepak bola putra/putri. Memiliki sanggar tari daerah. 90% siswa melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut . 90% masyarakat dan pemerintah percaya atas produk dan bentuk-bentuk pelayanan sekolah.
Pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi di dalam kelas (one teacher one laptop). Kualifikasi pendidikan tenaga pendidik minimal S-1/DIV. Memiliki halaman sekolah yang hijau dan akses jalan yang di yang di paving blok. Memiliki WC murid dan ruang ganti murid yang Memiliki WC murid dan ruang ganti murid yang sesuai dengan rasio jumlah peserta didik dengan rasio jumlah peserta didik yang ada. Menjadi juara 1 lomba sekolah sehat se provinsi Kalimantan Timur. Menjadi sekolah adiwiyata madya. Menjadi juara 1 olimpiade Matematika dan IPA-Sains tingkat SD se provinsi Kalimantan Timur. Memiliki grup perkusi/Rebana. Regu pramuka juara 1 tingkat SD se Kabupaten Kutai Barat. Memiliki sarana dan prasarana yang berteknologi maju. Memiliki laboratorium IPA, Bahasa dan komputer. Memiliki ruang serbaguna. Menghasilkan lulusan yang jujur, berakhlak mulia, berilmu, bermutu dan berwawasan lingkungan. Memenuhi keadilan dan pemerataan pendidikan bagi warga di lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang hijau, bersih, indah, aman dan nyaman. Mencapai pendidikan yang bermutu, efisien dan relevan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktik baik merupakan kegiatan yang sudah dilakukan atau pengalaman keberhasilan terbaik dari guru dalam menjalankan tugas mereka. Praktik yang dilakukan sangat penting untuk dibagikan agar bisa digunakan sebagai referensi bagi rekan guru yang mengalami permasalahan yang sama sehingga bisa sama mengadakan perbaikan dan otomatis berdampak pada siswa belajar dengan lebih baik. Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan merdeka itu berdaya upaya dengan sengaja untuk memajukan hidup tumbuhnya budi-pekerti (rasa-pikiran, roh) dan badan anak dengan jalan pengajaran, teladan, dan pembiasaan jangan disertai perintah dan paksaan”. Pendidikan yang memerdekakan itu seperti:
Memerdekakan aspek lahir dan batin.
Kemerdekaan bukan berhenti pada penguasaan diri tapi juga menghormati kemerdekaan orang lain.
Membebaskan peserta didik agar berkembang menjadi manusia dan bijaksana.
Membimbing peserta didik agar berkembang menjadi manusia dewasa dan bijaksana.
Pendidikan budi pekerti menjadi landasan bagi peserta didik untuk mencapai kemerdekaan sebagai manusia.
Selalu berpikir dan merasakan serta memakai ukuran timbangan, dan dasar tetap dalam perkataan dan Tindakan.
Memberi ruang yang luas untuk mengeksplorasi potensi diri dan berekspresi secara kreatif. Menuntun proses pengekspresian potensi diri peserta didik agar terarah positif dan tidak destruktif.
Menanamkan nilai kasih sayang, cinta kedamaian, persaudaraan, kejujuran, dan penghargaan terhadap kesetaraan dalam derajat manusia.
Prinsip Pendidikan yang memerdekakan secara pancadarma berdasarkan kodrat alam menjunjung tinggi hukum-hukum alam sebagai perwujuda alam sebagai perwujudan kodrat Tuhan Yang kodrat Tuhan Yang Maha Esa. Maha Esa. Sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, dan berkodrat sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Maka prinsip tersebut meliputi:
Kebudayaan dengan mempertajam daya cipta, rasa, karsa, secara seimbang agar menjadikan manusia yang berbudi pekerti luhur.
Kemerdekaan dengan memerdekakan pikiran dan perbuatan manusia, sejauh tidak mengganggu tertib damainya hidup bersama.
Kebangsaan yang tidak boleh melupakan persatuan kesatuan bangsa
Kemanusiaan yang selalu menjunjung tinggi kodrat, harkat, dan martabat manusia.
Prinsip lainnya seperti tiga prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani, dan prinsip among yaitu dalam prosesnya menuntun anak diberi kebebasan dan guru menjadi pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah, dan tidak membahayakan dirinya maka kita mementingkan keselamatan dan kebahagiaan mereka. Seorang pamong memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Ki Hadjar Dewantara juga berpendapat untuk menghamba pada anak atau berbasis Student Centered Learning, yaitu siswa belajar dari apa yang dilakukan bukan dari apa yang disampaikan guru, pendekatan belajar yang berpusat pada peserta didik atau anak merupakan sistem pembelajaran yang menunjukkan dominasi kegiatan peserta didik dalam pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, dan pemimpin. Maka munculah berbagai praktik baik pendidikan pada sekolah di Indonesia, yang dapat dijadikan contoh pada kurikulum merdeka yang memerdekakan peserta didik sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara, seperti praktik baik pendidikan pada sekolah ALAM (Sanggar Anak Alam – Yogyakarta), Sekolah Kembang – Jakarta, SDN 01 Bongan, Kutai Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, Simanullang, (2023). Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi. Penerbit Adab.
Halimah, Halimah, Et Al. Implementasi Pancasila Sebagai Entitas Dan Identitas Pendidikan Abad Ke-21 Di SMAN 4 Palangka Raya. Cakrawala: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global, 2023, 2.1: 119-133.
Putri, Vena Ayunda Ramadhani, Et Al. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan. In: Prosiding National Conference For Ummah. 2023. P. 156-159.
Sunardi. 2023. Strategi Mewujudkan Pendidikan Yang Berpihak Pada Anak Dan Pendidikan Nasional Indonesia
Syafe'i, Imam. Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 2017, 8.1: 61-82.
No comments: