PERBEDAAN
INDIVIDUAL DAN JENIS KEBUTUHAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Perbedaan Individual Anak Usia SD
1.
Perbedaan
individual seorang anak akan terjadi pada setiap aspek perkembangan anak itu.
Aspek perkembangan tersebut di antaranya adalah pada aspek perkembangan fisik,
intelektual, moral, maupun aspek kemampuan.
2.
Perbedaan pada
aspek perkembangan fisik jelas terlihat dari perbedaan bentuk, berat, dan
tinggi badan. Selain itu, perbedaan fisik juga dapat diidentifikasi dari segi
kesehatan anak. Sedangkan perbedaan pada aspek perkembangan intelektual dapat
dilihat sejalan dengan tahapan usia, kemampuan anak pun meningkat. Namun
demikian, karena pengaruh berbagai faktor, kemampuan di antara anak-anak
tersebut bisa berbeda. Misalnya, si A pada usia 7 tahun sudah bisa membuat
suatu karangan yang bersifat aplikasi dari suatu konsep, tetapi si B pada usia
yang sama belum bisa melakukan hal yang dilakukan A.
3.
Piaget dan
Kohlberg masing-masing mempunyai pandangan tersendiri tentang perbedaan pada
aspek perkembangan moral. Piaget mempunyai pandangan bahwa moralitas berkembang
pada 2 tahap utama, yaitu tahap hambatan moralitas dan moralitas kerja sama
sedangkan Kohlberg melukiskan 3 tingkatan alasan moral, yaitu pra-conventional
morality, conventional morality dan post-conventional morality.
4.
Perbedaan
kemampuan seorang anak bisa mencakup perbedaan dalam berkomunikasi,
bersosialisasi atau perbedaan kemampuan kognitif. Faktor yang menonjol dalam
membentuk kemampuan kognitif adalah faktor pembentukan lingkungan alamiah dan
yang dibuat.
1.
Istilah
“kebutuhan”, “dorongan”, atau “motif” pada kehidupan sehari-hari sering
digunakan secara bergantian. Namun demikian, secara konsep ada perbedaan di
antaranya. Kebutuhan lebih mengacu pada keadaan di mana seseorang terdorong
melakukan sesuatu karena adanya kekurangan pada jaringan-jaringan di dalam
dirinya yang lebih bersifat fisiologis. Sedangkan dorongan atau motif merupakan
kebutuhan tingkat tinggi yang bersifat psikologis.
2.
Banyak ahli di
bidangnya melakukan penggolongan terhadap aspek-aspek kebutuhan, dan pada
umumnya bisa dikatakan sama intinya. Cole dan Bruce (1959) membagi kebutuhan
menjadi 2 golongan yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis. Sedangkan A.
Maslow (1954) membagi kebutuhan menjadi 7 tingkatan atau jenjang dari yang
mendasar hingga kebutuhan yang paling kompleks.
3.
Dalam kaitannya
dengan perbedaan individu pada anak usia SD, digunakan penggolongan kebutuhan
oleh Lindgren (1980) berupa 4 tingkatan kebutuhan yaitu kebutuhan jasmaniah,
perhatian, dan kasih sayang, kebutuhan untuk memiliki dan aktualisasi diri.
4.
Hurlock (1978)
menyatakan bahwa dalam pemenuhan beberapa kebutuhan anak, disiplin dapat
digunakan. Sedangkan DeCecco dan Grawford (1974) mengajukan 4 sikap guru dalam
memberikan dan meningkatkan motivasi siswa.
IMPLIKASI KARAKTERISTIK PESERTA
DIDIK TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
A.
Implikasi Faktor Fisik Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam
penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang
ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik.
Misalnya: tempat untuk pelaksanaan pendidikan yang kurang sesuai, ruangan
yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga
untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olahraga bagi peserta
didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstrakurikuler
kelompok olahraga, beladiri, dan sejenisnya.
B.
Implikasi Faktor Intelektual Terhadap Penyelengaraan Pendidikan
Ditinjau
dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran, yang penting
adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk
kemampuan intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat
diperlukan kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembangnya
kemampuan intelektual tersebut. Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua
buah kondisi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan psikologis. Peserta didik
akan merasa aman secara psikologis apabila :
1. Pendidik dapat menerima peserta didik
sebagaimana adanya tanpa syarat dengan
segala kekuatan dan kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya
bahwa ia baik dan mampu.
2. Pendidik mengusahakan suasana dimana
peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
3. Pendidik memberi pengertian dalam arti
dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat
menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari sudut pandang anak.
Teori
Pieget mengenai perkembangan kognitif, sangat erat dan penting hubungannya
dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukan bahwa
aktivitas adalah sebagai unsur pokok dalam perkembangan
kognitif. Pengalaman belajar yang aktif cenderung untuk memajukan
perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya
menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang
minimal terhadap perkembangan kognitif termasuk didalamnya perkembangan
intelektual.
Model
Pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai peserta
didik siap sendiri. Tetapi sekolahlah yang mengatur lingkungan
belajar sedemikan rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada
peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan
untuk belajar tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi
sehingga mampu membawa peserta didik untuk maju ke taraf/tahap berikutnya.
Dalam hal ini pendidik hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan
intelektual anak berada ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara
lain:
1.
Menciptakan
interksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
2.
Memberi
kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang
ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat
menunjang perkembangan intelektual anak.
3.
Menjaga
dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik melalui kegiatan olahraga
maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir
peserta didik.
4.
Meningkatkan
kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui mass-media cetak maupun
menyediakan situasi yang memungkinkan peserta didik berpendapat atau
mengemukakan ide-idenya, sengat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual
peserta didik.
C.
Implikasi Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Berbeda
dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang dapat
dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan
dan pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang
akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman
bahwa bakat khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud
sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi
yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
Dalam
kaitan ini untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat khusus terlebih
supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia sekolah menengah
perlu dilakukan langkah-langkah antara lain :
1.
Dikembangkan
suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
mengembangkan bakat-bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan
psikologis maupun fisiologis.
2.
Dilakukan
usaha menumbuhkembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta
kegigihan dalam melakukan usaha di kalangan anak dan remaja, baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait
secara terpadu.
3.
Dikembangkannya
program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan formal
(sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada peserta didik
yang memiliki bakat khusus menonjol.
D.
Implikasi Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Usia
remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya.
Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap
mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa
ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari orang tua dan mengarahkan
perhatiannya pada lingkungan di luar keluarganya untuk bergabung dengan
teman sebayanya, guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan
dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk
mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan
hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang
sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh
seperti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau
hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu
berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan
sosial peserta didik :
1.
Sekolah
harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
2.
Saling
menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk menanggulangi
masalah-masalah yang timbul dalam hubungan dengan peserta didik yang bertabiat
apapun.
3.
Pola
pengajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi
guru.
E.
Implikasi Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Tiga
tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan
sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan
peserta didik. Persoalannya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik? Beberapa hal dibawah ini dapat
digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan.
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik? Beberapa hal dibawah ini dapat
digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan.
A. Memberi Penjelasan
Dalam
menyampaikan informasi kepada peserta didik (yang berkaitan dengan iptek),
hendaknya :
1. Menentukan hal-hal pokoknya dan
hubungannya satu sama lainnya.
2. Memberi penjelasan yang meyakinkan
artinya menerangkan hal-hal yang benar dan menghindari penjelasan yang salah
baik disengaja maupun tidak.
3. Memberi penjelasan secara gamblang dan
sederhana sehingga semua peserta didik dapat menangkapnya dengan baik.
4. Menghindari berbicara dengan bahasa yang
muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh
peserta didik.
5. Menghindari penggunaan kata-kata yang
tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
6. Memeriksa kembali penjelasan apakah
semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
B. Mengajukan
Pertanyaan
Pertanyaan
yang diajukan oleh pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan
“tingkat tinggi” dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi
adalah pertanyaan yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan pertanyaan tingkat
rendah adalah pertanyaan yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan
penerapan pengertian. Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya
dengan kegiatan ini adalah :
1. Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh
peserta didik dengan maksud agar peserta didik yang lain mengetahui secara
jelas masalah yang ditanyakan.
2. Menempatkan pertanyaan peserta didik
dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
3. Merangsang peserta didik agar mau
mengajukan pertanyaan.
4. Merespon pertanyaan dengan baik.
C. Memberikan
Umpan Balik
Dengan
umpan balik akan diketahui apakah komunikasi dua arah sudah tercapai dengan
baik atau belum. Umpan balik ini berlaku baik dari pengajar kepada peserta
didik atau sebaliknya.
F. Implikasi
Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Sebagai
individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi
antara dua faktor yang sama-sama penting kedudukannya yaitu faktor hereditas
dan faktor lingkungan. Keberadaan dua faktor tersebut tidak bisa dipisakan satu
sama lainnya karena kenyataannya kedua faktor tersebut tidak bekerja
sendiri-sendiri dalam operasionalnya.
Atas
dasar sedikit informasi tersebut di atas, maka dapatlah ditarik beberapa
butir implikasi pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap
penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
butir implikasi pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap
penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan perkembangan manusia
sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang meliputi semua manusia
yang berada dalam lingkungan hidup itu.
2. Interaksi manusia dengan lingkungannya
sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan maupun penyesuaian diri pada
lingkungan.
3. Dalam interaksi sosial, manusia sejak
lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang dalam hal ini ialah keluarga.
4. Atas dasar keterikatan dan kewajiban
sosial para pendidik terutama orang tua, maka anak senantiasa berusaha
menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta lingkungan psikis yang
sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
5. Setelah umur kronologis mencapai
lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai tingkat kematangan
intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmani yang lain.
6. Kematangan sosial merupakan landasan
bagi kematangan intelektual, karena perkembangan kecerdasan berlangsung dalam
lingkungan sosial tersebut.
7. Kematangan emosional melandasi
kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena sebagian besar tingkah
laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi perasaannya.
8. Kematangan jasmani merupakan dasar yang
melandasi semua kematangan sebagimana dimaksudkan di atas.
9. Pendidik yang berkecimpung dalam
pengasuhan anak dalam perkembangan di masa kanak-kanak hendaklah memperhatikan
keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani dan rohani anak dalam
menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
10. Hasil-hasil belajar yang mendasari hidup
bermasyarakat banyak dicapai oleh
anak dalam keluarga terutama semasa masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
anak dalam keluarga terutama semasa masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
11. Iklim emosional yang menjiwai keluarga
itu meliputi: hubungan emosional antara keluarga, kadar kebebasan menyatakan
diri dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
12. Seorang anak dimana anak sekolah adalah
seorang realis yang hendak mengenal kenyataan di sekitarnya menurut keadaan
senyatanya atau objektif apa adanya.
13. Pada umumnya anak masa sekolah dan masa
remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang semakin kuat dan sehat. Sedangkan
dalam segi rohani ia mengalami perkembangan pengetahuan dan kemampuan berpikir
yang pesat pula karena ditunjang oleh hasrat belajar yang sehat serta ingatan
yang kuat.
14. Pemahaman guru terhadap minat dan
perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat dalam perencanaan
program-program pendidikan maupun pengajaran.
15. Karakteristik umum
pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah ditandai dengan kegelisahan,
pertentangan, keinginan mencoba segala sesuatu, menghayal dan aktivitas
berkelompok.
PERBEDAAN INDIVIDUAL DAN JENIS KEBUTUHAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Reviewed by asarisolid
on
1:43 AM
Rating:
No comments: