BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang berpihak pada peserta didik ialah pendidikan yang
menuntun tumbuhnya potensi, minat, bakat serta sesuai dengan kodrat alam dan
kodrat zaman anak. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik menekankan pada
minat, kebutuhan, kemampuan individu, menghadirkan model dan metode belajar
yang menggali motivasi untuk menjadikan pembelajar sepanjang hayat dan selalu
ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan.
Pada proses pembelajaran, guru bertugas sebagai fasilitator yang
memberikan motivasi kepada peserta didik. Munculnya potensi pada peserta didik
trgantung rangsangan yang diberikan oleh guru dan orangtua. hendaknya guru dan
orangtua menuntun anak dengan penuh kasih sayang dan peduli terhadap anak. Karakteristik
Pendidikan yang berpihak pada peserta didik antara lain manusia merdeka,
mengembangkan potensi, bakat dan minat serta kodrat anak (kodrat alam dan
kodrat zaman).
Pada akab ke 21, pendidikan berfokus agar menghasilkan output sumber
daya manusia yang memiliki keterampilan 4C yaitu Critical thinking,
communication, creative thinking, dan collaboration. Melalui pendidikan yang
berpihak pada peserta didik dan memerdekakan dapat diberdayakan. Merdeka
belajar merupakan gagasan yang memberikan kebebasan kepada para guru dan
peserta didik dalam menentukan pembelajaran. Tujuannya yaitu untuk menciptakan
pendidikan yang menyenangkan bagi peserta didik dan pendidik.
Praktik pembelajaran yang dapat diterapkan pada abad ke 21 ialah guru
dalam proses pembelajaran sebaiknya mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat
mengakomodir semua peserta didik sesuai dengan kebutuhan belajar, memberikan
pertanyaan pemantik, memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik dan
mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Guru sebaiknya melakukan
evaluasi dan refleksi pembelajaran karena sangat penting dilakukan agar guru
dapat mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berhasil, dan untuk melakukan
perbaikan pembelajaran dimasa mendatang.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan pendidikan yang berpihak
pada anak abad 21?
- Seperti apa Karakteristik pendidikan yang
berpihak pada anak abad 21?
- Bagaimana Strategi pendidikan yang berpihak pada
anak abad 21?
- Bagaimana Tantangan pendidikan yang berpihak pada
anak abad 21?
- Bagaimana Solusi dalam Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui
pendidikan yang berpihak pada anak abad 21
2. Mengetahui
Karakteristik pendidikan yang berpihak pada anak abad 21
3. Mengetahui
Strategi pendidikan yang berpihak pada anak abad 21
4. Mengetahui
Tantangan pendidikan yang berpihak pada anak abad 21
5. Mengetahui Solusi dalam Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Yang Berpihak Pada Anak Abad 21
Pembelajaran
abad 21 adalah implikasi dari perkembangan masyarakat dari masa ke masa.
Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat primitif ke
masyarakat agraris, selanjutnya ke masyarakat industri. dan sekarang bergeser
ke arah masyarakat informatif. Masyarakat informatif ditandai dengan
berkembangnya digitalisasi.
1. Tantangan
yang melandasi pentingnya pendidikan abad-21 Pada abad-21 akan terjadi beragam
perubahan sehingga diperlukan sistem pendidikan yang sesuai untuk menghadapi
tantangan dan perubahan yang ada. Adapaun perubahan dan tantang yang muncul
yaitu sebagai berikut;
a. akan
terjadi perubahan yang besar di dalam hamper semua bidang dan perubahan
tersebut akan berlangsung semakin lama semakin terakselerasi
b. Peranan
ilmu pengetahuan dan teknologi akan mengambil posisi sentral yang langsung
mempengaruhi gaya hidup manusia sehari-hari.
c. Persaingan
antar bangsa tidak hanya bidang ekonomi melainkan bidang lainnya juga.
d. Perkembangan IPTEK yang dapat mengancam
nilai-nilai moral dan budaya.
2. Prinsip
pembelajaran abad-21
Dalam
(Syahputra, 2018) dijelaskan bahwa terdapat 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke-21
yang dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini
a. Instruction
should be student-centered.
Dimana
pengembangan pembelajaran seharusnya menggunakan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran yang secara
aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi
dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru,
tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan
kapasitas dan tingkat perkembangan berpikirnya, sambil diajak berkontribusi
untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
b. Education
should be collaborative Dalam hal ini siswa harus diajarkan untuk bisa
berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda
dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan
membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan
teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek. siswa perlu
dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta
bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
c. Learning
should have context Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi
dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari- hari siswa. Guru
mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan
dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna
dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang
dikaitkan dengan dunia nyata.
d. Schools
should be integrated with society Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga
negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa
untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan
pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan
aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam
berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program
kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa
perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati
dan kepedulian sosialnya.
Terdapat
enam kecakapan abad ke-21 kemudian dikenal dengan istilah 6C, yakni character
(karakter), citizenship (kewarganegaraan), critical thinking (berpikir kritis),
creativity (kreatif), collaboration (kolaborasi), dan communication
(komunikasi).
1. Critical
thinking
Critical
thinking adalah pemikiran yang bisa membantu manusia dalam menyelesaikan
masalahnya dengan pemikiran dari diri sendiri dengan sekitar, hal ini yang
membuat manusia memerlukan pemikiran ini agar saat di waktu dan lingkungan yang
berbeda, mereka bisa berpikir dengan baik dan tenang sesuai dengan sekitarnya.
2. Collaboration
Collaboration adalah proses yang kerja sama oleh individu dengan individu untuk mencapai hasil yang sudah ditentukan bersama, serta membangun kepercayaan satu sama lain antar individu ahli-ahli yang terlibat. Selain itu Collaboration sangat penting agar individu lain bisa mendapatkan informasi baru dan mengenal orang lain agar mendapatkan ilmu ilmu baru yang bisa bermanfaat baginya serta membangun skill sosial, sehingga membuatnya lebih percaya diri di umum.
3. Creative
Thinking
Creative
Thinking adalah pemikiran seseorang untuk menciptakan ide baru, asli, luar
biasa, dan ada nilainya. Hal ini akan membantu anak-anak dalam menciptakan
sesuatu hal dari pemikirannya.
4. Character
Character
adalah bagian yang penting untuk anak-anak, karena hal ini merupakan corak
tingkah laku, pikiran, dan perasaan yang berdasarkan prinsip-prinsip moral dan
integritas. Hal ini juga akan membuat anak-anak memiliki jati dirinya sendiri.
5. Citizenship
Citizenship
merupakan sikap yang perlu ditanamkan pada anak-anak agar bisa memiliki sikap
patriotisme dalam diri yang tinggi terhadap negara dan mempunyai identitas
nasionalnya. Hal ini akan membuat anak-anak menghargai negaranya dan membela
negara dengan adanya kemahiran ini.
6. Communication
Communication adalah hal yang paling penting untuk dimiliki anak-anak dalam penyampaian maklumat, perkongsia pendapat dan interaksi antar individu dengan individu lain. Hal ini dikarenakan, dengan adanya kemahiran Communication, maka anak-anak akan bisa memahami anak-anak atau orang lain dengan adanya hubungan komunikasi.
B. Karakteristik Pendidikan Yang Berpihak
Terdapat beberapa karakteristik dalam metode pembelajaran
yang berpihak pada anak, yaitu:
1.
Manusia Merdeka
Tujuan
utama dari pendidikan adalah agar anak selamat dan bahagia baik sebagai
individu maupun sosial. Menurut pemikiran KHD, adalah manusia merdeka sehingga
pendidikan harus berpihak pada murid agar anak selamat dan bahagia baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Menurut KHD Manusia merdeka
merupakan manusia yang hidupnya tidak bergantung pada orang lain baik secara
lahir maupun batin. akan tetapi bersandar atas kekuatannya sendiri. Dalam
proses pembelajaran di kelas anak harus belajar dengan bebas tanpa adanya suatu
tekanan, tanpa takut disalahkan, bebas mengutarakan pendapat serta bebas
mengembangkan kreativitas.
2.
Mengembangkan Minat dan Bakat Siswa
Pendidikan
yang berpihak pada anak adalah pendidikan yang memperhatikan minat, bakat dan
kemampuan yang dimiliki masing-masing anak. Bakat adalah kemampuan bawaan dari
lahir, sedangkan minat terbentuk selama proses tumbuh kembang anak. Bakat yang
dimiliki anak tidak selalu berhubungan dengan akademis maupun kemampuan
kognitif. Namun bakat bisa jadi berhubungan dengan hal-hal yang bersifat sosial
seperti kemampuan berkomunikasi dan sebagainya. Dalam pembelajaran, guru
melakukan asesmen diagnostik untuk dapat lebih mengenal karakteristik anak dan
mengembangkannya potensi berdasarkan bakat dan minat anak.
3. Kodrat
Anak
Pendidikan
yang berpihak pada murid merupakan pendidikan yang dielaborasi terkait kodrat
alam dan kodrat zaman. KHD mengingatkan bahwa pendidikan anak sejatinya
menuntut anak supaya dapat mencapai kodratnya sesuai alam dan zamannya. Cara
belajar murid pada masa kini tentu sangat berbeda dengan murid zaman dahulu.
Salah satu yang terlihat menonjol yakni anak zaman sekarang lebih dapat
menguasai teknologi dibandingkan orang tua. Untuk itu, sebagai pendidik harus
bisa adaptif terhadap perkembangan zaman sehingga proses tumbuh kembang anak
dapat optimal.
Agar dapat bersaing di era revolusi Industri 4.0, seorang pendidik dituntut untuk dapat memaksimalkan kemampuan anak keterampilan seperti berpikir kritis, kreatif. kolaboratif, dan komunikatif. Pendidikan yang berpihak pada murid menurut KHD terlihat dari semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Dalam proses pembelajaran, murid bertindak sebagai subjek dan guru merupakan fasilitator yang memberikan motivasi.
C. Strategi Pendidikan Yang Berpihak Pada
Anak
Pembelajaran Berdiferensiasi, Mewujudkan Pembelajaran yang Berpihak pada Murid. Banyak hal yang dikupas tentang hal ini. Hal-hal itu mulai dari persiapan yang harus dilakukan oleh guru sebelum mulai pembelajaran dengan melakukan asesmen diagnostik belajar, kemudian memetakan kebutuhan murid baik itu dilihat dari kesiapan belajar, minatnya maupun profil belajarnya.
Belajar tentang Pembelajaran Berdiferensiasi menjadi bekal yang cukup penting sebagai bentuk upaya nyata untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid yang merupakan pengalaman luar biasa, karena dengan materi tersebut semakin jelas apa yang harus dilakukan untuk dapat menerapkan pembelajaran yang berpihak kepada murid.
Pembelajaran berdiferensiasi
adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Dengan
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru memfasilitasi murid sesuai dengan
kebutuhannya. Hal itu penting dilakukan guru karena setiap murid mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Melansir
dari laman Ayo Guru Berbagi Kemendikbud, dalam menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan masuk akal yang nantinya akan
diambil.
a. Manfaat
pembelajaran berdiferensiasi
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan
dampak bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada murid. Perlu diketahui bahwa
setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga tidak semua
murid bisa diperlakukan sama. Jika tidak memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan murid maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa maju dan
berkembang belajarnya. Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi antara lain:
a) Setiap
orang merasa disambut dengan baik
b) Murid
dengan berbagai karakteristik merasa dihargai
c) Merasa
aman Ada harapan bagi pertumbuhan
d) Guru
mengajar untuk mencapai kesuksesan
e) Ada
keadilan dalam bentuk nyata
f) Guru
dan murid berkolaborasi
g) Kebutuhan belajar murid terfasilitasi dan terlayani dengan baik.
Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal.
b.
Cara menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran
dengan memberikan perlakuan atau tindakan berbeda bagi setiap murid. Maupun
pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang
pintar. Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang
harus dilakukan oleh guru antara lain:
1) Melakukan
pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar,
minat belajar, dan profil belajar murid. Pemetaan bisa dilakukan melalui
wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dan lain-lain.
2) Merencanakan
pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai
pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar).
3) Mengevaluasi
dan refleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.
Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok dalam
menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan tidak akurat maka rencana
pembelajaran dan tindakan yang dibuat dan lakukan akan menjadi kurang tepat.
Untuk memetakan kebutuhan belajar murid juga memerlukan data yang akurat baik
dari murid, orangtua/wali, maupun dari lingkungannya.
c. Ciri
pembelajaran berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki ciri-ciri atau
karakteristik tersendiri, yakni:
1. Lingkungan
belajar mengundang murid untuk belajar kurikulum memiliki tujuan pembelajaran
yang didefinisikan secara jelas.
2. Terdapat
penilaian berkelanjutan
3. Guru
menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid
4. Manajemen
kelas efektif.
Guru yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum. Selain itu guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide yang disampaikan. Serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Sedangkan
D.
Tantangan
Pendidikan Yang Berpihak
Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran ini
dapat berdampak positif bagi siswa. Dampak positif ini sangat bermanfaat untuk
memicu critical thinking siswa. Tentunya hal tersebut sebagai penunjang guru
agar siswa dapat terpenuhi kebutuhannya serta meningkatkan minat dan bakatnya
yang akan membantu siswa lebih mudah dalam memahami materi karena rasa tertarik
yang tinggi. Dari segi sisi positif inilah yang membuat guru tertarik untuk
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Namun, kenyataan di lapangan tentu
tidak mulus ada berbagai tantangan yang menghambat penerapan pembelajaran ini,
yaitu:
1.
Penyesuaian kebutuhan belajar
siswa
Mengidentifikasi dan memahami kebutuhan belajar siswa
yang berbeda di setiap kelas bisa jadi sulit. Setiap siswa memiliki gaya
belajar, tingkat pemahaman dan minat yang berbeda.
2.
Sumber daya terbatas
Terkadang sumber daya yang tersedia di kelas seperti
waktu, ruang dan bahan ajar terbatas. Mungkin sulit untuk mengelola
pembelajaran yang beragam dari setiap siswa dalam batasan sumber daya ini.
3. Kurikulum
terbatas
Kurikulum tetap dapat mengikat guru dalam batasan materi
dan metode pengajaran tertentu. Pembelajaran yang dibedakan seringkali
membutuhkan fleksibilitas dalam kurikulum untuk memungkinkan siswa belajar
sesuai dengan kebutuhan mereka.
4.
Pengujian dan evaluasi
Mungkin sulit untuk menilai kemajuan siswa yang berbeda dalam konteks pembelajaran yang berbeda. Untuk memastikan penilaian yang adil dan objektif, metode penilaian yang mempertimbangkan perbedaan individu harus dikembangkan.
5. Keterampilan
manajemen kelas
Memimpin kelas siswa dengan beragam kebutuhan belajar dapat memerlukan keterampilan manajemen kelas yang efektif. Guru harus menemukan keseimbangan antara memberikan perhatian individu kepada siswa dan menjaga ketertiban umum di kelas
6. Tantangan
psikologis
Beberapa siswa mungkin merasa frustrasi atau marah ketika mereka merasa bahwa pembelajaran yang berbeda mengungkapkan perbedaan kemampuan mereka dibandingkan dengan teman sekelasnya. Guru harus menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung dan mendorong perkembangan setiap siswa.
E.
Solusi
dalam Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi
Untuk mengatasi kendala ini, penting bagi guru untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan belajar siswa dan mengembangkan strategi yang efektif untuk desain, implementasi, dan evaluasi pembelajaran yang berbeda. Berkolaborasi dengan guru lain dan administrator sekolah, serta mencari sumber daya tambahan, juga dapat membantu mengatasi kendala tersebut. Guru mendukung siswa sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda sehingga tidak dapat diperlakukan sama. Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, guru harus memikirkan tindakan yang bermakna yang akan diambil kemudian, karena pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti belajar memberikan perlakuan atau kegiatan yang berbeda kepada setiap siswa, dan belajar menjodohkan siswa yang pandai dan kurang pandai secara terpisah. Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan di kelas, guru harus melakukan hal-hal berikut:
1.
Pemetaan kebutuhan belajar
berdasarkan tiga aspek
Kemauan belajar, minat belajar dan profil belajar siswa
(dapat dilakukan melalui wawancara, observasi atau survei, dll.).
2.
Desain pembelajaran yang
berbeda berdasarkan hasil survei
Menawarkan pilihan yang berbeda dalam hal strategi,
materi dan metode pembelajaran.
3. Mengevaluasi
dan merenungkan apa yang telah kami pelajari
Memetakan kebutuhan pembelajaran adalah kunci utama kita
untuk menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil survei tidak akurat, rencana
pembelajaran dan kegiatan yang dibuat dan implementasikan juga tidak akurat.
Untuk memetakan kebutuhan belajar siswa, juga membutuhkan informasi yang akurat
dari siswa, orang tua/wali dan orang-orang di sekitar mereka.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktik
pembelajaran yang dapat diterapkan pada abad ke 21 ialah guru dalam proses
pembelajaran sebaiknya mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodir
semua peserta didik sesuai dengan kebutuhan belajar, memberikan pertanyaan
pemantik, memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik dan
mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Guru sebaiknya melakukan evaluasi dan refleksi pembelajaran karena
sangat penting dilakukan agar guru dapat mengetahui sejauh mana proses
pembelajaran berhasil, dan untuk melakukan perbaikan pembelajaran dimasa
mendatang.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini
pembaca memperoleh pengetahuan baru yang bermanfaat terutama mengenai pemahaman
memperdalam tentang bentuk-bentuk desain pendidikan yang memerdekakan. dan
penyusun menyadari bahwa makalah ini masi banyak kekurangan sehingga mengharapkan
banyak kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Maullidah, (2019). Character Building Dan
Keterampilan Abad 21 dalam Pembelajaran di Era Revolusi Indutri 4.0. Prosiding
Seminar Nasional PGSD Peran Pedidikan Dasar dalam Menyiapkan Generasi Unggul di
Era Revolusi Industri 4.0
Montessori, Elvina (2023). Implementasi keterampilan abad 21 (6C) dalam
pembelajaran daring pada mata kuliah Simulasi Bisnis. Vol. 7, No. 1.
Prihatni, Yuli 2015. Pendidikan yang Memerdekakan. Makalah Seminar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa:
Yogyakartu
Purba, Mariati, Purnamasari, Nina.. Dkk. 2021 Prinsip Pengembangan
Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction). Jakarta:
Kemdikbudristek.
Sesfan, M. 2020. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Paulo Freire dengan
Ajaran Tamansiswa dalam Implementasi Merdeka Belajar. Prosiding Seminar
Nasional Implementasi Merdeka Belajara Berdasarkan Ajaran Tamansiswa.
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Yogyakarta.
Sunaryn, Iwan., Nurwahidin, Muhammad., & Sudjarwa. 2022. Pandangan
Ki Hajar Dewantara Dalam Mengkonstruksi Pendidikan Indonesia Pada Abad 21.
Jurnal Cakrawala Ilmiah, Volume 2. Nomor 4. Tersedia:
https://www.bajangjournal. com/index.php/JC1/article/view/4336.
Sufanti, Main 2022. Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi. Surakarta:
Suara Merdeka
Syahputra, E. (2018). Pembelajaran Abad 21 Dan Penerapannya di Indonesia
Sinastekmapan, 1, 1276-1283.
No comments: