STRATEGI MEWUJUDKAN "PENDIDIKAN YANG BERPIHAK PADA ANAK"

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pendidikan yang berpihak pada peserta didik ialah pendidikan yang menuntun tumbuhnya potensi, minat, bakat serta sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman anak. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik menekankan pada minat, kebutuhan, kemampuan individu, menghadirkan model dan metode belajar yang menggali motivasi untuk menjadikan pembelajar sepanjang hayat dan selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan.

Pada proses pembelajaran, guru bertugas sebagai fasilitator yang memberikan motivasi kepada peserta didik. Munculnya potensi pada peserta didik trgantung rangsangan yang diberikan oleh guru dan orangtua. hendaknya guru dan orangtua menuntun anak dengan penuh kasih sayang dan peduli terhadap anak. Karakteristik Pendidikan yang berpihak pada peserta didik antara lain manusia merdeka, mengembangkan potensi, bakat dan minat serta kodrat anak (kodrat alam dan kodrat zaman).

Pada akab ke 21, pendidikan berfokus agar menghasilkan output sumber daya manusia yang memiliki keterampilan 4C yaitu Critical thinking, communication, creative thinking, dan collaboration. Melalui pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan dapat diberdayakan. Merdeka belajar merupakan gagasan yang memberikan kebebasan kepada para guru dan peserta didik dalam menentukan pembelajaran. Tujuannya yaitu untuk menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi peserta didik dan pendidik.

Praktik pembelajaran yang dapat diterapkan pada abad ke 21 ialah guru dalam proses pembelajaran sebaiknya mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodir semua peserta didik sesuai dengan kebutuhan belajar, memberikan pertanyaan pemantik, memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik dan mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Guru sebaiknya melakukan evaluasi dan refleksi pembelajaran karena sangat penting dilakukan agar guru dapat mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berhasil, dan untuk melakukan perbaikan pembelajaran dimasa mendatang.

B. Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan yang berpihak pada anak abad 21?
  2. Seperti apa Karakteristik pendidikan yang berpihak pada anak abad 21?
  3. Bagaimana Strategi pendidikan yang berpihak pada anak abad 21?
  4. Bagaimana Tantangan pendidikan yang berpihak pada anak abad 21?
  5. Bagaimana Solusi dalam Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi?

C.  Tujuan Masalah

1.  Mengetahui pendidikan yang berpihak pada anak abad 21

2.  Mengetahui Karakteristik pendidikan yang berpihak pada anak abad 21

3.  Mengetahui Strategi pendidikan yang berpihak pada anak abad 21

4.  Mengetahui Tantangan pendidikan yang berpihak pada anak abad 21

5.  Mengetahui Solusi dalam Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pendidikan Yang Berpihak Pada Anak Abad 21

Pembelajaran abad 21 adalah implikasi dari perkembangan masyarakat dari masa ke masa. Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat primitif ke masyarakat agraris, selanjutnya ke masyarakat industri. dan sekarang bergeser ke arah masyarakat informatif. Masyarakat informatif ditandai dengan berkembangnya digitalisasi.

1.   Tantangan yang melandasi pentingnya pendidikan abad-21 Pada abad-21 akan terjadi beragam perubahan sehingga diperlukan sistem pendidikan yang sesuai untuk menghadapi tantangan dan perubahan yang ada. Adapaun perubahan dan tantang yang muncul yaitu sebagai berikut;

a.   akan terjadi perubahan yang besar di dalam hamper semua bidang dan perubahan tersebut akan berlangsung semakin lama semakin terakselerasi

b.   Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi akan mengambil posisi sentral yang langsung mempengaruhi gaya hidup manusia sehari-hari.

c.   Persaingan antar bangsa tidak hanya bidang ekonomi melainkan bidang lainnya juga.

d.    Perkembangan IPTEK yang dapat mengancam nilai-nilai moral dan budaya.

2.   Prinsip pembelajaran abad-21

Dalam (Syahputra, 2018) dijelaskan bahwa terdapat 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke-21 yang dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini

a.   Instruction should be student-centered.

Dimana pengembangan pembelajaran seharusnya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berpikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.

b.   Education should be collaborative Dalam hal ini siswa harus diajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek. siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.

c.   Learning should have context Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari- hari siswa. Guru mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.

d.   Schools should be integrated with society Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.

Terdapat enam kecakapan abad ke-21 kemudian dikenal dengan istilah 6C, yakni character (karakter), citizenship (kewarganegaraan), critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (kolaborasi), dan communication (komunikasi).

1.    Critical thinking

Critical thinking adalah pemikiran yang bisa membantu manusia dalam menyelesaikan masalahnya dengan pemikiran dari diri sendiri dengan sekitar, hal ini yang membuat manusia memerlukan pemikiran ini agar saat di waktu dan lingkungan yang berbeda, mereka bisa berpikir dengan baik dan tenang sesuai dengan sekitarnya.

2.    Collaboration

Collaboration adalah proses yang kerja sama oleh individu dengan individu untuk mencapai hasil yang sudah ditentukan bersama, serta membangun kepercayaan satu sama lain antar individu ahli-ahli yang terlibat. Selain itu Collaboration sangat penting agar individu lain bisa mendapatkan informasi baru dan mengenal orang lain agar mendapatkan ilmu ilmu baru yang bisa bermanfaat baginya serta membangun skill sosial, sehingga membuatnya lebih percaya diri di umum.

3.     Creative Thinking

Creative Thinking adalah pemikiran seseorang untuk menciptakan ide baru, asli, luar biasa, dan ada nilainya. Hal ini akan membantu anak-anak dalam menciptakan sesuatu hal dari pemikirannya.

4.     Character

Character adalah bagian yang penting untuk anak-anak, karena hal ini merupakan corak tingkah laku, pikiran, dan perasaan yang berdasarkan prinsip-prinsip moral dan integritas. Hal ini juga akan membuat anak-anak memiliki jati dirinya sendiri.

5.     Citizenship

Citizenship merupakan sikap yang perlu ditanamkan pada anak-anak agar bisa memiliki sikap patriotisme dalam diri yang tinggi terhadap negara dan mempunyai identitas nasionalnya. Hal ini akan membuat anak-anak menghargai negaranya dan membela negara dengan adanya kemahiran ini.

6.     Communication

Communication adalah hal yang paling penting untuk dimiliki anak-anak dalam penyampaian maklumat, perkongsia pendapat dan interaksi antar individu dengan individu lain. Hal ini dikarenakan, dengan adanya kemahiran Communication, maka anak-anak akan bisa memahami anak-anak atau orang lain dengan adanya hubungan komunikasi.

B.  Karakteristik Pendidikan Yang Berpihak

Terdapat beberapa karakteristik dalam metode pembelajaran yang berpihak pada anak, yaitu:

1.   Manusia Merdeka

Tujuan utama dari pendidikan adalah agar anak selamat dan bahagia baik sebagai individu maupun sosial. Menurut pemikiran KHD, adalah manusia merdeka sehingga pendidikan harus berpihak pada murid agar anak selamat dan bahagia baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Menurut KHD Manusia merdeka merupakan manusia yang hidupnya tidak bergantung pada orang lain baik secara lahir maupun batin. akan tetapi bersandar atas kekuatannya sendiri. Dalam proses pembelajaran di kelas anak harus belajar dengan bebas tanpa adanya suatu tekanan, tanpa takut disalahkan, bebas mengutarakan pendapat serta bebas mengembangkan kreativitas.

2.   Mengembangkan Minat dan Bakat Siswa

Pendidikan yang berpihak pada anak adalah pendidikan yang memperhatikan minat, bakat dan kemampuan yang dimiliki masing-masing anak. Bakat adalah kemampuan bawaan dari lahir, sedangkan minat terbentuk selama proses tumbuh kembang anak. Bakat yang dimiliki anak tidak selalu berhubungan dengan akademis maupun kemampuan kognitif. Namun bakat bisa jadi berhubungan dengan hal-hal yang bersifat sosial seperti kemampuan berkomunikasi dan sebagainya. Dalam pembelajaran, guru melakukan asesmen diagnostik untuk dapat lebih mengenal karakteristik anak dan mengembangkannya potensi berdasarkan bakat dan minat anak.

3.   Kodrat Anak

Pendidikan yang berpihak pada murid merupakan pendidikan yang dielaborasi terkait kodrat alam dan kodrat zaman. KHD mengingatkan bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak supaya dapat mencapai kodratnya sesuai alam dan zamannya. Cara belajar murid pada masa kini tentu sangat berbeda dengan murid zaman dahulu. Salah satu yang terlihat menonjol yakni anak zaman sekarang lebih dapat menguasai teknologi dibandingkan orang tua. Untuk itu, sebagai pendidik harus bisa adaptif terhadap perkembangan zaman sehingga proses tumbuh kembang anak dapat optimal.

Agar dapat bersaing di era revolusi Industri 4.0, seorang pendidik dituntut untuk dapat memaksimalkan kemampuan anak keterampilan seperti berpikir kritis, kreatif. kolaboratif, dan komunikatif. Pendidikan yang berpihak pada murid menurut KHD terlihat dari semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Dalam proses pembelajaran, murid bertindak sebagai subjek dan guru merupakan fasilitator yang memberikan motivasi.

C.  Strategi Pendidikan Yang Berpihak Pada Anak

Pembelajaran Berdiferensiasi, Mewujudkan Pembelajaran yang Berpihak pada Murid. Banyak hal yang dikupas tentang hal ini. Hal-hal itu mulai dari persiapan yang harus dilakukan oleh guru sebelum mulai pembelajaran dengan melakukan asesmen diagnostik belajar, kemudian memetakan kebutuhan murid baik itu dilihat dari kesiapan belajar, minatnya maupun profil belajarnya.

Belajar tentang Pembelajaran Berdiferensiasi menjadi bekal yang cukup penting sebagai bentuk upaya nyata untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid yang merupakan pengalaman luar biasa, karena dengan materi tersebut semakin jelas apa yang harus dilakukan untuk dapat menerapkan pembelajaran yang berpihak kepada murid.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya. Hal itu penting dilakukan guru karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Melansir dari laman Ayo Guru Berbagi Kemendikbud, dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan masuk akal yang nantinya akan diambil.

a.     Manfaat pembelajaran berdiferensiasi

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada murid. Perlu diketahui bahwa setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga tidak semua murid bisa diperlakukan sama. Jika tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan murid maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa maju dan berkembang belajarnya. Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain:

a)      Setiap orang merasa disambut dengan baik

b)      Murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai

c)      Merasa aman Ada harapan bagi pertumbuhan

d)      Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan

e)      Ada keadilan dalam bentuk nyata

f)       Guru dan murid berkolaborasi

g)      Kebutuhan belajar murid terfasilitasi dan terlayani dengan baik.

Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal.

b.              Cara menerapkan pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan berbeda bagi setiap murid. Maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar. Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain:

1)      Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid. Pemetaan bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dan lain-lain.

2)      Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar).

3)      Mengevaluasi dan refleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.

Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok dalam menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang dibuat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar murid juga memerlukan data yang akurat baik dari murid, orangtua/wali, maupun dari lingkungannya.

c.     Ciri pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki ciri-ciri atau karakteristik tersendiri, yakni:

1.     Lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.

2.     Terdapat penilaian berkelanjutan

3.     Guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid

4.     Manajemen kelas efektif.

 

Guru yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum. Selain itu guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide yang disampaikan. Serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Sedangkan

D.     Tantangan Pendidikan Yang Berpihak

Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran ini dapat berdampak positif bagi siswa. Dampak positif ini sangat bermanfaat untuk memicu critical thinking siswa. Tentunya hal tersebut sebagai penunjang guru agar siswa dapat terpenuhi kebutuhannya serta meningkatkan minat dan bakatnya yang akan membantu siswa lebih mudah dalam memahami materi karena rasa tertarik yang tinggi. Dari segi sisi positif inilah yang membuat guru tertarik untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Namun, kenyataan di lapangan tentu tidak mulus ada berbagai tantangan yang menghambat penerapan pembelajaran ini, yaitu:

1.              Penyesuaian kebutuhan belajar siswa

Mengidentifikasi dan memahami kebutuhan belajar siswa yang berbeda di setiap kelas bisa jadi sulit. Setiap siswa memiliki gaya belajar, tingkat pemahaman dan minat yang berbeda.

2.              Sumber daya terbatas

Terkadang sumber daya yang tersedia di kelas seperti waktu, ruang dan bahan ajar terbatas. Mungkin sulit untuk mengelola pembelajaran yang beragam dari setiap siswa dalam batasan sumber daya ini.

3.       Kurikulum terbatas

Kurikulum tetap dapat mengikat guru dalam batasan materi dan metode pengajaran tertentu. Pembelajaran yang dibedakan seringkali membutuhkan fleksibilitas dalam kurikulum untuk memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kebutuhan mereka.

4.              Pengujian dan evaluasi

Mungkin sulit untuk menilai kemajuan siswa yang berbeda dalam konteks pembelajaran yang berbeda. Untuk memastikan penilaian yang adil dan objektif, metode penilaian yang mempertimbangkan perbedaan individu harus dikembangkan.

5.       Keterampilan manajemen kelas

Memimpin kelas siswa dengan beragam kebutuhan belajar dapat memerlukan keterampilan manajemen kelas yang efektif. Guru harus menemukan keseimbangan antara memberikan perhatian individu kepada siswa dan menjaga ketertiban umum di kelas

6.     Tantangan psikologis

Beberapa siswa mungkin merasa frustrasi atau marah ketika mereka merasa bahwa pembelajaran yang berbeda mengungkapkan perbedaan kemampuan mereka dibandingkan dengan teman sekelasnya. Guru harus menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung dan mendorong perkembangan setiap siswa.

E.      Solusi dalam Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi

Untuk mengatasi kendala ini, penting bagi guru untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan belajar siswa dan mengembangkan strategi yang efektif untuk desain, implementasi, dan evaluasi pembelajaran yang berbeda. Berkolaborasi dengan guru lain dan administrator sekolah, serta mencari sumber daya tambahan, juga dapat membantu mengatasi kendala tersebut.  Guru mendukung siswa sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda sehingga tidak dapat diperlakukan sama. Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, guru harus memikirkan tindakan yang bermakna yang akan diambil kemudian, karena pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti belajar memberikan perlakuan atau kegiatan yang berbeda kepada setiap siswa, dan belajar menjodohkan siswa yang pandai dan kurang pandai secara terpisah. Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan di kelas, guru harus melakukan hal-hal berikut:

1.          Pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek

Kemauan belajar, minat belajar dan profil belajar siswa (dapat dilakukan melalui wawancara, observasi atau survei, dll.).

2.          Desain pembelajaran yang berbeda berdasarkan hasil survei

Menawarkan pilihan yang berbeda dalam hal strategi, materi dan metode pembelajaran.

3.   Mengevaluasi dan merenungkan apa yang telah kami pelajari

Memetakan kebutuhan pembelajaran adalah kunci utama kita untuk menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil survei tidak akurat, rencana pembelajaran dan kegiatan yang dibuat dan implementasikan juga tidak akurat. Untuk memetakan kebutuhan belajar siswa, juga membutuhkan informasi yang akurat dari siswa, orang tua/wali dan orang-orang di sekitar mereka.

 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Praktik pembelajaran yang dapat diterapkan pada abad ke 21 ialah guru dalam proses pembelajaran sebaiknya mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodir semua peserta didik sesuai dengan kebutuhan belajar, memberikan pertanyaan pemantik, memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik dan mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Guru sebaiknya melakukan evaluasi dan refleksi pembelajaran karena sangat penting dilakukan agar guru dapat mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berhasil, dan untuk melakukan perbaikan pembelajaran dimasa mendatang.

B.  Saran

Setelah membaca makalah ini pembaca memperoleh pengetahuan baru yang bermanfaat terutama mengenai pemahaman memperdalam tentang bentuk-bentuk desain pendidikan yang memerdekakan. dan penyusun menyadari bahwa makalah ini masi banyak kekurangan sehingga mengharapkan banyak kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

 

DAFTAR PUSTAKA

Maullidah, (2019). Character Building Dan Keterampilan Abad 21 dalam Pembelajaran di Era Revolusi Indutri 4.0. Prosiding Seminar Nasional PGSD Peran Pedidikan Dasar dalam Menyiapkan Generasi Unggul di Era Revolusi Industri 4.0

Montessori, Elvina (2023). Implementasi keterampilan abad 21 (6C) dalam pembelajaran daring pada mata kuliah Simulasi Bisnis. Vol. 7, No. 1.

Prihatni, Yuli 2015. Pendidikan yang Memerdekakan. Makalah Seminar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa: Yogyakartu

Purba, Mariati, Purnamasari, Nina.. Dkk. 2021 Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction). Jakarta: Kemdikbudristek.

Sesfan, M. 2020. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Paulo Freire dengan Ajaran Tamansiswa dalam Implementasi Merdeka Belajar. Prosiding Seminar Nasional Implementasi Merdeka Belajara Berdasarkan Ajaran Tamansiswa. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Yogyakarta.

Sunaryn, Iwan., Nurwahidin, Muhammad., & Sudjarwa. 2022. Pandangan Ki Hajar Dewantara Dalam Mengkonstruksi Pendidikan Indonesia Pada Abad 21. Jurnal Cakrawala Ilmiah, Volume 2. Nomor 4. Tersedia: https://www.bajangjournal. com/index.php/JC1/article/view/4336.

Sufanti, Main 2022. Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi. Surakarta: Suara Merdeka

Syahputra, E. (2018). Pembelajaran Abad 21 Dan Penerapannya di Indonesia Sinastekmapan, 1, 1276-1283.

STRATEGI MEWUJUDKAN "PENDIDIKAN YANG BERPIHAK PADA ANAK" STRATEGI MEWUJUDKAN  "PENDIDIKAN YANG BERPIHAK PADA ANAK" Reviewed by asarisolid on 8:25 PM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.