BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lampung sebagai provinsi yang secara
geografis terletak di ujung selatan dipulau Sumatra tidak hanya kaya akan
sumber daya alam, tetapi juga kaya akan sumber daya manusianya. Puluhan
sastrawan telah lahir di Sai Bumi Ruwa Jurai, negeri yang dihunni oleh dua
jenis penduduk, pribumi dan pendatang. Dalam memajukan sastra indonesia, tidak
sedikit sastrawan Lampung yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan
sastra, seperti Motinggo Busye, Isbedy Setiawan ZS., Inggit Patria Marga, dan
Ari Pahala Hutabara. Tidak sedikit pula karya-karya mereka yang dijadikan
perbincangan oleh para kritikus sastra.
Puisi yang sering kita sebut
kata-kata indah yang bermakna dan mengandung pesan kerap kali hadir dalam
kehidupan kita sehari-hari. Memang pemahaman tentang puisi secara baik jarang
kita temui dalam masyarakat umum dan pada anak sekolah atau pelajar. Mereka
sering sekali mengatakan puisi hanya sebatas kata-kata indah, padahal sejatinya
puisi ada yang mengandung arti kata-kata kasar, serapan, sindiran dan mengutuk.
Oleh karena itu penulis menyusun
makalah ini yang berisi materi penjelasan salah satu jenis puisi lampung yaitu:
puisi Segata agar pembaca mengetahui dan memiliki pemahaman tentang puisi
segata yang menjadi salah satu sastra lampung yang harus kita ketahui, pahami
serta menambah wawasan kita mengenai sastra lampung.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud sagata?
2.
Apa tujuan puisi sagata?
3.
Apakah kegunaan sagata?
C.
Tujuan
1.
Agar dapat mengetahui tentang sagata
2.
Agar dapat mengetahui tujuannya
3.
Agar dapat mengetahui kegunaan sagata
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Segata
Puisi merupakan karya sastra yang
terikat oleh aturan-aturan tertentu seperti banyak suku kata setiap baris,
banyaknya baris setiap bait, persajakan atau rima.
Segata yaitu sastra lampung yang
berbentuk puisi yang tiap baitnya terdiri dari 4 baris, dan bersajak akhir
ab-ab. Jenis puisi ini pada umumnya digunakan masyarakat Lampung dialek “A”
yang digunakan sesuai dengan isi puisi.
Ditinjau dari isinya sagata ada 5
macam yaitu:
a. Segata Ngebabang ( pantun anak-anak)
b. Segata Buhaga (pantun percintaan)
c. Segata Nangguh (pantun ngebuka atau penutup
kegiatan)
d. Segata Lalagaan (pantun berolok-olok atau kocak)
e. Segata Nyindekh (pantun sindiran)
f. Segata Hehiwang (pantun duka cita)
Saga
ini berbentuk pantun yang terdiri dari 4 baris. Dua baris pertama merupakan
sampiran yang kadang-kadang tidak mempunyai arti sama sekali. Biasanya baris
pertama bersajak dengan baris ketiga dan baris kedua bersajak dengan baris
keempat.sagata juga terdiri dari 5 macam taitu:[1]
a.
Sagata
Sanak Ngababang:
Yaitu hiburan bagi anak-anak yang sedang mengasuh adiknya.
b.
Sagata
bukahaga (bukhasan):
Bentuk sagata ini berisikan pengungkapan isi hati sepasang remaja
yang sedang bercinta. Bentuk sagata ini yaitu:
1)
Sasimbatan
(bersahut-sahutan), contoh:
Bujang Gadis:
Api kik lawok
angkat nangun
kik lawok angkat
Nyimbin iwane
kodo iwane
santokh nyimbin
Api kham
mufakat kuti
haga mufakat
Dacok kikhani
kodo hakhus pai penyin-penyin
2)
Dilom
Sukhat (Dalam surat) :
Sagata ini
biyasanya dilakukan dengan berkirim surat antara sepasang remaja untuk
mengutarakan isi hati nya masing-masing.bentuknya sama dengan sagata sasimbatan
di atas.
3)
Dilon
babah (dalam pembicaraan) :
Sagata ini
diutarakan secaralangsung dalam suatu musyawarah (biasanya ketika meminang
gadis).
Contoh:
Mahappun
sikindua numpang ngelokkon cawa, gegoh hani sgata ni sanak.
4)
Dilom
dawakha :
Sagata ini
merupakan pemberitahuan kepada gadis atau keluarganya, bahwa ada seseorang
bujang akan berkunjung/bertandang. Biasanya sagata ini dilakukan dihalaman
rumah atau disuatu tempat.
Contoh:
Mati khebu
lalubi
Suluh pu
halom-halom
Jak jawoh adik
kunanti
Kusansat luwah
kelom
Pekon ampai
pekon kham
Banjakhbatin
wat suha
Kik nyak yu
santokh tikham
Kik adek halok
mawat
5)
Sagata
Ngangga Hinik :
Sagata ini dilakukan seorang bujang
ketika ia akan berkunjung ketempat si gadis. Setelah ia berada disamping/di
halaman atau belakang rumah si gadis, ia memberi kode dengan menyalakan korek
api, sinar baterai atau memetik jari jempol dan telunjuk (
methek). Ini dilakukan berkali-kali sampai ada balasan bahwa si gadis bersedia
untuk ditemui atau orang tuanya memberitahukan bahwa si gadis tidak dirumah
atau sakit.
Contoh :
Kota dalom pekon lom
Khang laya batukhaja
Ku bidi kelom-kelom
Niat haga putungga
6)
agata
Nangguh (Pamitan):
Bentuk pantun ini disampaikan oleh
gadis secara bergantian pada saat pertemuan dalam suatu kegiatan perkawinan.
Kelompok gadis ini terbagi dua, yaitu kelompok gadis tuan rumah/muli baya dan
kelompok gadis tamu/muli kawakhi.
Contoh :
Awal pembukaan :
Tuan rumah :
Sikop buhinjang kawai
Ali-ali dijakhi
Kawakhi ampai sampai
Api kabakh ni dudi
Tamu :
Sikop buhinjang kawai
Ali-ali dijakhi
Selamat pakhda munyai
Khena kabakh kham dudi
Saat
gadis tamu akan pulang :
Tamu
:
Kham
pulipang betik
Andana
ti takhima
Hanekan
si ti kanik
Ngahakhap
kilu khila
Tuan Rumah :
Ganta kodo kham lipang
Tekhima kasih siya
Hanekan si ti hiding
Mak luwah kimak khila
7)
Sagata
Salayuh :
Bunyi sagata ini menyatakan bagi
pendengarnya karena bahasa dan kata katanya tidak teratur dan kasar berupa
sindiran-sindiran kasar.
Contoh
:
Khadu
lohot ne mak ku
Iya cawa jama bapak
Enggok nyak ngamantu
Kik muli kicut pudak
8)
Sagata Ijah Tawai :
Sagata ini berisi nasehat, ajaran
dan pendidikan.
Contoh:
Wat
dabingi dawah
Bukti uwat ni Tuhan
Dikhi kham kecah-kecah
Munggak
medoh bu iman[2]
B.
Tujuan
Untuk mempertahankan adat biasanya dalam acara atau
kegiatan:
a.
Akikah
b.
Sunatan
c.
Perkawinan
d.
Kewafatan
e.
Saat-saat setelah Wafat[3]
C.
Fungsi dan Kegunaan
Segata dalam kehidupan masyarakat Lampung memiliki
beberapa fungsi yaitu:
1. Digunakan
sebagai ungkapan isi hati kepada seseorang (dari sibujang kepada si gadis atau
sebaliknya).
2. Dijadikan
alat penghibur pada suasana bersantai atau dijadikan alat penghilang kejenuhan.
3. Dijadikan
Pelengkap acara cangget tarian adat (dilingkungan masyarakat Lampung pepadun).
4. Sebagai
sarana pendidikan.
5. Untuk
menyampaikan pesan-pesan pembangunan.
6. Sebagai
sarana pembuka dan penutup suatu acara.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Segata yaitu sastra lampung yang
berbentuk puisi yang tiap baitnya terdiri dari 4 baris, dan bersajak akhir
abab.
Untuk mempertahankan adat biasanya
dalam acara atau kegiatan: marhabah, akikah, sunatan, perkawinan, kewafatan,
saat-saat setelah wafat.
Segata dalam kehidupan masyarakat
Lampung memiliki beberapa fungsi yaitu: Digunakan sebagai ungkapan isi hati
kepada seseorang (dari sibujang kepada si gadis atau sebaliknya), Dijadikan
alat penghibur pada suasana bersantai atau dijadikan alat penghilang kejenuhan,
Dijadikan Pelengkap acara cangget tarian adat (dilingkungan masyarakat Lampung
pepadun), Sebagai sarana pendidikan, Untuk menyampaikan pesan-pesan
pembangunan, dan Sebagai sarana pembuka dan penutup suatu acara.
Ditinjau dari isinya sagata ada 5 macam yaitu: Segata Ngebabang ( pantun anak-anak), Segata Buhaga (pantun percintaan), Segata Nangguh (pantun ngebuka atau penutup kegiatan), Segata Lalagaan (pantun berolok-olok atau kocak), Segata Nyindekh (pantun sindiran), Segata Hehiwang (pantun duka cita).
DAFTAR ISI
Sabaruddin, 2010mengenal adat
istiadat dan bahasa lampung pesisir way lima,jakarta barat:kamukhian way
lima
https://www.infobdl.net/2015/01/bentuk-bentuk-karya-sastra-lisan-jenis-puisi-di-lampung.html
di Akses pada hari minggu pukul 08.00 WIB
http://dhiana-cute.blogspot.co.id/2013/01/sagata-dan-macamnya.html di Akses
pada tanggal 29 November pukul 10.00 WIB
[1]Sabaruddin,mengenal adat istiadat dan bahasa lampung pesisir way lima,(jakarta barat:kamukhian way lima,2010)., hal.105
[2]
http://dhiana-cute.blogspot.co.id/2013/01/sagata-dan-macamnya.html di Akses
pada tanggal 29 November pukul 10.00 WIB
[3]https://www.infobdl.net/2015/01/bentuk-bentuk-karya-sastra-lisan-jenis-puisi-di-lampung.html
No comments: