Hukum Menyingkat Shalawat Nabi dengan SAW atau صلعم
Pertanyaan:
Sering
kita jumpai beberapa artikel menyingkat tulisan shalawat, misalnya: Allah
mengutus Rasul-Nya SAW sebagai rahmatan bagi alam. Kadang dalam tulisan Arab,
disingkat: صلعم, atau huruf shad
saja. Nah, shalawat yang disingkat itu, apakah bisa disebut shalawat? Dan
bagaimana hukumnya?
Trim’s
Jawaban:
Berikut beberapa keterangan ulama yang
menasehatkan agar menyingkat shalawat semacam itu tidak dilakukan:
Pertama,
keterangan Ibnu Shalah (w. 643 H), ahli hadis penulis kitab mustholah hadis,
yang dikenal dengan Mukadimah Ibnu Shalah, menyatakan,
ينبغي له أن يحافظ على كتابة الصلاة
والتسليم على رسول الله صلى الله عليه وسلم عند ذكره ، ولا يسأم من تكرير ذلك عند
تكرره فإن ذلك من أكبر الفوائد التي يتعجلها طلبة الحديث وكتبته ، ومن أغفل ذلك
فقد حرم حظا عظيما
Selayaknya penulis hadis berusaha menjaga
penulisan shalawat dan salam untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika menyebut nama beliau. Dan tidak merasa bosan dengan
mengulang-ulang tulisan shalawat, ketika mengulang penyebutan nama Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Karena ada manfaat besar yang segera didapatkan oleh
penulis hadis dan tulisannya. Siapa yang melalaikan hal ini, berarti dia
dijauhkan dari keberuntungan yang besar.
Kemudian Ibnu Shalah menyebutkan dua hal
yang selayaknya dijauhi:
ثم ليتجنب في إثباتها نقصين :
أحدهما : أن يكتبها منقوصة صورة رامزا إليها بحرفين أو
نحو ذلك
والثاني : أن يكتبها منقوصة معنى بأن لا يكتب ( وسلم )
وإن وجد ذلك في خط بعض المتقدمين
“Kemudian hendaknya dijauhi dua penulisan
shalawat yang kurang:
Pertama, shalawat ditulis dengan teks yang
kurang (singkatan), dengan dibuat rumus dua huruf atau semacamnya.
Kedua, shalawat ditulis dengan kalimat
yang kurang maknanya, seperti dengan tidak menulis kalimat ‘wa sallam’ [hanya
menulis: shallallahu ‘alaihi], meskipun semacam ini dijumpai dalam karya ulama
masa silam (Mukadimah Ibn Sholah, hlm. 105).
Kedua,
keterangan Jalaluddin As-Suyuthi (w. 911 H) dalam Tadrib ar-Rawi,
ويكره الاقتصار على الصلاة أو التسليم هنا
وفي كل موضع شرعت فيه الصلاة كما في شرح مسلم وغيره لقوله تعالى : ( صَلُّوا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ) …. ويكره الرمز إليهما في الكتابة بحرف أو
حرفين كمن يكتب ( صلعم ) بل يكتبهما بكمالها
Dimakruhkan menyingkat shalawat dan salam
di sini, dan di setiap kesempatan yang disyariatkan untuk bershalawat.
Sebagaimana dinyatakan dalam Syarh Shahih Muslim dan lainnya. Berdasarkan
firman Allah, yang artinya, ‘Berilah shalawat dan salam kepadanya’….dimakruhkan
membuat rumus ketika menulis shalawat, baik dengan satu huruf atau dua huruf,
seperti orang yang menyingkat dengan tulisan: صلعم , namun dia tulis secara lengkap
(Tadribur Rawi, 2:76).
Ketiga,
al-Allamah as-Sakhawi (w. 902 H) mengatakan,
واجتنب أيها الكاتب ( الرمز لها ) أي الصلاة
والسلام على رسول الله صلى الله عليه وسلم في خطك بأن تقتصر منها على حرفين ونحو
ذلك فتكون منقوصة – صورة – كما يفعله ( الكتاني ) والجهلة من أبناء العجم غالبا
وعوام الطلبة ، فيكتبون بدلا من صلى الله عليه وسلم () أو () أو ( صلعم ) فذلك لما
فيه من نقص الأجر لنقص الكتابة
Wahai para penulis, hindarilah rumus untuk
shalawat dan salam bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
tulisanmu. Dengan kamu singkat dengan dua huruf atau semacamnya, sehingga
teksnya kurang. Sebagaimana yang dilakukan oleh Al-Kitani dan orang-orang yang
awam dengan agama. Mereka menulis singkatan pengganti untuk shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan huruf ص atau صم, atau صلعم. Penulisan shalawat
semacam ini mengurangi pahala karena teksnya tidak lengkap (Fathul
Mughits Syarh Alfiyah al-Hadits, 2:182).
Keempat,
keterangan Imam Ibnu Baz (w. 1420 H) dalam Fatwa beliau, ketika ditanya tentang
hukum menyingkat shalawat. Beliau mengatakan,
هذا لا ينبغي، بل ينبغي لمن كتب اسم النبي
صلى الله عليه وسلم أو نطق به أن يصلي عليه صلاة كاملة يقول: صلى الله عليه وسلم،
ولا يقول: (صلعم)، ولا: (ص) فقط، فهذا كسل لا ينبغي، بل السنة والمشروع أن يكتب
الصلاة صريحة، فيقول: صلى الله عليه وسلم، أو عليه الصلاة والسلام ؛ لأن الله جل
وعلا قال: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
ويقول النبي صلى الله عليه وسلم: ((من صلى
علي واحدة صلى الله عليه بها عشراً)) ، وجاء عنه ((أن جبريل أخبره أن من صلى عليه
واحدة، صلى الله عليه بها عشراً ومن سلم عليه واحدة سلم الله عليه بها عشراً))،
الحسنة بعشرة أمثالها
Semacam ini tidak selayaknya dilakukan.
Yang layak dilakukan untuk orang yang menulis nama Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam atau menyebut nama beliau, untuk membaca shalawat
kepada beliau secara sempurna. Dia tulis lengkap: shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Tidak boleh disingkat: (صلعم) atau huruf (ص) saja. Semacam ini
tindakan malas yang tidak selayaknya dilakukan. Yang sesuai sunah, shalawat
ditulis jelas, shallallahu ‘alaihi wa sallam atau ‘alaihis
shalatu was salam. Karena Allah ta’ala berfirman, yang artinya,
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
memberikan shalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berilah shalawat
dan salam kepada beliau.” (QS. Al-Ahzab: 56).
Kemudian, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ‘Siapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah
akan memberikan shalawat untuknya 10 kali.’ (HR. Muslim)
Dalam riwayat yang lain, dinyatakan,
“Sesungguhnya jibril memberi kabar
kepadaku, bahwa siapa yang memberikan shalawat untukku sekali maka Allah akan
memberikan shalawat untuknya 10 kali. Siapa yang memberikan salam untukku
sekali maka Allah akan memberikan salam untuknya 10 kali.” (http://www.binbaz.org.sa/mat/21560)
Allahu a’lam.
Dijawab
oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
Referensi: https://konsultasisyariah.com/17512-hukum-menyingkat-tulisan-shalawat-nabi.html
No comments: