BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR
BELAKANG MASALAH
Kondisi rendahnya mutu pendidikan di tanah air
cenderung dibesar-besarkan dan kurang didalami factor-faktor yang
melatarbelakanginya. Mengapa pendidikan kita rendah ? jawaban yang mudah dan
sering dikemukakan adalah kurikulum sering berganti, sarana dan prasarana
pendidikan kurang memadai, dan gaji guru rendah. Tanpa menyangkal relevansi
factor-faktor yang disebutkan itu, ada hal-hal lain yang lebih mendasar yang
perlu mendapat perhatian. Tidak di praktikannya ilmu pendidikan dan
merajalelanya kecelakaan pendidikan merupakan dua hal yang menjadi akar
rendahnya mutu pendidikan itu.
Manusia adalah
makhluk yang luar biasa, di bawah kekuasaan yang maha esa. Dengan kekuatan dan
keterbatasannya, manusia dapat berbuat “apa saja” atas lingkungannya. Baik
lingkungan sekitar atau lingkungan yang lebih luas.demikian juga manusia dapat
berbuat “segala sesuatu” atas dirinya sendiri. Potensi manusia seperti itu
secara mendasar telah dimiliki manusia sejak awal penciptaan manusia, dalam
kondisi manusia yang dilandasi oleh tujuan penciptaannya itu, manusia
berkembang dan memperkembangkan diri mengukir budaya yang semakin tinggi dan
modern, serta mengejar kebahagiaan yang dicitakannya.
- RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana pandangan umum tentang manusia ?
2.
Apa saja hakikat-hakikat manusia ?
3.
Apa hubungan manusia dan pendidikan?
1. Mengetahui arti
dari insan atau manusia
2. Mengetahui
hakikat-hakikat sebagai manusia
3. Mengetahui
pentingnya hubungan manusia dan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan Umum tentang manusia
Berbicara tentang manusia sepertinya berbicara
tentang segala sesuatu. Pemenuhan kebutuhan pengembangan diri manusia itu
tampaknya memang dapat dilaksanakan “dari, untuk, dan oleh manusia itu sendiri”.
Inilah penyataan yang luar biasa. Pernyataan bahwa “manusia dan segenap
perkembangan budayanya adalah dari manusia, untuk manusia, dan oleh manusia”,
mengimplikasikan bahwa manusia memang hebat, bisa berbuat dan membuat apa saja
untuk kehidupan kemanusiaannya, sesuai dengan kebutuhan dan kemauannya.
Pernyataan ini perlu dikaji lebih lanjut.
Pertama,
semua yang ada di dunia adalah untuk manusia, bumi, matahari, bulan, bintang,
planet dan satelit-satelitnya, bahkan alam semesta seisinya adalah untuk
manusia. Tidak ada makhluk lain selain manusia yang memerlukan semuanya, karna
hanya manusialah yang menyadari tentang adanya dan gunanya dunia dan alam
semesta, dan hanya manusialah yang mampu mengolah dan menggunakan dunia dan
alam semesta untuk keperluan kehidupan kemanusianya.
Kedua,
perkembangan, kemajuan, dan budaya manusia memang terjadi oleh manusia, karna
hanya manusialah yang memiliki potensi dan pemikiran yang mampu mengembangkan
berbagai kekuatan, daya dan upaya untuk memenuhi kebutuhan serta hasrat
kehidupannya. Memang oleh manusialah isi dunia dan alam semesta diubah dan
diolah serta digunakan untuk kepentingan manusia.
Ketiga, apakah segala yang diperbuat manusia dan
diperuntukkan bagi manusia itu benar-benar dari manusia? dan seluruhnya dari
manusia? Dapat disadari dan di terima oleh akal bahwa banyak hal yang memang berasal
dari manusia. Berbagai kaidah keilmuan dan teknologi berasal dari buah pikiran
manusia, berbagai hasil karya merupakan buah dari tangan manusia, berbagai aturan
nilai dan moral tumbuh dan berkembang dari kebijakan yang diukir manusia.
Manusia memang bisa dan semakin bisa menghasilkan dari dirinya sendiri berbagai
produk, bahkan memproduksi semua hal untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Permasalahannya adalah, apakah benar semua yang berasal dari manusia itu memang
sebenarnya asli berasal dari manusia? dari mana asalnya bumi, gunung, dan
lautan? dan jika benar semua itu berasal dari manusia, maka dari mana asalnya
manusia?
Kajian antropologi yang paling sederhana menyatakan
bahwa mausia berasal dari nenek moyang mereka turun temurun, generasi per
generasi sampai dengan generasi sekarang dan seterusnya yang akan datang. Lalu
dari manakah nenek moyang manusia berasal?
Untuk menjawab pernyataan tersebut yang paling mudah
adalah Nabi Adam,atau menurut teori evolusi Darwin adalah nenek moyang manusia
berasal dari kera. Lalu dari mana Nabi Adam berasal,atau jika merujuk kepada
teori Darwin, darimana asalnya kera yang berevolusi menjadi manusia sekarang
itu dan juga manusia yang akan datang?
Kontrovensi
tentang asal muasal manusia itu diramaikan oleh kaum Nihilis yang meyakini
bahwa yang kekal adalah ketiadaan, segala sesuatu berasal dari tidak ada dan
berakhir pada keadaan tidak ada, semuanya akan kembali tidak ada. Bagi kaum
ini, manusia bermula dari tidak ada, dan pada akhirnya nanti manusia baik
secara individual maupun secara keseluruhan umat manusia, seluruh karya dan
buayanya, bahkan bumi, langit dan alam semesta akan musnah tiada tersisa.
Terombang-ambing oleh pendapat dan teori
tentang awal dan akhir manusia itu, sebagian umat manusia mempersoalkan akhir
kehidupan manusia itu sendiri, yaitu kematian. Haruskah manusia mati dan
semuanya kembali pada keadaan nihil? “tidak” kata sekelompok manusia. Manusia harus
berusaha dan mempertahankan diri sehingga dapat tetap hidup atau setidaknya
hidup lebih lama. Tercatat dalam literatur bahwa orang Amerika dikondisikan sejak awal hidupnya seolah-olah
mereka tidak akan mati, tetap hidup selama mungkin mereka menolah dan mungkir
dari kematian, budaya yang mereka kembangkan adalah budaya yang menolak
kematian (death denying culture). Sementara
itu praktik euthanasia (proses
kematian dengan bantuan orang lain, misalnya dokter untuk mengurangi rasa
sakit) dilaksanakan.
Bagi mereka yang masih mempersoalkan
asal-usul manusia bagaimana dan akhir kehidupan manusia, dapat menyelimuti
keseluruhan kehidupan manusia. Kegalauan tentang ada dan tiada dapat
berpengaruh terhadap asal mualasal dan manifestasi kehidupan manusia.
Kegalauan sebagian kaum Nihilis tersebut
dapat mempengaruhi segenap perih kehidupan kemanusiaan. Semua
pertanyaan-pernyataan mengenai asal-usul manusia dan seterusnya seharusnya
dihindari bahkan ditinggalkan dan di hilangkan. Hendaklah ada ketegasan dan
ketetapan pendirian dan sikap tentang dari mana dan akan kemana manusia itu.
Ketegasan dan ketetapan ini akan memantapkan pengembangan keseluruh kehidupan
manusia, sehingga menjadi jelas bahwa hidup itu berguna, dari awal kejadiannya,
keberadaannya setiap saat, sampai menjangkau alam sesudah kematian
Berbicara tentang manusia,sipakah manusia
itu? apa yang di maksud dengan peri kemanusiaan yang menjadi jati diri manusia?
banyak pakar yang telah memikirkan jati diri manusia. Pandangan lama antara
lain mengemukakan:
a. Manusia pada hakikatnya ditandai oleh
adanya kesatuan antara apa yang ada pada dirinya, yaitu pikiran, kejendak, dan
nafsu. (Plato)
b. Manusia pada hakikatnya adalah jahat,
oleh karenanya untuk mengembangkannya diperlukan latihan dan disiplin yang
keras, terutama disiplin pada waktunya (Hsun Tsu). c. Manusia merupakan kesatuan jiwa dan badan, yang
dimotivasi oleh prinsip kebahagiaan, dan semuanya itu diwarnai oleh dosa
warisan di pendahulunya. (Agustinus)
d. Manusia terdiri dari unsure dualistik,
jiwa dan badan. Jiwa tidak bersifat bendawi abadi dan tidak dapat mati, sedangkan
badan yang baersifat bendawi dapat sirna, dan menjadi sasaran ilmu fisika.
Badan dan jiwa masing-masing mewjudkan diri dalam berbagai hal sendiri-sendiri,
namun demikian hakikat manusia adalah jiwanya (Descartes)
Pandangan yang lebih baru tentang manusia, antara
kain dikemukakan oleh para pemikir
sebagai berikut:
a. Manusia tidak memegang nasibnya
sendiri. Tingkah laku mnusia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
instink-insting nya, dan dikendalikan oleh pengalaman masa lampau, dan dintukan
oleh faktor-faktor interpersonal dan intra psikis. (Freud)
b. Manusia tidak semata-mata bertujuan
memuaskan dorongan-dorongan dirinya, tetapi juga termotivasi untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial dan pemenuhan kebutuhan dalam mencapai sesuatu. Tingkah
laku individu ditentukan oleh lingkungan pembawaan, dan individu itu sendiri.
(Adler)
c. Manusia adalah makhluk rasional,
tersosialisasikan, dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Dalam kondisi yang
memungkinkan, manusia akan mampu mengarahkan diri sendiri, maju, dan menjadi
individu yang positif dan konstruktif. (Rogers)
d. Manusia adalah makhluk reaktif yang
tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar dirinya. Tingkah laku
manusia dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungannnya, melalui
hukum-hukum belajar. (Skinner)
e. Tindakan musia didiorong untuk
memenuhi kebutuhan dasar (baik psikologikal maupun fisiologikal) yang sama
untuk semua orang. Kebutuhan fisiologikal adalah segala sesuatu untuk mempertahankan
kesadaran organisme, sedangkan kebutuhan psikologikal terarah untuk mencintai
dan dicintai, serta berguna bagi diri sendiri dan orang lain. (Glasser)
f. Manusia memiliki kemampuan inheren
untuk berbuat secara rasional ataupun tidak rasional. Berpikir dan merasa itu
sangat dekat dan bergandengan satu sama lain. Pikiran seseorang dapat menjadi
perasaannya dan sebaliknya. (Ellis)
g. Manusia dipandang sebagai nol yang
me-nol-kan diri, yang dirinya itu bukan merupakan objek melainkan subjek, dan
secara kodrati dirinya itu adalah bebas. (Sartre)
B.
Kemanusiaan Manusia
Manusia terus berpikir tentang manusia,
tentang kebutuhan hidup manusia dan keberlangsungan hidupnya sekarang dan
generasi berikutnya, tentang manusia dan lingkungannya dan alam semesta,
tentang manusia dan perkembangan budayanya, tentang manusia dan kehidupan
dunianya dan sesuadah kehidupan itu berakhir, dan tentang manusia dan kehidupan
spiritual dan Tuhannya. Para filosof menghasilkan pemikiran filosofis, dan
pakar mengukir kaidah-kaidah tentang hakikat manusia. Sebagian dari hasil
pemikiran itu secara garis besar dan sederhana telah tertuliskan di atas.
1.
Harkat dan martabat manusia
Berbagai pandangan tentang manusia
tersebut berorientasi pada keberadaan dan kehidupan manusia sebagaimana adanya
di dunia. Manusia dipandang sebagai suatu keberadaan dengan berbagai
kondisinya, didalaminya, dianalisis, dan bahkan diukur. Dalam pandangan
tersebut, manusia dipahami dalam konteks keduniaannya, sedangkan sisi
keakhiratannya yaitu sisi dari mana manusia berasal dan akan kembali, belum menjadi bagian dari pandangan
terdahulu itu.
a. Hakikat
Manusia
Dari
dokumen yang pernah dikumpulkan manusia yang mencerminkan kebutuhan-kebutuhan
dirinya, kemampuan berfikir dan merasanya, kehidupan dan budayanya, kemampuan
untuk merambah dan menguasai
lingkungannya serta menjangkau daerah-daerah yang semakin luas, serta kemampuan
spiritual sampai keimanan dan ketakwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat
ditarik kesimpulan tentang hakikat manusia yang di dalam nya terkandung harkat
dan martabat manusia, yaitu bahwa manusia;
1.makhluk
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.makhluk
yang paling indah dan sempurna dalam pencitraannya
3.makhluk
yang paling tinggi derajatnya
4.khalifah
di muka bumi
5.pemilik
hak-hak asasi manusia <HAM>
Hakikat
manusia itu merupakan inti dari kemanusiaan manusia. Dari awal penciptaannya,
dalam kondisi kekeberadaanya di atas bumi, sampai dengan perjalananya kembali
ke hadapan Sang Maha pencipta, hakikat kemanusiaan yng terukir pada lima butir
dasar HMM itu tetep melekat pada diri manusia. Manusia memperoleh kehormatan
dan kesempatan untuk mengaktualisasikan hakikat dirinya itu dalam keseluruhan
proses kehidupanya di dunia dan di akhirat. Dengan berbekal hakikat yang selalu
melekat pada dirinya, manusia mengembangkan kehidupannya di atas bumi.
Dalam
kerangka HMM secara menyeluruh,aktualisasi kehidupan manusia berdasarkan
hakikat nya itu, tidaklah berlangsung dengan sendirinya.perhatiakan bayi yang
baru lahir, bayi ini secara hakikat dibekali dengan kelima kaidah hakikat
manusia sejak kelahiranya, nilai-nilai kemanusiaan berkemampuan mengelola
kehidupan pribadi, lingkungan sosial dan alamnya, serta berpenampilan diri
sesuai dengan hak-hak asasinya.seseorang <individu manusia> yang sejak
kelahiranya <dan dari penciptaanya> di bekali dengan hakikat manusia itu,
untuk pengembangan diri dan kehidupan selanjutnya, ia dilengkapii dengan
dimensi-dimensi kemanusiaan yang tidak lain adalah juga cakupan wilayah HMM
yang melekat pada diri individu itu. dimensi-dimensi itu adalah :
1.Dimensi
kefitrahan
Kata
kunci yang menjadi isi dimensi kefitrahan adalah kebenaran dan keluhuran.
Dengan dua kata kunci ini dapat dimaknai bahwa individu manusia itu dasarnya
bersih dan mengarahkan diri kepada hal-hal yang benar dan luhur, serta menolak
hal-hal yang salah, serta tidak terpuji.
Kandungan dimensi kefitrahan ini dapat dibandingkan dengan makna teori tabula rasa.
2.Dimensi
keindividualan
Kata
kunci yang terkandung didalam dimensi keindividualan adalah potensi dan perbedaan.
Disini dimaksudkan bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki potensi , baik
potensi fisik maupun mental-psikologis, seperti kemampuan intelegensi, bakat
dan kemampuan pribadi lainnya.
3.Dimensi
kesosialan
4.Dimensi
kesusilaan
5.Dimensi
keberagamaan
2.
Hmm dan kehidupan
Manusia
ditakdirkan untukhidup dan berkembang, sesuai dengan harkat dan martabat
kamanusiaan itu. Dengan modal HMM yang secra laten ada pada dirinya, individu
manusia berkembang sejak kelahirannya menuju kehidupan yang yang
membahagiaakan. Pengembangan yang berhasil akan membawa kwbahagiaan dalam
sprektrum yang luas, sedangkan kegagalannya akan menimbulkan dampak yang cukup
besar atau bhkan malapetaka bagi kehidupan kemanusiaan, baik bagi individu
secara sendiri-sendiri, secara kelompok besar atau pun bahkan bagi kemanusiaan
dalam skala yang terhitung menyeluruh.
Pengembangan
komponen ketkwaan dalam HMM secara tepat, berhasil dan optimal akan membawa
individu menjadi orang-orang yang beriman dan bertkawa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. ciri-cri keimanan dan ketakwaan pada diri individu; pudarnya kehidupan
beragam atau bahkan yang tampil dalam kehidupan justru aniti ke-tuhan-an atau
bahkan ateisme --- meskipun komponen ketkwaan itu masih tetap ada dan menjadi
kekuatan laten didalam HMM.
Pengambangan
cipta dan potensi individu yang ada pada komponen kesempurnaan penciptanya
manusia dan khalifah dimuka bumi akan menghailkan individu-individu yang mamapu
berfikir dan menngembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam budaya yang
tinggi dan membahagiakan.
Komponen karsa
yang sukses dikembangkan akan menghasilkan individu-individu yang dinamis dan
kreatif dan kegairahan tinggi yang mendorong terjadinya perubahan positif
sehingga kehidupan dapat menatap dengan cerah masa depan;sedangkan kegagalan
akan membawa jalan buntu dengan suasana indolensi, kemandegan dan kemunduran,
serta putus asa yang meredupkan suasanan kehidupan.
Kesuksesan
sumua komponen di atas mewarnai dengan kental oleh indahnya keberhasilan
pengembangan komponen kefitrahan yang menghasilkan para pecundang kebenaran
para korupsi dan kriminal dalam arti yang luas penista keseluruhan budi dab
hatinurani.
HMM dengan
triloginya merupakan kekuatan laten manusia yang di anugrahkan sang pencipta
kapada manusia sejak dari awal pencipta manusia itu.
C. MANUSIA DAN PENDIDIKAN
1. pemuliahan keamanusiaan manusia
Penampilan kemanusiaan manusia sehari-hari tampak melalui
aktualisasi dimensi-dimensi kemanusiaanya, yaitu dimensi kefitrahan,
keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan,
Arah
pengembangan HMM
Keterangan :
·
Garis putus-putus : 1.
Pengaruh pengembangan pancadaya melalui pendidikan dalam merelisasi dan mengisi
komponen hakikat manusia.
2. pengaru
pengembangan pancadaya melalui pendidikan dalam merealisasi dan mrngisi komonen
dimensi kamanusiaan
3. interaksi
pengembangan komponen hakikat manusia dan dimensi kamusiaan melalui
pengambangan pancadaya yang terjadi berorientasi pada kedua komonen tersebut.
Aktualisasi
ini akan menampilkan derajat sosok “ketuhanan” individu sesuai dengan HMM yang
dimaksudkan. Menjadi” manusia seutuhnya” dalam kehidupan ( dunia dan akhirat)
adalah tujuan pencipta manusia oleh sang maha pencipta. Untuk tujuan itulah
hakikat manusia dilengkapi dengan lima dimensi disertai pancadaya sebagai
perangkat instrunebtal dasar bagi pengembangan seluruh komponen HMM. Hanya
dengan pengembangan pancadaya itu seoptimal mungkin” manusia seutuhnya” akan
dapat tercipta. Pengembangan yang dimaksud adalah melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan
waahana bagi pengembangan manusia. Pendidikan menjadi media bagi pemuliaan
kemnusiaan manusia yang tercermin didalam HMM dengan hakikat manusia, dimensi
kemanusiaan dan pancadaya-nya itu. Pendidikan seperti ini dilaksanakan oleh
manusia dan untuk manusia, serta hanya terjadi di dalam hubungan antar manusia.
Sebagaimana disebutkan
di atas, segenap spektrum kemanusiaan itu menyatu, berdinamika, dan bersinergi
dalam trilogi HMM. Dalam upaya
pengembangan manusia melalui pendidikan, komponen HMM dikembangkan secara
serempak, seirama, agar segenap sspektrum HMM secara seimbang mencapai
keoptimalan perkembangannya. Bayangkan, apabila masing-masing komponen
berkembang atau dikembangkan sendiri-sendiri. Ketimpangan pengembangan yang
dimaksudkan itu akan tertampilkan melalui aktualisasi kelima dimensi
kemanusiaan yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Dominasi berlebihan
dalam pengembangan dimensi keindividualan akan menjadikan individu orang-orang
yang hebat, pintar dan memiliki intelegensi rasional yang amat tinggi, namun
egois individualistik, asosial dan amoral. Serta ateis. Kata hatinya beku dan
hanya mau menang sendiri. Penonjolan dimensi kesosialan akan menjadikan
individu seorang altruis yang tulus, namun (mohon maaf) tolol, tidak faham apa
yang dilakukannya. Ia menyukai dan mencintai orang lain, tetapi tidak tahu apa
sebenarnya dan dari mana datangnya cinta itu. Apalagi indahnya cinta atau siapa
itu sang maha pencinta.
Dimensi kesusilaan
secara tidak wajar menghasilkan individu utopis, penghayal untuk kehidupan yang
semuanya indah, ideal keterturannya, ketentramannya, keadilannya, ketinggian
nilai budayanya, kebahagissn ysng sempurna, semua orang mengikuti nilai dan
moral yang diterima, bersama dan sebagainya. Tidak ada pertentangan, semuanya
tenang, aman, tentram, tanpa tahu dari mana datangnya dan bagaimana caranya
membuat semua suasana itu terjadi.
Dominasi dimensi
keberagaman yang ekstri akan menegasikan faktor akal, sosial, etika sebagai
sumber kehidupan dan perkembangan manusia itu sendiri. Jangan-jangan hidup ini
tidak dipandang sebagai jalan untuk mati. Jangan-jangan nilai akal, sosial, dan
moral diangap sebagai racun yang akan menjegal kehidupan beragama. Kata hatipun
yang menjadi kandungan inti dimensi kefitrahan, menjadi beku.
Sebenarnyalah, kelima
dimensi itu dapat dikembangkan secara serempak dan bersinergi sesamanya.
Keindividualan menyokong tumbuhnya kesosialan yang penuh dengan nilai-nilai
kesusilaan. Komunikasi dan kebersamaan menunjang berkembangnya potensi individu
sesuai dengan nilai-nilai dan moral yang berlaku. Kata hati yang menjadi fitrah
manusia menemukan penyaluran yang tepat positif dan dinamis bagi berkembangnya
kebenaran yang menemui kaidah akal, sosial dan moral. Akal individu,
aspek-aspek sosial dan moralnya mengarah kepada kebenaran dan kelurahan yang
dicita-citakan oleh dimensi kefitrahan.
Dalam kondisi tertentu,
sebenarnya melalui berkembangnya secara sinergis dan optimal keempat dimensi
saja (kefitrahan, keindividualan, kesosialan, dan kesusilaan) indivu akan hidup
sehat. Manusia akan mampu menjalani dan memperkembangkan kehidupannya dengan
ilmu, teknologi dan seni yang sangat tinggi dan semakin tinggi (dimensi
keindividualan) dengan komunikasi dan kebersamaan yang semakin alturistik dan
saling menghormati (dimensi sosial) dengan ketentuan moral yang semakin serasi
penuh kebijakan dan kebajikan (dimensi kesusilaan) serta dengan penghormatan
akan kebenaran dan keluhuran yang semakin kental (dimensi kefitrahan). Namun,
perlun dicatat bahwa hidup “sehat” semacam itu sebetulnya belum sempurna.
Tanpa diaplikaikannya
kaidah-kaidah keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan yang maha esa (dimensi
keberagaman), hidup “empta dimensi” itu barulah hidup di dunia, belum
nmenjangkau kehidupan di akhirat. Masalah kehidupan akhirat terkait langsung
dengan isi dimensi keberagamaan. Dimensi kelima ini akan menyempurnakan
kehidupan “manusia seutuhnya”. Dimensi kelima membingkai kehidupan individu
yang bersumber dari kefitrahannya, keindividualannya, kesosialan, dan
kesusilaannya yang telah berkembang dengan penuh. Dari arah yang lain ,
pengembangan keempat dimensi yang terdahulu itu, kalau mau ditingkatkan mutu
dan kesempurnaannya, perlu mendapat arah dan energi yang terkandung di dalam
dimensi kelima, keberagamaan.
3. pengembangan limas kehidupan melalui
pendidikan
Perhatikan gambar 4
tentang limas kehidupan yang
berkembang. Limas yang beralaskan segi empat yang dapat membesar dengan alasnya
meluas dan puncaknya meninggi. Alas lima terbentuk dari keberadaan dimensi
kefitrahan, keindividualan, kesosialan, dan kesusilaan. Alas limas ini menggambarkan kemungkinan
berkembangnya secara sinergis keempat dimensi tersebut. Inilah limas “kehidupan
dunia”. Volume limas tersebut dapat ditingkatkan makin lama makin tinggi dengan
memposisikan peran titik puncak limas, yaitu dimensi keberagamaan. Apabila
kehidupan hanya mengembangkan keempat dimensi kelima, maka kehidupan itu hanya
sekedar kehidupan memndatar didunia, sedangkan kehidupan akhiratnya kerdil atau
mandul. Meskipun bisa meluas dan melebar sampai kemana pun, kehidupan mendatar
(melata) seperti itu tidak mungkin mampu bergerak meninggi, dan terus meniggi
mengarah kepuncak keberadaan, yaitu arasy tuhan yang maha esa.
Fase II : fase
pendidikan usia dini
Fase III : fase
pendidikan selanjutnya, sepanjang hayat.
Pada fase I terjadi “pembekalan”
pengembangan komponen HMM dengan unsur-unsur hakikat, dimensi dan pancadaya
kemanusiaan, dan pada fase II serta fase III terjadi pengembangan HMM melalui pemuliaan kemanusiaan manusia,
yang lebih intensif khususnya melalui pendidikan. Fase demi fase tersebut
hendaknya menghasilkan aktualisasi HMM yang secara signififikan semakin maju.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia adalah sasaran,
sumber, dan sekaligus pelaku pendidikan.
Hakikat manusia harus
dilihat secara komprehensif sehingga menjangkau seluruh aspek perkembangan dan
kehidupannya, yaitu aspek-aspek jasmani-rohani, pribadi-sosial,
material-spiritual, dunia-akhirat, hubungan manusia dengan alam dan
penciptanya. Hakikat manusia seperti itu dilandasi oleh kondisi manusia sebagai
mahkluk beriman dan bertakwa kepada tuhan maha esa, paling indah dan sempurna,
paling tinggi derajatnya, khallifah dimuka bumi, dan pemilik hak-hak asasi
manusia (HAM)
Keseluruhan kemanusiaan
manusia membentuk harkat dan martabat manusia (HMM) yang didalamnya terkandung
komponen hakikat manusia, komponen dimensi kemanusiaan dan komponen pancadaya
Pendidikan tidak lain
adalah upaya memuliakan kemanusiaan manusia untuk mengisi dimensi kemanusiaan
dengan orientasi hakikat kemanusiaan melalui pengembangan pancadaya secara
optimal dalam rangka mewujudkan jati diri manusia sepenuhnya
Penampilan ”limas
kehidupan” yang berkembang melalui pendidikan, merupakan aktualisasi lima dimensi
kemanusiaan dengan orientasi hakikat kemanusiaan sebagai cerminan sosok
“keutuhan” individu manusia yang mengacu kepada HMM.
DAFTAR
PUSTAKA
Prayitno, Johan,Mar.2008.Modul Pengembangan Profesi Pendidik,Universitas Negeri Padang
No comments: