BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan sesorang dalam upaya memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan sebagai
sumber untuk belajar pembelajaran juga dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa
sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan
pembelajaran adalah terjadinya preoses belajar.
Rencana
pelaksanaan pembelajaran merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang
telah ditentukan pada silabus pembelajaran. Yang berisi komponen terdiri dari
identitas mata pelajaran, kopetensi dasaryang hendak dicapai, materi pokok
beserta uraiannya. Agar guru dapat pengetahuan jika akan melakukan sebuah
perencanaan pembelajaran.
Salah satu
kompetensi yang harus dikuasai guru adalah evaluasi pembelajaran. Kopetensi ini
sejalan dengan tugas dan tanggunng jawab guru dalam pembelajaran, yaitu
mengevaluasi pembelajaran termasuk didalamnya melaksaakan penilaian proses dan
hasil belajar.
- LATAR
BELAKANG MASALAH
1. Apa
Definisi perencanaan?
2. Apa
Perencanaan Pembelajaran?
3. Apa
Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran?
4.
Apa Perencanaan Program Pengajaran?
5.
Apa Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam
Perencanaan Program Pengajaran?
6. Apa
Menyusun Perencanaan Pembelajaran?
7.
Apa Perencanaan
Pembelajaran IPS?
C.
TUJUAN
PEMBUATAN MAKALAH
1. Untuk
mengetahui Definisi perencanaan!
2. Untuk
mengetahui Perencanaan Pembelajaran!
3. Untuk
mengetahui Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran!
4. Untuk
mengetahui Perencanaan Program Pengajaran!
5. Untuk
mengetahui Beberapa Hal yang
Perlu Diperhatikan dalam Perencanaan Program Pengajaran!
6. Untuk
mengetahui Menyusun Perencanaan Pembelajaran!
7. Untuk
mengetahui Perencanaan Pembelajaran IPS!
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
perencanaan
Ada beberapa defini tentang perencanaan
yang rumusan nya berbeda-beda. Cunningham[1]
misalnya mengemukakan bahwa perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan
pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang aklan datang dengan
tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan
yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan
digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan disini menekankan pada usaha
menyeleksi dan menghubugkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datangitu
dan bagaimana usaha untuk memcapainya merupakan perencanaan.
Definisi yang ke dua mengemukakan bahwa
perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang dengan bagaimana
seharusnya yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas,
program, dan alokasi sumber. Bagaimana sehrusnya adalah mengacu pada masa yang
akan datang. Perencanaan disini menekankan pada usaha mengisi kesenjangan
antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang disesuaikan dengan apa
yang dicita-citakan, ialah menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan
keadaan mendatang yang diingikan.
Sementara itu definisi yang lain tentang
perencanaan dirumuskan sangat pendek, perencanaan adalah suatu cara untuk
mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Dalam definisi ini ada asumsi
bahwa perubahan selalu terjadi. Perubahan lingkungan ini selalu diantisipasi,
dan hasil antisipasi ini dipakai agar perubahan itu berimbang. Artinya
perubahan yang terjadi di luar organisasi pengajaran tidak jauh berbeda dengan
perubahan yang terjadi pada organisasi itu, organisasi tidak mengalami
keguncangan. Jadi, maknaperencanaan disini adalah usaha mengubah organisasi
agar sejalan dengan perubahan lingkungannya.
Ketiga definisi tersebut diatas
memprlihatkan rumusan yang berbeda yang satu mencari wujud yang akan datang
serta uasaha untuk mencapainya, yang kain menghilangakan kesenjangan antara
keadaan sekarang dengan keadaan masa mendatang. Dan yang stu lagi mengubah
keadaan agar sejalan dengan keadaan lingkungan yang juga berubah-ubah.
Berdasarkan rumusan diatas dapat dibuat
rumusan bahwa perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat
kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang
antisipasi gna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B.
Perencanaan
Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut
Dengeng adalah uapaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara
implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan
metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan,
dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada.
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
Konsep pembelajaran yang dipakai dalam
buku ini memiliki maksud yang sama dengan konsep pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya.[2]
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau
perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam
belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sabgai salah satu sumber
belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu,
pembelajaran memuasatkan perhatian pada “ bagaimana membelajarkan siswa” dan
bukan pada “ apa yang di pelajari siswa “. Adapun perhatian terhadap apa yang
di pelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa
isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya tujuan.
Pembelajaran yang akan direncanakan
memerlukan berbagai teori untuk merencanakan memerlukan bebagai teori untuk
merecanakan agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi[3]
harapan dan tujuan pembelajaran. Untuk itu pembelajaran sebagaimana disebut
oleh Degrng.
C.
Dasar
Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran
sebagaimana disebutkan diatas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran.
Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagi berikut :
1. Untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran
yang di wujudkan dengan adanya desain pembelajaran
2. Untuk
merancang suatu pembelajaran peru menggunakan pendekatan sistem
3. Perencanaan
desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar
4. Untuk
merencanakan suatu desain pembelajran diacukan pada siswa secara perorangan
5. Pembelajaran
yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajran, dalam hal
ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiringan dalam
pembelajaran
6. Sasaran
akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
D. Perencanaan Program Pengajaran
Pengajaran
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3 tahun jenjang SLTP dan
SLTA, dan 6 tahun untuk sekolah Dasar. Karena dilaksanakan dalam jangka waktu
tertentu, baik lama maupun singkat, maka apa yang dikerjakan dalam pengajaran
perlu disusun dalam suatu program, yaitu program pengajaran. Ada pengajaran
yang mencakup seluruh masa belajar
misalnya 6 tahun untuk SD dan 3 tahun untuk SLTP, dan SLTA, disamping
itu ada program yang lebih singkat seperti program tahunan,
semesteran/caturwulan, program mingguan, dan sebagainya. Dalam pengajaran di
sekolah kita dewasa ini, umumnya guru-guru hanya dituntut menyusun dua macam
program pengajaran, yaitu program untuk jangka waktu yang cukup panjang seperti
program semseteran atau program caturwulan dan untuk jangka singkat yaitu
program untuk setiap pokok satuan bahasan.
1.
Program untuk Jangka Waktu Agak Panjang
Berdasarkan
kurikulum 1984, di SLTP, dan SLTA digunakan sistem/program belajar semester,
sedang SD tetap digunakan sistem/program belajar caturwulan. Kalau dalam
program belajar semester satu tahun ajaran terbagi atas dua semester, maka
program caturwulan satu tahun terbagi atas tiga caturwulan. Perbedaan pembagian
waktu belajar ini sudah tentu didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
Caturwulan
merupakan satu periode waktu belajar. Dalam periode waktu tersebut peserta
didik diharapkan menguasai satu-kesatuan pengetahuan, sikap dan keterampilan
tertentu. Pada setiap akhir caturwulan diadakan evaluasi hasil belajar yang
bisa disebut tes sumatif. Hasilnya setelah digabungkan dengan hasil-hasil
evaluasi ebelumnya, dapat dijadikan tolok ukur perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik pada caturwulan tersebut. Hasil evaluasi tersebut sampai
batas tertentu juga dapat dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan pengajaran
yang dilakukan oleh guru pada caturwulan tersebut.
Adapun unsur-unsur
yang biasanya terkandung dalam program suatu caturwulan tertentu meliputi :
a.
Tujuan
Tujuan yang dicantumkan dalam program
caturwulan adalah tujuan-tujuan yang masih bersifat umum yang diangkat dari
GBPP, yaitu tujuan kurikuler dan instruksional umum.
b.
Pokok/Satuan Bahasan
Pokok/satuan bahasan menunjukkan judul materi
pelajaran yang akan dipelajari/diajarkan dalam satu caturwulan yang
bersangkutan. Pokok/satuan bahasan tersebut diambil dari GBPP tanpa/dengan
beberapa penyesuaian dan pengaturan kembali oleh guru yang bersangkutan.
c.
Metode Mengajar
Sekalipun masih bersifat tentatif atau
smentara, dalam program caturwulan hendaknya dicantumkan pula metode-metode
mengajar yang direncanakan akan digunakan dalam mengajarkan setiap pokok/satuan
bahasan yang telah ditetapkan.
d.
Media dan Sumber
Disamping metode mengajar, untuk setiap
pokok/satuan bahasan dicantumkan pula media/alat bantu dan buku sumber yang
digunakan. Pencantumkan buku sumber meliputi nama penulis, nama buku, tahun dan
penerbit, dan juga bagian atau bab yang diacu dalam pengajaran pokok/satuan
bahsan yang bersangkutan.
e.
Evaluasi Pengajaran
Dalam program caturwulan tersebut hendaknya
terlihat pula kegiatan-kegiatan evaluasi yang dilaksanakan di luar
masing-masing pokok/suatu bahasan, seperti evaluasi/tes sumatif dan
evaluasi/tes subsumatif.
f.
Waktu
Untuk setiap pokok/satuan bahasan dan
kegiatan evaluasi dalam caturwulan yang bersangkutan, perlu dicantumkan pula
jumlah waktu yang dialokasikan, sehingga sejak awal sudah dapat diketahui
apakah program caturwulan yang dibuat itu dapat diselesaikan pada waktunya.
Jika melebihi waktu yang tersedia, maka perlu diadakan penyesuaian-penyesuaian
dalam materi ataupun alokasi waktu.
g.
Lain-lain
Pada bagian awal format program, hendaknya
ditulis : judul program, caturwulan keberapa, kelas dan nama sekolah serta nama
mata pelajaran.
Program caturwulan
tersebut dapat disusun seperti biasa (kebawah) atau dalam bentuk matriks (ke
samping0 tergantung dari ketentuan yang diberlakukan untuk/oleh sekolah yang
bersangkutan. Terlepas dari itu, ditinjau dari segi praktis, mungkin lebih
tepat jika disusun dalam bentuk matriks. Untuk yang disusun dalam bentuk
matriks, contoh formatnya dapat dilihat pada halaman berikut.
2.
Program untuk Jangka Waktu Singkat
Program caturwulan
dapat dijadikan pegangan untuk mengajar dikelas, tetapi baru merupakan pegangan
bagi pelaksanaan mengajar selama satu caturwulan. Untuk pegangan mengajar di
dalam kelas. Dari program caturwulan ini masih perlu dijabarkan lagi
program-program untuk jangka waktu yang pendek. Program untuk setiap
pokok/satuan bahasan ini pada dasarnya merupakan program mengguan atau harian,
dan dewasa ini lebih dikenal dengan nama satuan pelajaran.
Isi dan alokasi
waktu setiap pelajaran tergantung pada luas atau sempitnya pokok/satuan bahasan
yang dicakupnya. Suatu pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu hanya 2 jam
pelajaran, mungkin selesai diajarkan dalam satu pertemuan saja. Pokok/satuan
bahasan yang membutuhkan waktu 4 jam pelajaran, perlu disampaikan dalam dua
kali pertemuan/penyajian. Apabila dalam jadwal, mata pelajaran itu diberikan 2
X 2 jam pelajaran, maka pokok/satuan bahasan tersebut dapat diselesaikan dalam
satu minggu, tetapi bila membutuhkan lebih dari 4 jam pelajaran maka baru
selesai diajarkan selama dua minggu, bahkan mungkin juga lebih.
Penyusunan program
untuk setiap pokok/satuan bahasan ini dapat menggunakan berbagai format, salah
satunya ialah satuan pelajaran. Satuan pelajaran merupakan suatu satuan/unit
program pengajaran terkecil, yang berisi rencana penyampaian sesuatu pokok atau
satuan bahasan tertentu. Karena merupakan satuan program pengajaran terkecil
itulah maka sebaiknya suatu satuan pelajaran waktunya tidak terlalu panjang,
tetapi juga tidak terlalu pendek.
Komponen-komponen
isi dari satu-satuan pelajaran tidak banyak berbeda dengan program caturwulan.
Perbedaannya adalah pada satuan pelajaran tujuan dan bahan ajaran disusun lebih
rinci dan spesifik, metode mengajar dijelaskan dalam bentuk yang lebih konkret
berupa proses bagaimana guru menyampaikan pelajaran/mendorong peserta didik
belajar dan bagaimana peserta didik belajar.
E. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perencanaan
Program Pengajaran
Penyusun program
pengajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan lebih lancar dan
hasilnya lebih baik. Kurikulum khususnya GBPP, menjadi acuan utama di dalam
penyusunan atau perencanaan suatu program pengajaran, namun kondisi sekolah dan
lingkungan sekitar, kondisi peserta didik dan guru merupakan hal-hal penting
yang juga diperhatikan.[4]
1.
Kurikulum
Dalam perencanaan
atau penyusunan suatu program pengajaran, hal pertama yang perlu mendapat
perhatian adalah kurikulum terutama GBPPnya. Dalam GBPP telah tercantum tujuan
kurikuler, tujuan instruksional, pokok bahasan serta jam pelajaran untuk
mengajarkan pokok bahasan tersebut. Dalam penyusunan program caturwulan,
rincian pokok bahasan menjadi sub atau sub pokok bahasan perlu juga
memperhatikan waktu yang tersedia. Kalau waktu yang tersedia cukup banyak, maka
sub pokok bahasan yang akan disampaikan dapat lebih banyak, tetapi apabila
waktu sedikit maka sub pokok bahasan dibatasi.
Karena waktu
pertemuan atau penyampaian pelajaran pada setiap minggu sama dan jumlah
pertemuan dalam caturwulan dapat diketahui/dihitung, maka dalam merinci pokok
bahasan perlu diperhatikan hal itu. Umpamanya pada pokok bahasan yang memiliki
subpokok bahasan yang banyak perlu ada pengelompokkan subpokok bahasan sehingga
akhirnya dapat dihasilkan unit-unit/ satuan-satuan bahsan dalam caturwulan yan
bersangkutan, yang masing-masing akan dikembangkan dalam bentuk satuan
pelajaran.
2.
Kondisi Sekolah
Perencanaan program
pengajaran juga perlu memperhatikan keadaan sekolah, terutama tersedianya
sarana-prasarana, dan alat bantu pelajaran. Sarana-sarana dan alat bantu
pelajaran ini menjadi pendukung terlaksananya berbagai akivitas peserta didik.
Guru tidak mungkin melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan
bak pasir apabila di sekolah tersebut tidak tersedia bak pasir. Demikian juga
halnya guru tidak mungkin menyuruh peserta didik mengadakan pengamatan terhadap
tanaman, apabila di sekolah/sekitar sekolah tidak ada kebun.
3.
Kemampuan dan Perkembangan Peserta Didik
Dalam menyusun atau
merencanakan program pengajaran komponen peserta didik juga perlu mendapat
perhatian. Program pengajaran, apakah program caturwulan atau program
mingguan/harian, dapat dipandang sebagai suatu skenario tentang apa yang harus
dipelajari peserta didik dan bagaimana mempelajarinya. Agar bahan dan cara
belajar ini sesuai dengan kondisi peserta didik, maka penyusunan
skenario/program pengajaran perlu disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan
peserta didik.
Keluasaan dan
kealaman bahan ajar perlu disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan peserta
didik. Aktivitas belajar yang direncanakan guru juga perlu memperhatikan hal
itu. Secara umum peserta didik dalam satu kelas terbagi atas tiga kelompok
yaitu kelompok pandai atau cepat belajar, kelompok sedang, dan kelompok kurang
atau lambat. Untuk mengatasi variasi kemampuan peserta didik, maka guru perlu
menggunakan metode atau bentuk kegiatan megajar yang bervariasi pula.
4.
Keadaan Guru
Keadaan dan
kemampuan guru sesungguhnya tidak perlu menjadi hal yang perlu diperhatikan,
sebab guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkenaan dengan
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Kalau pada suatu saat ia memiliki
kekurangan, ia dituntut untuk segera belajar atau meningkatkan dirinya. Bagi
guru-guru yang pengalaman pengajarannya masih sangat sedikit, kekurangan
kemampuan pada guru juga perlu diperhatikan.
Dalam program
caturwulan atau pelajaran, guru jangan dulu merencanakan kegiatan atau mengajak
peserta didik melakukan sesuatu percobaan apabila guru sendiri belum tahu atau
mampu melakukannya.[5]
F.
Menyusun
Perencanaan Pembelajaran
Guru yang baik harus menyusun perencanaan sebelum
melaksanakan pembelajaran di kelas. Proses belajar mengajar yang baik harus
didahului dengan persiapan yag baik, tanpa persiapan yang baik sulit rasanya
meghasilkan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, sudah seharusnya guru
sebelum mengajar menyusun perencanaan atau perangkat pembelajaran.
Program tahunan berisi kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilakukan guru selama satu tahun
pelajaran, seperti berapa jumlah minggu efektif dalam satu tahun pelajaran,
berapa jumlah minggu tidak efektif dalam satu tahun pelajaran.
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar
isi. Perencanaan pemmbelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian
pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka
pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan
berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran
tertentu. Silabus digunakan sebagi acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat
dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah
sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan
silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab
di bidang pendidikan untuk SD, SMP, dan dinas proviinsi yang bertanggungjawab
di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang ,menangani urusan
pemerintahan di bidang agama untuk MI,MTs,MA.
G.
Perencanaan
Pembelajaran IPS
Sebelum kita bahas tentang pembelajaran
IPS, ada baiknya dikemukakan aspek perencanaan. Dalam membuat desain
perencanaan pembelajaran, Brunner mendeskripsikan bagaimana prinsip kekuatan,
seharusnya diterapkan ketika menyeleksi isi kurikulum. Pelajaran atau unit
kerja yang kuat adalah apabila berbagai
konsep dasar daripelajaran itu disajikan secara sederhana, tidak rumit, dan logis. Melalui organisaasi yang
logis. Siswa akan melihat hubungan diantara berbagai fakta dan di antara
berbagai konsep penting dalam sebuah topik.[6]
Perlu
diketahui bahwa disetiap bidang
pembelajaran, ada bannyak yang tidak
mungkin habis dipelajari dalam waktu tertentu, setahun bahkan mungkin
habis dipelajari dalam waktu tertentu, setahun bahkan mungkin seumur hidup.
Disini guru ips harus memeilih isi berdasarkan ide-ide dasar dan struktur ilmu
pengetahuan dengan memperhatikan pengetahuan dan kemampuan yang sebelumnya
sudah dimiliki siswa. Pada setiap bidang ilmu pengetahuan termasuk IPS, konsep
dan pemahaman konsep tinggi dibangun dalam bentuk seperti piramida.
Dalam realitasnya tidak sedikit guru
yang bermasalah dalam pembelajaran karena mereka sering kali kurang memiliki
pengetahuan yang memadahi tentang yang mereka ajarkan. Dalam hal ini, jacobs
dengan karyanya yang berjudul Mapping The
Big Picture menawarkan peta tentang
kurikulum sebagai cara bagi guru untuk memahami dan memetakan apa yang sedang
mereka kerjakan serta membantu
memastikan bahwa tidak ada kesenjangan pada keterampilan-keterampilan yang
penting untuk dikuasi guru. Perlu diingat bahwa dalam memahami petakurikulum,
dimulai dengan masing-masing guru mendiskripsikan proses dan keterampilan yang
ditekankannya,konsepdan topik esensial yang diterapkannya, serta hasil yang
diharapkan dari siswa. Setelah itu tergantung situasinya, deskripsi-deskripsi
ini saling diinformasikan kepada guru-guru di sekkolah tersebut, dan peta
kurikulum dikonstruksikan untuk memperlihatkan kurikulum sekolah, termasuk
kesenjangan yang mungkin ada dan topik-topik yang tidak perlu diajarkan lebih
dari satu kali.
Proses perencanaan pembelajaran dan
pengambilana keputusan oleh guru IPS. Beberapa diantarannya adalah dasar
pemikiran dan pengetahuan perencanaan IPS, khususnya dampak perencanaan pada
pembelajaran siswa dan pada alur kehidupan di kelas secara keseluruhan,
dideskripsikan seperti halnya proses-proses
yang digunakan oleh guru-guru berpengalaman untuk membuat perencanaan dan
mengambil keputusan. Pada bagian tulisan ini juga memasukkan penjelasan yang
agak terperinci tentang prosedur-prosedur perencanaan tertentu dan sejumlah
alat bantu serta teknik yang digunakan untuk perencanaan dibidang pembelajaran
IPS dan bidang-bidang lainnya. Yang selanjutnya akan kita bahas tentanng kompleksitas perencanaan dan pengambilan
keputusan oleh guru IPS dan menunjukkan bagaimana fungsi ini dijalankan oleh
guru dalam kondisi yang tidak pasti.
Ada banyak bergai orang mengekspresikan keyakinan akan kemampuan
mereka untuk mengontrol berbagai kejadian melalui perencanaan yang canggih.
Perencanaan juga sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Salah satu nyaadalah
pentingnya perencanaan diilustrasikan ketika anda memikirkan tentang berapa
banyak nya waktu yang digunakan guru untuk kegiatan ini, misalnya guru
melaporkan bahwa para guru memperkirakan
bahwa mereka menghabiskan satu sampai dua puluh persen waktu kerjanya setiap
minggu untuk kegiatan perencanaan pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perencanaan pembelajaran ini secara
implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan
metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan,
dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada.
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran
merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditentukan pada
sebuah silabus. Komponen tterdidiri dari identitas ata pelajaran dan kopetensi
dasar mata pelajaran.
Dalam realitasnya tidak sedikit guru
yang bermasalah dalam pembelajaran karena mereka sering kali kurang memiliki
pengetahuan yang memadahi tentang yang mereka ajarkan. Dalam hal ini, jacobs
dengan karyanya yang berjudul Mapping The
Big Picture menawarkan peta tentang
kurikulum sebagai cara bagi guru untuk memahami dan memetakan apa yang sedang
mereka kerjakan serta membantu
memastikan bahwa tidak ada kesenjangan pada keterampilan-keterampilan yang
penting untuk dikuasi guru. Perlu diingat bahwa dalam memahami petakurikulum,
dimulai dengan masing-masing guru mendiskripsikan proses dan keterampilan yang
ditekankannya,konsepdan topik esensial yang diterapkannya, serta hasil yang
diharapkan dari siswa.
Kita sebagai calon guru harus bisa menguasai
berbagai prinsip pembelajaran , karena dalam merencanakan sebuah proses
pembelajaran kita sebagai calon guru harus mengetahui berbagai macam prinsip,
jika kita tidak mengetahui maka kita tidak akan bisa menciptakan sebuah
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
DAFTAR PUSTAKA
Harjanto.
2011.Perencanaan Pengajaran, Jakarta:
Rineka Cipta.
Hamzah,
Uno.1998. Teori Belajar dan Pembelajaran (suatu pengantar). STKIP Gorontalo:
penerbit Nurul Jannah.
Ibrahim.
2010. Perencanaan Pengajaran, Jakarta:
Rineka Cipta.
Supardan, Dadang. 2015.
Pembelajaran Ilmu Pengetahhuan Sosial,
Jakarta: PT Bumi Aksara
Willian G.
Cunningham.1982,Systematic Planning for
Education Change, Frits Edition, Mayfield Publishing Company, California.
[1] Willian G. Cunningham,
Systematic Planning for Education Change, Frits Edition, Mayfield Publishing Company, (California, 1982), hlm. 4.
[2] Uno, Hamzah B. Teori Belajar dan Pembelajaran (suatu
pengantar), (STKIP Gorontalo: penerbit Nurul Jannah, 1998)
[4] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet ke,8
[5] Ibrahim, Perencanaan Pengajaran,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. Ke 3,
hlm. 63-65
[6]Dadang Supardan, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015 ) Cet Ke,1
Perencanaan Pembelajaran IPS SD/MI
Reviewed by asarisolid
on
4:26 PM
Rating:
No comments: