Qodariyah, Jabariah, Asy'ariah

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Berbagai macam perbuatan yang dilakukan oleh manusia dari barbagai macam tersebut masalah perbuatan manusia tersebut berawal dari pembahasan sederhana yang di lakukan oleh kelompok Jabariah ( pengikut Ja’d bin Dirham dan Jahm bin Safwan) dan  kelompok qadariyah (pengikut Ma’bad Al-juhani dan Ghailan Ad-Dimasyqi), yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan yang lebih mendalam oleh filosofis aliran Mu’tazilah, Asy’ariah, dan Maturidiah.[1]

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Qadariah, Jabariah, Asy’ariah
2.      Untuk mengetahui sejarah Qadariah, Jabariah, Asy’ariah
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis Qadariah, Jabariah, Asy’ariah
4.      Untuk mengetahui tujuan Qadariah, Jabariah, Asy’ariah

C.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari Qadariah, Jabariah, Asy’ariah?
2.      Apakah sejarah dari Qadariah, Jabariah, Asy’ariah?
3.      Apakah jenis-jenis Qadariah, Jabariah, Asy’ariah?
4.      Apakah tujuan dari Qadariah, Jabariah, Asy’ariah?





D.    Batasan Masalah
Ada berbagai macam pelajaran ilmu kalam, seperti sumber-sumber pemikiran kalam, ruang lingkup kjian ilmu kalam, khawarij dan murjiah, mu’tazilah, dan maturidiah, ahlus sunnah waljama’ah, namun dalam makalah ini kami penulis membatasi masalah pada materi Qadariah, Jabariah, Asy’ariah



 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Qadariah, Jabariah, Asy’ariah
Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu dari bahasa qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan. Adapun menurut pengertian termonologi, Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap manusia adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa Qadariyah dipakai untuk nama aliran yang memberi penekanan atas kebebasan. Dalam hal ini, Harun Nasution menegaskan bahwa kaum Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia harus tunduk pada qadar Tuhan.
Jabariyah adalah sebuah ideologi dan sekte bidah di dalam akidah yang muncul pada abad ke-2 hijriah di Khurasan. Menurut Asy-Syahrastani 548 H/1153 M, Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah. Artinya, manusia tidak punya andil sama sekali dalam melakukan perbuatannya, Tuhanlah yang menentukan segala-galanya.
Asy’ariyah adalah mazhab teologi yang disandarkan kepada Imam Abul Hasan al-Asy'ariyah(w.324 H/936 M). Asy'ariyah mengambil dasar keyakinannya dari Kullabiyah. yaitu pemikiran dari Abu Muhammad bin Kullab dalam meyakini sifat-sifat Allah. Kemudian mengedepankan akal (rasional) diatas tekstual ayat (nash) dalam memahami Al-Qur'an dan Hadits
B.     Sejarah Qadariah, Jabariah, Asy’ariah
·         Qadariyah mula-mula timbul sekitar tahun 70 H/689 M, dipimpin oleh Ma’bad al-Juhni al-Bisri dan Ja’ad bin dirham,pada masa pemerintahan Khalifah abdul malik bin marwan (685-705 M).
·         Latar belakang timbulnya qadariyah ini sebagai isyarat menantang kebijksanaan poliik bani umayah yang di anggapnya kejam.
·         Sebagian orang-orang qadariyah mengatakan bahwa semua perbuatan manusia yang baik itu berasal dari Allah SWT,sedangkan perbuaan manusia yang buruk itu manusia sendiri yang menciptakannya, tidak ada sangkut-pautnya dengan Allah SWT. [2]
·         Firqoh jabariyah timbul bersamaan dengan timbulnya firqoh qabariyah,dan tampaknya merupakan reaksi dari padanya.firqoh qadariyah timbul di irak,sedangkan firqoh jabariyah timbul di Khurasan Persia. Pemimpinnya yang pertama adalah jaham bin sofwan.karna itu, firqoh ini kadang-kadang disebut Al-Jahamiyah. Ajaran-ajarannya banyak persamaannya dengan aliran Qurro’ agama Yahudi dan aliran Ya’cubiyah agama Kristen.
·         Dalam segi tertentu,Jabariyah dan Mu’tazilah mempunyai kesamaan  pendapat,misalnya tentang sifat Allah SWT. Surga dan neraka tidak kekal,Allah SWT. Tidak bisa dilihat diakhirat kelak, Al-Qur’an itu makhluk dan lain sebagainya. Jaham bin Sofwan mati terbunuh oeh pasukan Bani Umayah pada 131 H. [3]
·         Sebagian pengikut jabariyah beranggapan telah bersatu pada tuhan. Disini menibulkan paham wihdatul wujud, yaitu Manunggaling Kawulo Lan Gusti,bersatunya hamba dengan dia [4]
·         Terhadap pelaku dosa besar,Al-ariyah sebagai wakil Ahl As-Sunnah menyatakan  pendiriannya denagn tidak mengafirkan orang-orang yang sujud ke Baitullah (Ahl Al-Qiblah) walaupun melakukan dosa besar seperti berzinah dan mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap sebagai orang beriman dengan keimanan yang mereka miliki,sekalipun berbuat dosa besar itu dilakukanya dengan menanggap bahwa hal ini dibolehkan (halal) dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang telah kafir.

C.     Ajaran dan  Perkembangan  Qadariah, Jabariah, Asy’ariah
·         Ada pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya yang mengembangan ajaran-ajaran Qadariyah  itu bukan Ma’bad al-Juhni. Ada seorang penduduk negeri Irak,yang mulanya beragama Kristen dan kemudian masuk islam,namun akhirnya kembali ke Kristen lagi. Dari orang inilah,Ma’bad al-juhni dan Gailan ad Damasqi mengambil pemikirannya.
·         Mereka sulit diketahui aliran-alirannya. Karena mereka dari segi tertentu mempunyai kesamaan ajaran dengan Mu’tazilah dan dalam segi yang lain mempunyai kesaamaan ajaran dengan Murji’ah,sehingga disebut Murji’atul Qadariyah. Tokoh-tokohnya adalah Abi Syamr, Ibnu Syahib, Gailan ad-Damasqi, dan Saleh Qubbah. Mereka ini mempunyai pengertian tentang iman [5]
·         Mayoritas kaum muslimin menolak paham jabariyah ini karena dapat menyebabkan orang menjadi malas,lalai,dan menghapus tanggung jawab,dengan mengemukakan ayat-ayat yang terang maksudnya,yang dengan ayat-ayat tersebut Al-Qur’anul Karim menolak pendapat-pendapat yang dangkal dan naif itu. [6]


·         Menurut paham Ahlus Sunnah,bahwa segala sesuatu itu memang dijadikan oleh Allah SWT. Tetapi Allah SWT.juga menjadikan ikhtiar dan kasab bagi manusia. Sesuatu yang diperbuat  bagi manusia adalah pertemuan ikhtiar manusia dengan takdirnya. [7]

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan pada aliran perbuatan manusia itu berbeda-beda, pada aliran  Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah. Asy'ariyah mengambil dasar keyakinannya dari Kullabiyah. yaitu pemikiran dari Abu Muhammad bin Kullab dalam meyakini sifat-sifat Allah.

B.     Saran
Di era globalisasi ini, banyak sekali budaya asing yang memasuki wilayah Indonesia, jadi kami penulis menyarankan tingkatkan keimanan kita agar tidak terpengaruh oleh budaya asing. Dan ingatlah bahwa tiada tuhan selain Allah….













DAFTAR PUSTAKA

K.h Sahilun a nasir, Pemikiran Ilmu Kalam (Teologi Islam),( Rajawali pers, 2010)
Abdul Rozak, Ilmu Kalam. Bandung,( CV Pustaka Setia, 2012)




[1] Abdul Rozak, 2012. Ilmu Kalam. Bandung, CV Pustaka Setia, Halaman 188
[2] K.h Sahilun a nasir, 2010. Pemikiran Ilmu Kalam (Teologi Islam), Rajawali pers, halaman
[3] Ibid,. hal 143

[4] Ibid,. hal 144
[5] Ibid,. hal 141
[6] Ibid,. hal 147
[7] Ibid,. hal 148
Qodariyah, Jabariah, Asy'ariah Qodariyah, Jabariah, Asy'ariah Reviewed by asarisolid on 6:30 PM Rating: 5

No comments:

ADS

referensimakalah. Powered by Blogger.