KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur marilah kita panjatkan
kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk- Nya pun tidak menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan
dari Allah SWT. Selain itu, penulis
juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun
islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang merupakan tugas Mata Kuliah
Filosofi Pendidikan Indonesia. Penulis sampaikan
terimakasih sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia yaitu Bapak
Dr. Dedi Miswar, S.Si., M.Pd beserta Instruktur Bapak
Armansyah, S.Pd. Tak lupa juga
penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung,
19 Oktober 2023
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 2
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................... 2
D. Manfaat..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 6
A. Kodrat Manusia........................................................................ 6
B. Kodrat Anak........................................................................... 12
BAB III
PENUTUP............................................................................. 16
A. Kesimpulan............................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk yang berakal yang
tinggal di bumi dengan populasi terbesar,
persebaran yang paling luas, dan dicirikan dengan kemampuannya untuk berjalan di atas dua kaki, dan memiliki otak
yang berakal. Menurut kodratnya manusia adalah sebagai makhluk
individu dan sosial, berarti manusia itu tidak mungkin hidup sendiri dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga selalu bersama-sama dengan orang lain,
baik itu antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Interaksi sosial antar manusia
membuat keberagaman nilai, norma, dan ritual di dalam masyarakat manusia. Keinginan manusia untuk tahu dan memengaruhi lingkungan sekitarnya memunculkan perkembangan dalam filsafat, ilmu pengetahuan, mitologi, dan agama.
Bukan hanya itu penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi,
balita, anak- anak, remaja, akil
baligh, pemuda/i, dewasa, dan orang tua, semua yang terjadi dengan manusia tersebut tidak lepas dari kodrat yang sudah
di berikan oleh Allah SWT.
Kodrat tersebut
juga sudah di berikan
sejak manusia di lahirkan ke bumi. Pendidikan
sebuah kebutuhan bagi insan manusia. Manusia merupakan
makhluk yang memiliki
akal yang hidup di Bumi dengan populasi terbesar, Pendidikan
menjadikan manusia berproses menjadi seorang
individu yang merdeka.
Arti kata merdeka
yang dimaksud adalah manusia
dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat yang dimiliki,
serta menjadi manusia
yang mendapatkan kebahagiaan setinggi-tingginya. Menurut Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan berhubungan
berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zman kodrat aam, kita sebagai pendidik harus harus memberikan teladan yang
baik dengan harapan siswa dapat meneladaninya demi membentuk karakter siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan
Kodrat manusia?
2. Apa yang dimaksud dengan kodrat anak?
C. TUJUAN
1. Dapat memahami dengan jelas
maksud dari kodrat manusia
2. Mengetahui yang dimaksud dengan kodrat anak
D. MANFAAT
Dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Guru maupun pendidik lainnya dalam menjalankan pembelajaran filosofi pendidikan Indonesia dengan mengacu pada kodrat manusia dan kodrat anak. Makalah filosofi pendidikan Indonesia ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada khalayak umum mengenai apa itu filosofi pendidikan Indonesia, dan kodrat manusia dan kodrat anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KODRAT MANUSIA
Mengenai kodrat manusia terdapat dua
kodrat yang saling bertentangan, yaitu baik dan buruk. Manusia
memiliki kodrat baik merupakan pendapat
Mencius seorang filsafat
tingkok. Mencius mengemukakan bahwa
kodrat manusia adalah baik karena manusia dilahirkan dengan memiliki unsur-unsur yang baik,
unsur-unsur baik inilah yang menjadi sumber dari kebijaksanaan. Menurut
Mencius semua manusia
memiliki hati nurani
yang tidak tahan
jika melihat penderitaan orang lain. Seseorang akan merasa ngeri dan
pilu jika mel ihat anak kecil yang hampir
jatuh ke dalam sumur merupakan argumen yang dinyatakan oleh Mencius untuk menunjukan bahwa kodrat atau sifat dasar
manusia adalah baik karena manusia
memiliki simpati. Meskipun manusia memiliki unsur-unsur kebaikan yang dapat membuatnya menjadi
seorang yang bijaksana
namun ada beberapa
hal yang dapat
menghalangi seseorang menjadi
bijaksana, hal ini menunjukkan bahwa memiliki kodrat yang baik (potensi baik) tidak
dapat memastikan seseorang akan menjadi orang
yang bijaksana. Menurut Mencius seseorang dapat menjadi manusia yang
bijaksana jika ia mau mengolah
kebaikan-kebaikan yang ada dalam dirinya.
Manusia memiliki sifat dasar buruk adalah pendapat Xunzi. Menurut Xunzi kodrat manusia adalah buruk karena manusia dilahirkan dengan memiiki keinginan atau hasrat yang
menuntut untuk selalu dipuaskan. Manusia lahir dengan kesukaan akan keuntungan; jika kecenderungan ini diikuti
maka mereka akan gemar bertengkar serta rakus,
sama sekali tidak mengenal basa-basi dan tidak memperhatikan orang lain. Menurut Xunzi manusia dilahirkan dengan
membawa kesenangan melalui mata dan telinga
serta penuh dengan sifat iri hati serta benci terhadap orang lain. Naluri yang seperti
itu jika diikuti
akan menimbulkan kesukaan
bertengkar, ketamakan serta keresahan,
dan menyebabkan umat manusia kembali mengalami masa yang penuh kekerasan. Xunzi juga menyatakan bahwa seseorang yang merasa lapar maka ia menginginkan makanan
untuk memuaskan laparnya, jika seseorang merasa
kedinginan ia menginginkan kehangatan, dan jika seseorang bekerja
maka orang itu menginginkan istirahat. Meskipun manusia dilahirkan dengan kodrat yang buruk hal ini tidak menghalanginya
untuk bisa menjadi orang yang bijaksana karena adanya sumber- sumber kebaikan (berasal dari luar diri
manusia). Dengan adanya sumber kebaikan ini
manusia dapat merubah kodrat buruknya, sehingga manusia yang memiliki
buruk bisa menjadi manusia bijaksana. Pendapat
Xunzi ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kodrat buruk (potensi buruk) juga dapat
menjadi manusia sempurna sesuai dengan pendapat
filsafat Cina.
Menurut
Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia
adalah zoon politicon artinya bahwa manusia
itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena sifatnya ingin bergaul satu sama
lain, maka manusia disebut sebagai makhluk sosial.
Maka berdasarkan pendapat para ahli di atas bahwa kodrat manusia adalah sifat dasar/asli manusia yang dibawa
sejak lahir hingga
kematiannya. sifat dasar inilah yang menentukan sikap dan perbuatan
manusia. kodrat manusia
juga merupakan keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan
atau bakat-bakat alami yang melekat pada manusia,
yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan yang maha esa.
B. KODRAT ANAK
Menurut Ki Hadjar Dewantara kodrat anak dapat diartikan sebagai
Potensi Diri yang dimiliki oleh seorang anak, seperti
potensi berpikir, potensi emosi dan potensi pisik. Ki Hadjar
Dewantara menyebut
sebagai Budi pekerti
yaitu perpaduan antara
cipta (kognitif), karsa (apektif) dan karya
(psikomotor). Potensi diri ini adalah
Anugerah dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia,
kepada setiap anak yang berbeda antara anak yang satu dengan lainnya
yang merupakan karakteristik yang unik bagi setiap anak tersebut.
Pendidikan
anak bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak- anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya. Pendidik itu hanya dapat
menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat
anak.
Ki
Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan
kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam diartikan sebagai
lingkungan alam tempat peserta didik berada, baik kultur
budaya maupun kondisi alam geografisnya. Kodrat
alam berhubungan juga dengan karakter dasar anak. Ada anak yang disiplin, bertanggung jawab, rajin, jujur, malas,
pemalu, penakut, pasif dan sebagainya. Maka selayaknya guru harus bisa menjadi model positif, teladan
yang baik bagi mereka.
Kodrat zaman diartikan perubahan dari waktu ke waktu. Guru membekali keterampilan kepada siswa sesuai
zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya, dan menyesuaikan diri. Dalam
konteks pembelajaran sekarang guru harus lebih mengenal teknologi agar menyesuaikan dengan kondisi. Proses pembelajaran hendaknya
menyesuaikan berbagai diferensiasi yang ada, baik gaya belajar, gaya
berpikir, minat, bakat, dan sebagainya. Seyogyanya guru mampu menyesuaikan penggunaan pendekatan, strategi,
metode, teknik pembelajaran media yang mampu melayani berbagai gaya belajar baik audio, visual,
dan kinestetik, serta menyesuaikan dengan kearifan
budaya lokal apa yang dibutuhkan masyarakat. Sehingga akan terbentuk manusia
indonesia yang merdeka,
mandiri, inisiatif, berpikir
kreatif, berinovasi, berkarya, serta berbudi pekerti luhur.
Dari sinilah para guru hebat melahirkan anak
bangsa yang dahsyat. Sudah menjadi tugas guru atau pendidik untuk
mengembangkan potensi diri yang dimiliki
seorang anak.
Dalam usaha itu, seorang pendidik perlu
memahami potensi diri yang dimiliki oleh
masing-masing anak. Sebagaimana diuraikan di awal bahwa potensi diri anak tersebut berbeda antara anak yang satu dengan
yang lainnya, yang menandakan sebagai
karakteristik yang unik dari diri anak tersebut. Olehnya itu praktek
pendidikan atau pembelajaran yang sesuai adalah praktek pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan
"Kodrat Anak", atau lebih dikenal dengan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. Maka sangat penting
seorang pendidik memahami karakteristik potensi
diri setiap anak sehingga dalam proses menuntun anak seperti melakukan pembelajaran dan pembimbingan akan berbeda
antara anak yang satu dengan
anak yang lainnya. Proses "menuntun kodrat anak", membelajarkan atau membimbing anak sesuai dengan
karakteristik potensi diri masing-masing adalah proses pendidikan yang memanusiakan manusia. Anak akan berkembang sesuai
dengan kodrat masing-masing, anak akan menemukan kemerdekaannya dalam belajar untuk mencapai
kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia dan sebagai masyarakat.
Ki Hadjar
Dewantara mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai
berikut:
“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya
selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai
hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan
segala kepentingan yang berhubungan
dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk,
isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya
selalu disesuaikan dengan
dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak
bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)
Mengenai Pendidikan dengan perspektif global,
Ki Hadjar Dewantara
mengingatkan bahwa pengaruh
dari luar tetap harus disaring
dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya
Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang
dimaksudkan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah muatan atau konten pengetahuan yang
diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia.
Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam
dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik. KHD
menegaskan juga bahwa didiklah
anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya
sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia memiliki 2 kodrat yaitu kodarat baik dan kodrat buruk. Mencius mengatakan bahwa kodrat manusia adalah
baik karena manusia dilahirkan dengan memiliki
unsur-unsur yang baik, unsur-unsur baik inilah yang menjadi sumber dari kebijaksanaan, seseorang dapat menjadi
manusia yang bijaksana
jika ia mau mengolah kebaikan-kebaikan yang ada dalam
dirinya. Menurut Xunzi kodrat manusia adalah
buruk karena manusia dilahirkan dengan memiiki keinginan atau hasrat yang menuntut untuk selalu dipuaskan. Meskipun manusia
dilahirkan dengan kodrat yang buruk hal ini
tidak menghalanginya untuk bisa menjadi orang yang bijaksana karena adanya sumber-sumber kebaikan (berasal dari luar
diri manusia). Menurut Aristoteles (384- 322
SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya
bahwa manusia itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul
dalam masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara kodrat anak dapat diartikan sebagai Potensi
Diri yang dimiliki oleh seorang anak,
seperti potensi berpikir, potensi emosi dan potensi pisik. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan
anak berhubungan dengan kodrat
alam dan kodrat
zaman. Kodrat alam berhubungan juga dengan karakter
dasar anak. Ada anak yang disiplin, bertanggung jawab, rajin, jujur,
malas, pemalu, penakut,
pasif dan sebagainya. Kodrat zaman diartikan
perubahan dari waktu ke waktu.
Guru membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka
bisa hidup, berkarya, dan menyesuaikan
diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang guru harus lebih mengenal teknologi agar menyesuaikan dengan kondisi. Anak
akan berkembang sesuai dengan kodrat
masing-masing, anak akan menemukan kemerdekaannya dalam belajar untuk mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya
sebagai manusia dan sebagai masyarakat. Mengenai Pendidikan dengan perspektif global,
Ki Hadjar Dewantara mengingatkan bahwa pengaruh dari
luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan
lokal sosial budaya
Indonesia.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan yaitu sebagai seorang guru harus bisa mengembangkan potensi yang ada di anak karena anak mempunyai kodrat yang bisa bermanfaat bagi dirinya dan orang lain apabila di bimbing dan di arahkan dengan baik. Guru harus menjadi panutan dan juga contoh bagi siswanya, dengan memberikan pembelajaran yang menarik dan dapat dimengerti dengan mudah sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Bukan hanya itu seorang guru juga harus memiliki visi yang kuat dan tujuan yang matang untuk memberikan kontrbusi dalam pembangunan bangsa yang cerdas.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Mardinal (2020). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Perkembangan Pendidikan di Indonesia. Jurnal Tadris Bahasa Inggris,:Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
https://www.slideshare.net/cgadiezaquariuseaahibbakhlyanidhirthirle/kodrat-hakikat-dan- watakhttps://katalog.ukdw.ac.id/4081/1/01160047_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf http://eprints.unm.ac.id/9135/1/SUMARNI.pdf
https://www.gurusiana.id/read/arifkhamdi041201/article/mengenal-kodrat-alam-dan-kodrat- zaman-bagi-guru-
12303#:~:text=Ki%20Hajar%20Dewantara%20menjelaskan%20bahwa,juga%20dengan%20 karakter%20dasar%20anak.
https://www.kompasiana.com/hamsa.ancha/607a64d28ede4857f54be283/pendekatan-kodrat- anak-pendidikan-yang-memanusiakan manusia#:~:text=Kodrat%20anak%2C%20sebagaimana%20yang%20dimaksud,potensi%20e mosi%20dan%20potensi%20pisik
No comments: